Hal yang tepentingnya adalah dalam sebuah proses semiosis meripakan bagaimana makna tersebut muncul dari sebuah tanda jika digunakan ketika seseorang sedang saat berkomunikasi dengan yang lainnya. Â yaitu memfokuskan Lalu bagaimana laporan keuangan yang termasuk dalam laba menjadikan sebagai tanda atau Ilmu semiotika? Berikut merupakan paragaf-paragaf yang mengungkapkan jawaban atas pertanyaan berikut yaitu :
1. Laporan keuangan pada Laba akutansi merupakan jejak.
Dengan cara memperhatikan laba dalam perhitungan laporan keuangan yaitu: penghasilan dikurangi dengan beban maka jelas bahwa makna objek atau realitas refrensial laba tidak akan mudah dapat dipahami jika pengguna laporan atau pembaca laporan keuangan sangat tidak mengerti atau memahami makna penghasilan atau beban. Pada penjelasan ini juga, mengungkapkan bahwa teks, adalah jejak(trace) sangatlah tidak relevan untuk dipergunakan dalam refleksi.
a). Jejak sebagai sejarah.
Laba akutansi meruapakan suatu teks, dan dengan perspektif pada filsafat derida, laba akutansi merupakan jejak yang bertanda harus dilakukan serta menelusuri. Teks yang dimaksud merupakan penghasilan ataupun beban karena kedua teks ini merupakan jejak pembentukan pada laporan keuangan laba. Maka dari itu penafsiran pada laporan keuangan laba sangatlah bergantung pada penafsiran yang berisi tentang pengahasilan maupun beban yang akan dijadikan sebagai teks pendahulu dalam membentuknya. Dengan mengetahui definisi serta dapat memahami apa itu penghasilan ataupun beban, pengguna laporan keuangan ataupu pembaca dapat segera mudah memahami realitas yang akan dipresentasikan pada penghasilan dan beban. Defines kedua tersebut hanya dapat mengidentifikasikan ciri-ciri esensial beban dan penghasilan, bukan bentuk faktula tersebut. Sampai detik ini bukan hanya laba saja yang merupakan "jejak" tetapi penghasilan serta beban juga merupakan"jejak". Berdasarkan ciri-cirinya ada dua unsur "jejak" pembentukan beban dan pendapat yang masih terus ditelusuri bagi pengguna laporan keuangan amupun pembaca yaitu  aset serta kewajiban penelusuran ini wajib dilakukan hal ini bertujuan untuk menafsirkan penghasilan serta beban yang sangat tergantung pada penafiran aset serta kewaiban yang dijadikan sebagai teks. Sama hal nya dengan pengertian atau definisi penghasilan ataupun beban.
b). Jejak sebagai pengalaman serta kepentingan.
Makna dalam laporan keuangan laba akutansi masih terbilang samar dan masih tampak sebagai "jejak" yang pastinya hal ini belum ditemukan dengan realitas refrensialnya secara konseptual yang akan dipahami para pengguna ataupun pembaca. Namun para pembaca laporan keuangan lainnya atau disebut juga non-akutan. Menafsirkan sebuah laba akutansi didasarkan pada ciri-ciri esensialnya yang menjadikan keberadaan diluar kapasitasnya. Tentunya mereka membutuhkan informasi laba untuk kepentingan praksis, karena dengan adanya kepentingan praksi yang berbeda-beda. Maka pluralitas serta ambivalensi dapat dikatakan penafsiran mereka atas laba laporan keuangan akutansi hal yang tidak dapat dihindari. Pemahaman inilah yang menjadikan akutan pada konsep laba merupakan "jejak" atau protext dalam mendasari penafisran terhadap laba akutansi. Berdasarkan pada ciri-ciri esensialnya setiap elemen atau komponen-kompenen pada laporan keuangan, akutan dapat memahami bahwa laba akutansi tidak hanya mepresentasikan aliran kas masuk neto yang diproses pada perusahaan dalam periode laporan keuangan, bahkan aliran kas masuk dalam neto tersebut yang mungkin tidak benar-benar ada dimasa depan, maka karena itu. Pada "jejak" pengalaman akutan, laba akutansi hanya tanda atau label perubahan realitas ekonomi perusahaan.
2. Laporan keuangan laba menjadikan tanda semiotik sebagai metafiskika kehadiran.
Dengan adanya pendapat dari laporan keuangan menjadikan tanda ilmu semiotika yaitu dengan cara menafsirkan suatu teks(text), tanda(sign) ataupun penanda(signifier) yang merupakan kepercayaan yang diyakini pada pandangan Konsep pada semiotika menurut Pierce Charles Sander yang memiliki implikasi bahwa makna(objek serta realitas) dimaksdukan hanyalah merupakan metafisika kehadiran. Dengan adanya tanda-tanda yang membuat komunikasi Bahasa sederhana dapat metafisika kehadiran. Realitas objektif beranggapan bahawa seolah-olah hadir ketika tanda, , teks, serta kata di sejajarkan dengan "makna". Metafisika merupaka suatu kehadiran yang melekat pada suatu simbol laba akutansi yang terdiri dari kata ataupun angka serta mengendalikan bahwa aliran pada aluran kas masuk neto yang telah dipresentaikan ada serta hadir bersamaan melalui simbol laba yang telah dibuat atau dipublikasikan. Apa yang dilakukan pada akutansi merupakan suatu indentik dengan hal yang dilakukan pada fotografer. Sama halnya dengan fotografer yang memandang sebuah foto serta membingkai pemaknaan pada sebuah foto dengan berbagai ilusi. Maka tidak heran jika akutansi pada laporan keuangan juga membingkai pemaknaanya pada laba akutansi yang dikontruksikan berdasarkan konsep-konsep dengan reifikasi. Reifikasi meruapakan suatu efek dari ilusi yang membahas tentang hadirnya konsep, ataupun aliran kas masuk neto yang menjadikan realitas transenden. Karena hal ini merupakan penghasilan serta beban yang tentunya membentuk tidak selalu merupakan fakta pada periode laporan keuangan tertentu. Tetapi bisa jadi dengan adanya akibat peristiwa periode sebelumnya ataupun masih merupaka suatu potensi pada peristiwa yang akan datang.
Kesimpulan pada artikel ini bahwa tanda-tanda yang diciptakan menurut pierce merupakan keberadaan suatu makna selain hal ini sudah ditentukan oleh kehadiran serta hubungan antar-tanda-tanda itu sendiri. Serta dihubungkan dengan fungsi yang dimiliki maupun Bahasa yang memiliki fungsi ekternal ataupun fungsi terhadap internal. Maka dari itu selain dapat digunakan untuk menyampaikan informasi maupun komunikasi yang dapat menciptkan suatu komunikasi, juga untuk mengelolah informasi tersebut ke dialog antar manusia dengan manusia lainnya.
Kajian penjelasan ini juga merupakan suatu kode dalam pemakaian tersebut yang berfokus pada :
- Karakteristik dalam hubungan antar, lambang, kata satu dengan lainya, maupun bentuk.
- Memiliki hubungan antar -bentuk kebahasaan pada dunia luar yang dimaksud.
- Memiliki hubungan antara kode dengan pembahasan yang akan dipakai.