"Har, ada si MG tuh di lobi!" Ujar Dede petugas di group concierge.
"Kapan check-in, Bos?" seloroh Hari
"Jam 04:00 subuh"
Obrolan singkat itu terjadi saat pergantian shift. Mereka menuju kantor FO.
Di suatu kesempatan, saya menguping nama itu disebut-sebut lagi. Penasaran saya tanya sang kapten.
"Siapa sih MG ?"
"Itu Bu, Pak Rendra Sungkono" jawabnya
"Kok dipanggil MG?" Tanyaku lagi
"MG, Mr. Goban!"
Kebetulan, suatu siang saya bertemu MG. Begini kisahnya.
Pak Rendra dikenal baik dan ramah oleh semua staf hotel, front liner. Ia menjadi langganan tetap hotel walau kedatangannya tak tentu.
Tamu ini berbisnis kayu glondongan di luar pulau. Setiap 2 kali seminggu, pasti wajah sumringahnya muncul di lobi.
Suatu hari saat hendak check-out, Pak Rendra pamitan. Kami bersalaman.
Di kaunter, ia membagikan lembaran Rp 50 ribuan kepada setiap staf. Mulai dari front desk hingga housekeeping yang tertangkap mata di lobi.
Ternyata sebutan Goban diambil dari kata goban, Bahasa Mandarin yang artinya Rp 50.000.
Begitulah setiap ia datang, selalu saja ada tip untuk dibagi. Sampai-sampai Pak Rendra dijuluki si MG alias Mr. Goban. Saat itu uang Rp 50.000 setara dengan Rp 100.000 jaman kiwari.
Memberi tip atau tipping adalah hadiah kepada pemberi jasa sebagai tambahan.
Tip tidak dianjurkan, pun tidak dilarang di hotel. Tamu bebas tidak memberi atau memberi uang tip. Manajemen hotel tidak melarang, juga tidak menganjurkan kepada pemberi tip. Jadi bersifat opsional, bukan paksaan.