Mohon tunggu...
Celesta Eka Pramudita
Celesta Eka Pramudita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030143

Hanya manusia berantakan, yang ingin mencoba untuk bebenah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Tamat Sekolah, Bukan Manjadi Suatu Alasan

29 Juni 2021   00:38 Diperbarui: 4 Juli 2021   22:00 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari seorang yang tidak tamat sma dan berasal dari perkampungan di Padang, ia berhasil merintis usaha fotokopi dengan sukses. "Jaya Abadi adalah nama usaha kecil-kecilan yang saya rintis sejak 1995, awalnya usaha ini saya bangun untuk menyambung hidup di Yogyakarta," tutur Fairus, sosok pemilik UMKM. Usaha fotokopi yang berpusat di Kudus, Gatak, Tamantirto, Kec Kasihan Bantul, Yogyakata.

Bermula dari seorang anak rantau asal padang kelahiran 1973. Fairus yang tidak tamat sekolah ini memilih untuk merantau ke Bandung dengan penuh keyakinan dan tekat untuk menjadi orang sukses. Walaupun dia berasal dari perkampungan di daerah Padang, itu tak mengurunkan niat dia untuk menjadi suatu halangan menjadi orang sukses.

Tujuan Faiurus merantau ke Bandung, yaitu untuk membantu serta belajar dari usaha fotokopi yang dimiliki kakaknya. Pada tahun 1992, ia mulai berkerja dan membantu usaha fotokopi milik kakaknya.

Sambari bekerja di fotokopi yang dimiliki kakaknya, yang berada di Bandung. Fairus pun mempelajari bagaimana cara agar bisa membangun usaha serupa yang dimiliki kakaknya, setelah 3 tahun, Bapak Fairus dengan empat saudaranya memberanikan diri untuk merantau dari Bandung ke Yogyakarta pada tahun 1995. Dimana Yogyakarta merupakan kota yang memiliki julukan kota pelajar. Itu adalah salah satu peluang untuk mendirikan usaha fotokopi, yang pada saat itu belum banyak dimiliki.

dokpri
dokpri

Dengan tabungan yang dia kumpulkan saat kerja di Bandung, Fairus dan empat saudaranya tiba di Yogyakarta. Mereka berkomitmen akan menjadi orang sukses lewat bisnis fotokopi, yang ia sudah dalami sejak di bandung. Kemudian mereka berpencar di berbagai daerah untuk merintis usaha fotokopi.

Fairus menjelaskan awal mula ia mendirikan usaha ini. "Saya hanya mempunyai modal 2 juta 500, yang sudah saya tabung saat membantu di fotokopi milik kakak saya, pada tahun 1995, pada saat itu Yogyakarta hampir bisa dibilang langka adanya usaha fotokopi," tutur Fairus.

Terus saya pun bertanya "bagaimana membuka usaha fotokopi dengan modal 2,5 juta, pada tahun 1995?". "Dengan modal sedikit yang saya miliki, saya membeli mesin fotokopi seharga 4 juta, itu pun diangsur dengan uang muka 500 ribu, 1,5 juta untuk mengkontrak di Karangkajen, terus sisanya untuk membeli peralatan dan menambah daya listrik menjadi 2200 watt, karena untuk mendirikan usaha fotokopi harus memiliki daya listrik minimal 2200 watt" tutur Fairus.

Lanjut Fairus "Menurut saya, ilmu dan pengalaman yang sudah saya dapatkan, saat membantu usaha kakak saya di Badung sudah cukup, akhirnya setelah berpikir panjang dengan penuh percaya diri, saya memberanikan memulai merintis usaha fotokopi, dengan tabungan sedikit yang saya miliki, lalu mengkontrak sebuah ruko kecil  pertama saya yang berada di daerah Karengkajen untuk mendirikan usaha fotokopi" ucap Fairus.

