2. Pegawai hotel yang 'lelah
Beberapa hotel mempekerjakan pegawai sejak masa pre-opening. Pegawai hotel golongan ini sangat paham betul seluk beluk management dan propertinya. Memahami jelas sepak terjang hotel. Dihadirkanlah Manager baru untuk kemajuan hotel, sebagian besar dari mereka merasa againts karena merasa 'lebih tahu dan mengusik suasana comfort zone. Akibatnya peraturan baru dan perubahannya dianggap angin lalu, acuh tak acuh.
Pekerjaannya sama setiap hari, dilakukan berulang-ulang dan bertahun-tahun. Pekerjaan yang memiliki ritme sama dilakukan setiap hari membuat enggan dan malas beranjak oleh karena perubahan. Orang-orang yang sudah berada dalam area ini malas untuk berubah dan merasa allergic terhadap perubahan. Termasuk Hotel Manager yang kadang bercokol bertahun-tahun karena pemilik hotel merasa cocok.
Kejadian menutupi comment buruk dari tamu sungguh tak baik. Kebiasaan mencari selamat seperti ini akan menyebabkan ternodanya sistem management dan tinggal menunggu hotel bubar jalan. Sementara tujuan utama memberikan pelayanan terbaik kepada tamu menjadi slogan saja. Pada prakteknya nol. Mungkin lelah.
3. Sales Marketing tak bergairah
Sales team mulai menerima keluhan langsung dari pelanggan. Keluhan terhadap sales marketing biasanya dari fasilitas yang tak dapat dikerjakan dalam sekejap, contohnya keadaan tempat tidur yang swing, toilet dan bathtub yang kusam, keramik yang retak, karpet bau dan dekil.
Bagi pelanggan yang cerdas, keadaan ini digunakan sebagai senjata penurunan harga. Tamu merasa tidak worthy. Take it or leave it tak berlaku pada tahap ini, ya 'take it saja, sebab revenue harus dihasilkan. Tentu tak seluruh pelanggan melakukan itu namun itulah salah satu alasan permintaan turunnya harga kamar.
Hotel baru adalah salah satu ancaman terhadap harga-harga yang telah disusun. Begitulah berbisnis hotel, bersaing saling memberikan yang terbaik mulai dari produk, pelayanan hingga harga. Orang-orang tertentu dalam team merasa tak tertantang lagi. Semakin lama semakin berkurang daya jual serta gairah team untuk menjual akibat seringnya menerima keluhan dari para pelanggan.
Keluhan dari perusahaan PT. Badu tentang bed yang tidak nyaman. Perusahaan PT. Kepo mengeluh karpet yang dekil. Lama kelamaan bertumpuklah sejumlah complaint yang apabila tak diselesaikan akan menjadi bom waktu. Hal ini mengakibatkan marketing team merasa kehilangan energy dan challenge. Sedemikian efek domino terhadap revenue dan popularitas produk.