Setiba dirumah, tampak Inah dan Oden suami Inah serta ke-2 anaknya baru saja tiba dari Garut. Tia ingin agar Inah membawa serta suami dan anaknya tinggal di rumah keluarga yang telah bersamanya bertahun-tahun. Tia mengasihi Inah, hidupnya penuh pengabdian terhadap keluarga Suwito Sabdono.
Mereka mendiami rumah dibelakang rumah utama. Rumah itu semula disiapkan untuk Nera bersama suami, namun impian pupus, Nera diboyong suami ke England. Manusia dapat berencana tapi ditangan Sang Kuasa segala keputusan.
Di pembaringan, Tia memeluk erat Wito. Kasih itu semakin membara, walau usia tertelan masa. Kini saatnya ia membahagiakan sang suami, satu-satunya kekasih hati, Wito yang telah bersamanya dalam susah dan senang.
"Kehidupan ini bak mentari, terbit lalu terbenam. Kini mentariku di ufuk barat, menjelang senja kemudian temaram", gumamnya.
"Buah hatiku pergi, namun cintaku tinggal tetap padanya. Tugasku usai sudah. Hanya doa yang dapat kupanjatkan setiap waktu"
Malampun tiba, dalam mimpinya Tia bertemu seorang anak. Anak kecil itu memanggil-manggil "grandma, grandma....."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H