Aku takut menulis pada wajah bulan
Bias cahahanya pudarkan tiap kalimat ku
Kemudian ku genggam awan dan ku kertaskan dia
Namun,matahari  masih tegak ditengah langit
Aku berjalan tegak menuju laut
Pasir gemerlap kan majazi intan
Sekali lagi,kalimat ku di sapu ombak
Hingga aku memilih membelakangi arah samudra
dan ku harap daun-daun kan membentuk pola kalimat ku
Hujan telah lama tidur pada hutan belantara yang dulu hijau
Aku dan bersama waktu yang sekarang bersama ku
Tiada tahu arah kemana menuju
Jikalaulah disini adalah simpang
Mungkin bisa ku pilih satu arah untuk ku berdamai
Dan kalimat ku menjadi majazi
Tanpa hatimu yang menerima cinta iniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H