Keadaan Lusi dalam kajian psikologi yaitu keadaan memalukan, embarrassment, shame. Menurut Wikipedia, penyandang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.
Menurut Carl Schneider dalam buku Shame, Exposure, Privacy, rasa malu dibagi menjadi 2 kategori:
(*) Rasa malu yang berhubungan dengan kehinaan seseorang (disgrace shame)
(*) Rasa malu terkait dengan kesopanan (discretionary shame)
Keduanya tetap diperlukan oleh manusia untuk menghindarkan dirinya dari perbuatan yang memalukan.
Akibat malu, membimbing seseorang untuk mempertahankan integritas, karenanya sangat erat dengan disiplin etika.
Seseorang yang mengalami rasa malu berarti ia sedang mengalami konflik dalam dirinya yaitu konflik karena dirinya melakukan negosiasi nilai antara kenyataan dan naluri.
Jika naluri dan kenyataan itu tidak selaras maka terjadi konflik dan timbul rasa malu.
Setahun kemudian, tetiba sekolah heboh. Seorang remaja putri, berwajah nan cantik muncul didampingi kepala sekolah. Wajahnya tak asing lagi, siapa lagi kalau bukan Lusi.
Ia tampil penuh percaya diri. Tiada teman-teman yang mengoloknya. Peristiwa setahun lalu tak pernah diingatnya. "That's just a joke", katanya. Membalas candaan perihal buang gas di kelas.Itu hanya kejadian di masa lalu, katanya lagi.
Malu berkayuh, perahu hanyut. Kalau segan melangkah, takkan mendapat kemajuan.
(*) Nama-nama disamarkan