Sedemikian WhatsApp sangat populer sejak 6 tahun lalu saya menggunakannya. Siapapun dapat terhubung melalui aplikasi ini, baik bertatapan maupun saling menelpon.
Sebelum aplikasi WhatsApp populer, komunikasi gencar melalui Blackberry Messenger (BBM) dan Line. Saya menggunakan BBM sekitar 2 tahun dilanjutkan Line hanya beberapa bulan saja.
Saya tinggalkan saja kedua percakapan daring itu lalu beralih ke WhatsApp. Dasarnya ikut-ikutan tren. BlackBerry jatuh sekali, langsung rusak. Halnya Line kurang mewakili pengguna pekerja kantoran.
Seorang sahabat tidak pernah memakai aplikasi whatsApp sejak muncul hingga sekarang. Saya sudah menjelaskan kelebihan dan kekurangannya, ta tetap tidak tertarik.
Namun demikian, saya menyimpulkan beberapa penggunaan whatApp menyangkut:
Ketidaknyamanan WAG
Di lingkungan hotel, whatsApp menduduki rating pertama. Setiap departemen sibuk membuat whatsApp group (WAG) masing-masing. Bahkan di satu hotel memiliki group mulai 5 hingga 230 anggota.
Saya memiliki 7 WAG di satu hotel sebelum kondisi hotel senyap karena wabah. WAG Marketing, kepala departemen, reservasi, banquet, account receivable, ditambah kelompok seluruh karyawan hotel bentukan HRD (Human Resource) berjumlah 230 anggota.
Kemudian belakangan BOD (Board of Director) minta dibuatkan WAG. Anda bayangkan, betapa sibuknya masing-masing group. Tentu bahasannya seputar pekerjaan.
Group terakhir ini yang membuat senewen. Membalas sesuatu hal di group BOD harus ekstra hati-hati. Kerap kali balasan harus dilengkapi analisa, data akurat serta penjelasan yang tidak singkat. Belum lagi bila salah tik karena gugup.
Pertanyaan di area tersebut seputar analisa pendapatan, kerusakan sesuatu barang, juga keluhan tamu. Jawaban yang memerlukan waktu panjang adalah naif dibalas via WA. Hal ini berarti setiap pagi mental harus siap dengan kemungkinan pertanyaan terburuk dari jawaban yang mencla mencle.
WAG tersibuk yaitu kelompok reservasi, Pergerakannya sangat cepat dari menit ke menit. Tujuannya mengurangi keluhan para tamu, jangan sampai luput dari perhatian. Saya merasa tidak nyaman dihadapkan dengan kesibukan ini yang seharusnya dapat dilakukan melalui e-mail.
Disadari atau tidak hal ini menimbulkan chopping mind, pikiran yang kesana kemari. Kurang fokus pada suatu hal. Nyatanya sering sekali informasi diabaikan atau terlewat.
Kita bagai dikepung tumpukan pekerjaan, yang saya rasakan sangat mengganggu di kala larut malam dimana kita perlu menenangkan pikiran.
Gangguan di hari libur dan cuti
Suatu ketika di hari Minggu, saya mendapat 8 kali misscall dari nomor tak dikenal. Setelah si empunya nomor mengirimkan pesan melalui WA, barulah saya paham bahwa penelpon ialah pemilik hotel.
Hari itu adalah hari ke-5 bergabung dengan hotel baru. Tentu saja saya belum memiliki semua nomor VIP ini. Tidak pelak lagi, saya terkena murkanya. Namun petaka muncul tatkala hotelier harus menjawab 24 jam panggilan telpon karena voice call tidak berbayar.
Begitupun klien, menelpon di saat pertemuan, pada saat makan siang. Praktis menyita waktu dan perhatian seharian.
Bagaimana bila cuti? Saat menghidupkan gawai, pikiran telah tersedot keruwetan situasi kantor.
Whatsapp rentan perselisihan
Di WAG rentan perselisihan, kecuali seluruh peserta adalah introvert. Bahkan sering terjadi pertikaian gegara ucapan yang menyinggung seseorang. Hal kecil menjadi letupan besar hingga pernah seorang karyawan mengundurkan diri gegara percakapan ngawur dan nyelekit.
Salah mengartikan kalimat menyebabkan kita dibuli, jadi bulan-bulanan. Betapa tidak menyenangkan, suasana menjadi kacau. Tetiba pergi (left) tanpa kabar.
Klien menganggap lebih mudah dan cepat mendapat respon via whatsapp ketimbang e-mail. Saya menyimpan banyak percakapan penting di WA, maka takheran gawai jadi lemot.
Video call sebagai bukti sales call
Karena telepon gratis ini, video call mendekatkan siapapun, setiap waktu dan tidak terbatas.
Seseorang dapat diketahui berada di suatu tempat tanpa dapat berbohong. Apalagi jika bos melakukan voice call semaunya seolah privasi dibatasi, sampai ke kamar kecilpun kadang gawai tidak ditinggalkan.
Secara offline, SMS masih aman, tidak begitu menimbulkan masalah berarti kecuali jika mau menanggapi papa minta pulsa. Lain halnya bila di WA sudah centang 2, nantikanlah reaksi balasan.
Tidak merespon di WA sama artinya dengan tidak menghargai orang tersebut. Bahkan kita takdapat mengelak bahwa pesan tidak masuk.
Perihal whatsApp, sejak dulu memang tidak menjadi yang utama bagi saya pribadi. Saya pengguna Skype sejak 12 tahun lalu hingga sekarang.
Kelebihan Skype :
(*) Dapat di akses di komputer, lap top serta dapat di akses di gawai
(*) Melakukan video call guna wawancara pekerjaan (terutama bagi pekerja dari luar kota)
(*) Video call seluruh keluarga
(*) Mengadakan kelompok meeting
(*) Melindungi privasi pengguna
Contohnya dengan mengubah status invisible, kita tetap dapat membaca pesan di Skype. Kitapun dapat menunda balasan jika enggan menjawab segera tanpa terlihat online.
(*) Mengirimkan foto, video
(*) Aplikasi bebas biaya namun ada juga yang berbayar jika ingin memiliki fitur lebih lengkap
Menurut saya pribadi, Skype aplikasi percakapan terbaik selama ini. Dapat digunakan untuk meringankan urusan di kantor juga percakapan di keluarga.
Perusahaan yang melibatkan pegawai asing biasanya memakai Skype sebagai aplikasi utama, karena itu seseorang dapat memiliki 2 akun yaitu untuk kepentingan kantor dan keluarga.
Penggunaan Skype cukup aman setelah saya menggunakannya bertahun-tahun untuk menghubungi mereka yang tersebar di berbagai negara.
Skype juga menjadi pilihan bagi pengguna yang ingin terjaga privasinya.
Semoga berfaedah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H