Mohon tunggu...
Celestine Patterson
Celestine Patterson Mohon Tunggu... Hoteliers - Hotelier: Hotel Management, Sales Leader, Management Hospitality

🍎Hotelier's Story : Pernak-Pernik Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2021). Warna-Warni Berkarir Di Dunia Hospitality (Galuh Patria, 2022). Serba-Serbi Dunia Perhotelan by CL Patterson dkk (Galuh Patria, 2023). Admin of Hotelier Writers Community (9 June 2023 - present)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(Event Click) Melukis Kereta Api Kita

10 Februari 2021   19:32 Diperbarui: 10 Februari 2021   19:40 4546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi sentuhan warna dasar sawah/dokpri

Event Click -- Kompasiana kali ini mengadakan lomba menggambar kereta api. Lomba menggambar di Kompasiana ini, baru pertama kali saya ikuti selama menjadi Kompasianer.

Meskipun kemampuan melukis tidak begitu ahli namun saya tertarik mengikuti Event Click ini sekaligus mengasah kembali hobi lama yang sudah lama tak tersentuh.

Kisah menekuni hobi dapat dibaca juga di laman  Kalau Hobi Jangan Setengah Hati       

Di sekolah dasar tahun 1980-an, pelajaran seni rupa masuk dalam mata pelajaran kesenian yang meliputi seluruh aktifitas seni.

Di SMP, menggambar melukis, membuat patung kayu, patung dari semen mulai dikelompokkan dalam mata pelajaran seni rupa.

saya mengikuti les melukis dibawah seorang pembimbing yang memiliki murid sekitar 30-40 pelajar dari berbagai sekolah (1984).

Di kelas seni rupa ini, ada beberapa kelompok bagi pelukis pemula. Bapak pembina mengelompokkan satu kelas yang bertema sama. Kelompok pelukis panorama, lukisan benda, lukisan abstrak, lukisan profil memiliki kelas masing-masing. Kelompok itu dibentuk setelah melalui pelajaran dasar melukis.

Saya terbiasa melukis dengan cat air. Teringat saat pertama belajar melukis adalah bermain dengan warna gradasi. Awal belajar melukis yaitu lukisan pemandangan hutan, sawah, pegunungan, lembah, jalan, langit, laut yang fokus terhadap paduan warna dasar.

Kemudian dilanjutkan mengenal campuran warna. Supaya mahir dasar melukis panorama dibutuhkan waktu cukup lama.

Sayang sekali lukisan saya dulu banyak tercecer di beberapa kota sebab seringnya ayah berpindah kerja. Saya tak menemukan satupun lukisan saya dan ibu dalam rak buku.

O ya, saya dan ibu sering melukis, Ibu melukis bunga-bunga dan lukisanku tentang panorama. Kesukaan melukis panorama menimbulkan keinginan melihat pemandangan nyata. Melukiskannya, wujud dari suatu ketenangan dan kedamaian hati.

Berikut foto-foto tahapan proses melukis kereta api, dari awal hingga pertengahan.

Pertama, menggambar bentuk kereta/dokpri
Pertama, menggambar bentuk kereta/dokpri

Memberi sentuhan warna dasar sawah/dokpri
Memberi sentuhan warna dasar sawah/dokpri

Memberi warna gradasi langit/dokpri
Memberi warna gradasi langit/dokpri

Mempertajam lekukan sawah, rel kereta/dokpri
Mempertajam lekukan sawah, rel kereta/dokpri

Sedemikian menekuni hobi menulis, melukis dengan suasana hati senang, tenang akan menghasilkan karya yang maksimal. Satu lukisan bisa rampung segera jika diikuti suasana hati gembira.

Melukis adalah wujud mengeskpresikan suasana hati, menyalurkan kreatifitas dan daya imaginasi. Sama halnya seperti puisi, bermain dengan kata-kata menawan.

Di bawah ini lukisan tahap akhir:

Memberi tonjolan warna secara keseluruhan/dokpri
Memberi tonjolan warna secara keseluruhan/dokpri

Tahap akhir memberi tampilan alami. Oops, masih logo lama, terpaksa ditimpa/dokpri
Tahap akhir memberi tampilan alami. Oops, masih logo lama, terpaksa ditimpa/dokpri

Selesai/dokpri
Selesai/dokpri

Bila sekilas diperhatikan tak nampak adanya kesalahan. Setelah menit-menit terakhir, ada suatu yang janggal, yaitu KAI memakai logo lama. Akhirnya ditimpa dengan logo baru. Lukisan ini dikerjakan 3 hari karena diselingi pekerjaan lain.

Itulah hobi melukis yang sesekali saya lakukan.

"Painting is easy when you don't know how, but very difficult when you do", melukis itu mudah bila anda tidak paham caranya, namun sangat sulit ketika melakukannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun