Mohon tunggu...
Cecilia Amalia
Cecilia Amalia Mohon Tunggu... Akuntan - Pegawai Negeri Sipil (PNS)

💌cecil.amalia@gmail.com\r\nLine : cecilamalia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memeluk Kamu (lagi) dalam Doaku

21 Februari 2016   23:34 Diperbarui: 22 Februari 2016   00:11 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku pikir dengan melepaskan namamu dalam deretan doaku, aku bisa bahagia. Nyatanya kini, aku khawatir. Aku seketika teringat namamu, meski memang setiap hari selalu namamu saja yang kutahu mengisi kepalaku. Beda, kini aku merasa ada yang tak beres dengan hidupmu. Berniat tak menggubris, justru membuatku semakin menyesali sudah tak membawa kamu dalam doaku akhir-akhir ini.

Sempat aku menangis, mohon ampun pada Tuhan karena tidak sepakat sampai akhir menyebut kamu dalam doaku. Ya, aku pernah berjanji pada Tuhan untuk selalu mendoakanmu, apapun yang terjadi bahkan mungkin sampai rohku terpisah dengan tubuhku. Tapi, dengan keegoisanku sendiri aku melupakannya. Karena aku sempat berpikir ingin melupakanmu dan menempatkamu jauh dari hatiku.

Mungkin kulepas semua tentangmu dan ku simpan rapi dalam kotak kenangan yang terkunci dan dengan menutup mata membuang kuncinya. Hingga aku tak akan tahu dan berniat untuk mencari kunci tersebut. Ya, supaya aku tak lagi membuka kotak itu. Tak lagi mengenangmu. Itu mauku yang sebenarnya juga tak ku inginkan. Yang tak ingin aku lakukan, jujur saja. Karena kamu hidup dalam hatiku, masakan aku membuangmu. Sama saja aku hidup tanpa hatiku seumur hidupku 

"Kamu seperti apa sekarang? Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu jauh dari Tuhan? Apakah kamu melakukan sebuah dosa? Apakah kamu tidak lagi seperti dulu?" 

Pertanyaan itu kini menghantuiku. Aku benar-benar terkurung setengah mati akan perasaan takutku akan kehidupanmu. Apa yang harus ku lakukan untukmu? Membiarkanmu? Begitu saja cuek kamu jatuh dalam dosa dan hidup jauh dari Tuhan? Teganya aku biarkan seperti itu. 

Aku merindukan sosokmu yang sederhana saja. Kamu yang dulu. Kamu yang menyukaiku dulu, tidak tahu kalau sekarang. Dulu itu kamu begitu lucu. Tidak melakukan hal besar tapi bisa membuat aku menyukaimu pula. Aku yang terlalu susah membuka hati, namun kamu bisa membukanya tanpa susah payah. Ajaib, kamu orang yang ku kasihi. Aku mengasihi mu terlebih ku mengasihi Tuhanku. Tuhan kita. Ingat kamu? Berdoa bersama kita pernah lakukan. Itu bukan hal kecil. Tidak ada hal kecil buatku. Semuanya berpengaruh besar dan aku merindukan semua itu, selalu. 

Kasihku, tolong jangan buatku khawatir. Hiduplah dengan benar. Dengan itulah aku bisa bahagia. Jangan bermain-main dengan hidupmu seperti kamu mempermainkan aku dan hubungan kita dulu itu. Hidupmu lebih penting, kasihku. Jangan sia-siakan hidupmu yang berharga. Talenta mu yang luar biasa, kamu berharga. Itu anugerah Tuhan, jangan sia-siakan. Bisakah kamu dewasa dan hidup dengan baik sehingga aku juga bisa bahagia dari kejauhan sini? Tak jauh sih, kamu masih bisa ku jangkau tak sampai setengah jam untuk memelukmu secara nyata sebenarnya. Kamu masih dekat, hanya saja kondisi yang menjauhkan. Terasa sangat jauh, seperti berjuta-juta kilometer.

Apakah kamu merasakan ada seseorang yang memelukmu dalam doa? Itu aku. Tapi kamu tidak perlu tahu itu aku. Biar aku dan Tuhan yang tahu. Tulus, aku tidak meminta apa-apa, kasihku. Kumohon hiduplah dewasa, bahagia dan dekat dengan Tuhan. Aku juga bahagia, sungguh.

 

This is me,

CECIL

S

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun