Jika sesuatu berjalan tidak sesuai harapan kita, apa yang akan kita lakukan? Hal ini bukanlah suatu teori semata namun suatu kenyataan karena dalam kehidupan ada kalanya sesuatu berjalan tersendat bahkan terhenti.
Suatu hari dalam perjalanan di kereta api, Dr. Peale duduk disebelah seorang pria. Pria itu memandang keluar jendela, tampaknya tenggelam dalam kemurungan.
Badannya besar, berotot kekar, rambutnya awut-awutan, bertopang dagu, melihat alam. Suatu pertanda ia lelap dalam keadaan sangat despair, frustrasi atau keputusasaan.
Dr. Peale hanya menyapa "selamat pagi!", kemudian ia mengeluarkan kitab suci.
Dr. Norman Vincent Peale adalah seorang pendeta, juga pengarang buku popular di seluruh dunia The Power of Positive Thinking.
Pria itu bertanya "Bapak membaca alkitab? Ada yang cocok buat saya?"
Jawab Dr. Peale "Sahabat, itu pasti ada, juga untuk semua orang. Apa yang anda ingini dari kitab ini?
"Saya mengalami depresi, saya benar-benar terpuruk" sahut pria itu.
"Well, dengan suratku ini anda bisa ke toko buku dimanapun dan anda akan diberi sebuah alkitab atas tanggungan saya. Jika sudah dapat bacalah Efesus 6 ayat 13"
Itulah sepenggal kisah nyata seorang pria yang frustrasi di tengah gelombang lautan kehidupan. Tidak secara kebetulan ia duduk bersebelahan dengan Dr. Peale di kereta api.
Kehancuran menimbulkan kekuatan
Ada rencana Sang Kuasa untuk memancarkan kebaikan kepada umatnya. Siapapun, dimanapun, tanpa syarat. KemurahanNya sempurna, tanpa memandang jabatan, kaya atau miskin. Terkadang kita lupa, hal itu adalah bentuk pertolonganNya.
Seorang atasan di tempat saya bekerja dahulu, puluhan tahun silam, ditinggalkan oleh suami karena menikah dengan pelakor. Segalanya telah hancur dipandangannya.
Dalam kesedihan seorang kerabatnya memergoki dirinya hendak meminum obat serangga di kamar. Ia tertolong dari jeratan maut. Kisah ini saya dengar dari kerabatnya yang menolong pade detik-detik percobaan bunuh diri.
Lima bulan kemudian, ia menemukan seorang pria pilihan hatinya lalu menikah. Kini ia memiliki 2 orang cucu dari pernikahan terdahulu. Bagai drama, namun itulah peristiwa yang terjadi.
Disadari atau tidak, Tuhan mengutus seseorang agar pria di kereta dan kisah manajerku itu tidak terperangkap jerat maut.
Seseorang merasa frustrasi jika ia tidak berusaha mengampuni pelaku setelah tersakiti jiwanya. Peristiwa percobaan bunuh diri atasanku itu terjadi karena harapannya terkubur.
Cinta memang membutakan. Cinta buta membuat pikiran tertutup, seolah kekasih hati akan membahagiakan sepanjang hidupnya.
Menyimpan kesalahan pasangan kita sama dengan menyembunyikan penyakit bagi jiwa. Obat manjur penghilang rasa sakit bagi jiwa, bukan saja melupakan akan tetapi menghilangkan sampai ke akar-akarnya. Caranya dengan memberi pengampunan.
Mengampuni adalah sulit. Semakin terbayang wajah pelaku, semakin mual rasanya akan tetapi kita harus belajar memberikan ampunan.
Bagaimana melupakan kesalahan pasangan kita?
(1) Jika perasaan anda tersinggung karena sesuatu, maka luka dalam jiwa harus segera diobati dengan berdoa sungguh-sungguh.
Bila tidak berdoa, luka akan merana berakibat menjadi borok.
Efesus 3:16
"Sebab itu ambilah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu"
(2) Jika rasa dendam telah melekat pada jiwa, maka bersihkan jiwa anda, buka pintunya lalu buang kesedihan.
(3) Menyimpan dendam hanya mendatangkan penyakit. Insaflah lalu rasa benci akan hilang.
(4) Jika kita tidak mengampuni pasangan kita, Tuhanpun takkan mengampuni kita.
Menilai dan bersikap
Tiada manusia sempurna dan tidak bercacat. Setiap orang mempunyai segi yang bercela, kurang bijaksana menghadapi pasangan yang jauh berbeda dengan pribadi kita.
Pasangan kita mempunyai hak penuh berbeda dengan pribadi kita. Berbeda pandangan tentang gaya hidup, selera, pakaian, hobi, adat, kebiasaan, dan sebagainya.
Jika kita berpikir benar dan tepat, maka masih banyak pujian dan sanjungan bagi pasangan kita yang belum kita hargai, bahkan belum terucap.
Belajarlah menerima kekurangan diri pribadi dan pasangan kita, niscaya jalan keluar terbentang .
Rujukan:
(1) Dr. Norman Vincent Peale, "The Power of Positive Thinking" - A Practical Guide to Mastering the Problems of Everyday Living, Prentice Hall 1952 -- first edition
(2) Holy Bible, Ephesians 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H