Kami pelatihan di kelas semasa pre-opening. Saya tekun belajar mengenal istilah hotel, seperti frasa triple O -- Out of order, incognito, stay over, morning call, wake up call, welcome drink, valet service.
Mengenal hotel itu kompleks, maka kami belajar mengenal istilah F&B misalnya a'la carte, buffet, clear up, guest napkin, food tester. Bidang housekeeping: make up room, dusting, late check out, dsb. Setelah itu pengenalan bisnis hotel secara general.
Tahun demi tahun kulalui, takada tekanan berlebihan. Seperti ikan dalam belat, tak dapat melepaskan diri lagi. Tak lama tawaran berdatangan. Semakin lama, kian tenggelam dalam keasyikan.
Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa. Nafas hospitality telah menjiwai. Kesenangan melayani pelanggan dengan sepenuh hati, apresiasi, testimoni, tak dapat dilukiskan.
"Bekerja itu melayani" kata bos senior suatu hari
"Ya, kamu harus melayani anak buah, sesama kolega juga atasan"
Sejak itu, saya paham arti melayani sesungguhnya.
Di kantor tim marketing terdahulu, hampir semua anggota tim tidak berlatar pendidikan perhotelan. Ini mengherankan!.
Dari jumlah 10 orang, status D3 non perhotelan dan sebagian SMA. Sedangkan posisi sarjana hanya 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa bagian marketing di hotel tidak melulu harus bergelar. Mereka adalah Direktur, asisten direktur, sales manager, sales executive.
Kecuali seperti tenaga trampil di housekeeping, FO, FB yang perlu tenaga terampil. Namun pendapat inipun dapat dibantah, mereka banyak yang tidak berlatar perhotelan.
Mengapa tertarik kesempatan kedua ?
(1.) Alah bisa karena biasa. Segala kesukaran takkan terasa lagi setelah terbiasa
(2.) Munculnya kesempatan lain yang menjadi daya tarik
(3.) Tertarik peluang dan menantang
(4.) Membuka gairah meniti karir di masa depan
(5.) Adanya kecocokan (chemistry)
Saya menghargai apa yang telah kudapatkan. Maraknya pekerja yang berlatar pendidikan tak sejalur adalah hal biasa. Gak usah berlebihan.