Ia pun menjawab ketika ditanyai tentang konsisten dalam membangun usaha."Jatuh bangun, saya pertaruhkan untuk mengembangkan usaha fotokopi yang sudah saya rintis, namun dengan kerja keras dan ketekunan serta penuh kesabaran, saya berhasil bertahan hingga 2021, dan memiliki Sembilan cabang fotokopi,"ujarnya

Persaingan pasar dan banyaknya kompetitor yang sejenis dengan usaha yang sudah didirikan oleh Fairus. Tahun ke tahun semakin banyak pesaing yang hadir dalam usaha fotokopi, membuat Fairus harus lebih inovatif dan kesabaran untuk mempertahankan usaha yang sudah ia lama rintis.

"Hingga saat ini saya memiliki Sembilan cabang fotokopi yang tersebar luas di Yogyakarta, dan memiliki 19 anak buah yang siap membantu untuk mempertahankan usaha ini" tegas Fairus, sosok pemilik UMKM.

dokpri
dokpri

Saat pemerintah Indonesia membuat kebijakan bahwa sekolah tatap muka ditiadakan, dan diganti dengan pembelajan online. Ini sangat berdampak buruk dengan usaha yang dimiliki Fairus.

Dia menjelaskan dampak yang ia alami selama pandemi covid-19 "Sejak Indonesia terdampak pandemi covid-19, membuat usaha yang saya miliki ini memiliki penurunan yang amat drastis, karena pemerintah melakukan kebijakan pembelajaran dari rumah, membuat banyak orang tidak melakukan kebutuhan yang sebelumnya mereka lakukakan" ujar Fairus.

Ketika ditanyai seberapa besar penurunan omzet yang ia alami.Fairus pun menjawab dengan sukarela "sebelum pandemi corona saya bisa mendapatkan pendapatan kotor 15 hingga 20 juta perbulan percabang, itu aja bisa lebih, tetapi saat pandemi berlangsung saya hanya memperoleh 4 hingga 6 juta perbulan, itu masih mending mas, saat pandemi baru saja datang ke Indonesia, saya hanya mendapatkan omset 2-3 juta itupun kalau rame, jadi pendemi corona ini sangat menyulitkan banyak orang atau khususnya yang memiliki usaha fotokopi seperti saya".

Fairus menjelaskan faktor yang membuat menurunnya omzet dia, sangat berpengaruh saat pandemi covid-19. "Selama pandemi covid-19 ini jauh merosot omzetnya, soalnya kan anak sekolah, dan mahasiswa melakukan pembelajaran lewat online, ya otomatis omzet jelas merosotnya jauh banget selama 1 tahun lebih ini".

Lanjut Fairus "kalau secara umum temen-temen itu, sudah tutup usaha fotokopinya karena selama pandemi omset turun secara drastis, dalam usaha fotokopi  sekarang itu lagi  memperhatinkan, kalau terus-menerus seperti ini, ya mungkin saya sendiri juga gak tahu harus bagimana lagi agar bisa mempertahankan usaha fotokopi milik saya, semoga pandemic covid-19 segera usai"

Tetapi dia mengeluh karena akhir-akhir ini jogja melonjak naik ankat covid-19, membuat fairus yang awalnya omzetnya mulai membaik, tetapi malah menurun lagi, kareana melonjaknya angka covid di jogja, "apalagi akhir-akhir ini di jogja, isu covid-19 melonjak naik lagi, ya jadi berkurang lagi pelanggannya".

Sebelum mengakhiri perbincangan saya dengan sosok pemilik UMKM bidang fotokopi ini, saya menanyai kiat membangun bisnis dari bawah dan minim modal. Fairus pun menjawab dengan senang hati "modal yang paling pertama itu keberanian, kebranian yang dimaksut yaitu berani mencoba, berani mencoba tapi tidak boleh sembrono, didampingi dangan harus penuh perhitungan juga, serta dilakukan dengan kerja keras, pantang menyerah, dan sabar" tutup Fairus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun