Ketika penulis bergabung di satu hotel di Surabaya yaitu di kantor perwakilan (Jakarta Sales Office), sempat membantu penagihan pembayaran kamar dari seorang tamu yang tak terbayarkan. Bapak x ini kabur alias skipper tanpa sepengetahuan hotel. Setelah penelusuran beliau yang menetap di Jakarta ini, berhasil ditemui. Barulah pada pertemuan ke-2, pembayaran tunai dilakukan. Menguras tenaga dan waktu untuk mengejar IDR 1,7 juta yang seharusnya sudah diselesaikan pada waktu ia check-out.
Selain itu terdapat kisah sedih seperti seorang artis ibukota yang tak membayar kamar hotel yang jumlahnya lumayan. Kasus sejenis ini membebani karyawan hotel. Apabila tamu tidak membayar, itu akan menjadi beban karyawan semua yang terlibat. Oh no!
Suatu hari di Sentul diadakan motor racing tahunan dari salah satu motor terbesar di Indonesia. Para peserta acara ini menginap selama 4 malam 5 hari di salah satu hotel di Jakarta utara. Suatu malam seorang tamu mengeluh sebab air mengalir cukup deras dari celah atap kamar. Setelah diselidiki kamar tepat diatas kamarnya itu adalah salah satu peserta motor race.
Berusaha menelpon ke kamar namun tak ada yang mengangkat. Akhirnya masuk dengan memakai kunci master. Kedapatan 3 orang peserta, terlelap tidur sementara air mengalir dari bathtub memenuhi seluruh karpet kamar. Ah! Mereka terlalu lelah, sehingga lupa menutup kran air.
Peristiwa tersebut mendatangkan kerugian yang tak sedikit, juga mengundang keluhan tamu-tamu lain. Singkat kisah, mereka sepakat membayar kerugian tersebut.
Sprei tempat tidur pun sering menjadi sumber kelalaian. Pada acara seminar salah satu perguruan tinggi di Kalimantan, kami mempersiapkan satu kamar guna kepentingan panitia bekerja setelah acara selesai. Kamar ini bukan ruang untuk panitia bekerja. Di hari terakhir, seorang panitia menumpahkan tinta printer warna merah secara tak sengaja di atas sprei putih, mengenai lantai juga dinding. Suasana kamar berubah menyeramkan. Bercak-bercak tinta merah sulit dihilangkan. Walaupun bersih namun warna asli tak dapat kembali seperti semula. Housekeeping kepo.
Adapula tamu yang menyalahgunakan keramahan staff hotel untuk tujuan penipuan. Suatu hari seorang tamu, expat mengatakan ia adalah utusan dari kantor B. Pegawai hotel percaya saja sebab ia menyertakan business card. Ia berencana long stay selama 10 hari. Entah mengapa kami mempercayai saja si bule ini walau ia hanya membayar sejumlah kecil pembayaran untuk 2 malam. Hari ke-3 seharusnya dilakukan pembayaran ulang. Tiba hari ke-5 ia masih di hotel dengan berdalih kesibukan dikantor
Malam hari, kamar tamu ini selalu 'DnD maksudnya Do not Disturb. Hari ke-6 entah kemana tamu ini menghilang. Tak ada jejak. Belegug! Uripe koyo wit gedhang duwe jantung tapi ora duwe ati. Hidupnya seperti pohon pisang, punya jantung tapi tak punya hati.
Baru-baru ini terjadi, sepasang insan bertengkar di dalam kamar di salah satu hotel di Panakukang -Makasar. Terjadilah kebakaran di kamar tersebut akibat dari pertengkaran itu. Katanya, sang wanita ini tak mau rujuk kemudian suami membakar kamar. Sungguh tindakan tercela dan bertindak kriminal. Les emotions desagreable, emosi yang tak menyenangkan.
Tindakan para tamu yang bersikap demikian membuat hotel semakin bersikap tegas dalam menghadapinya. Bahkan hal itu dapat membuat celah masuk dalam daftar hitam (black list) hotel. Tidak hanya masalah yang menyangkut finansial saja namun segala perilaku tamu yang negatif, break the rule.