Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengantar Para Jihadis Kembali ke Indonesia

14 November 2016   12:34 Diperbarui: 17 September 2017   07:10 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hanya sampai disitu, polisi dan John Lee sebagai wakil agen pemilik kapal di Suva meminta saya sebagai saksi dalam proses otopsi atau post mortem yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Apabila telah dinyatakan jasad korban dipulangkan di Indonesia maka saya juga diminta menyaksikan proses pemandian mayat oleh pihak Fijian Moslem League yang diminta oleh pihak agen pemilik kapal apabila korban seorang muslim sampai pengecekan barang milik korban dan dimasukkan ke dalam peti serta mendapatkan Airways Bill dari paket peti mayat yang dikirimkan oleh agen pengiriman barang ke Indonesia. Hal tersebut membutuhkan waktu 2-3 minggu karena berkaitan dengan banyak pihak berwenang seperti Departemen Kesehatan Fiji, Rumah Sakit, Kepolisian dan Protokol Bandara sebuah negara yang mengijinkan paket peti mati dapat masuk ke Bandaranya.

Dok. Cech
2014-11-23-10-17-29
2014-11-23-10-17-29
Ruang penyimpanan mayat berupa kontainer (dok. Cech)

Inilah pengalaman pertama saya membantu pengurusan mayat ABK Indonesia yang akan dikirimkan ke Indonesia. Ada hal menarik saat saya menyaksikan proses post mortem sampai dimasukkan ke dalam peti yaitu saat mayat dikeluarkan dari ruangan mayat, saya harus memastikan nomor jasad yang ada di form polisi dengan rumah sakit yang biasanya dikaitkan di jempol kaki mayat. Saya harus ikut petugas rumah sakit dan polisi untuk mengecek hal tersebut. Kalau nomornya cocok maka mayat dapat dikeluarkan dari kontainer. Tahu sendirikan bagaimana suasananya dan rasanya mengerikan karena ruang mayat di rumah sakit Fiji berbeda dengan ruang mayat di Indonesia. Di Fiji, mayat disimpan ke dalam sebuah  kontainer yang didalamnya dibuat semacam rak memanjang sampai 2 tingkat sehingga sempit sekali. Seringkali tubuh saya bersentuhan dengan mayat lainnya karena sempitnya ruangan. Setelah itu saya merasakan perut mual dan sempat 3 hari malas makan karena masih terbayang wajah mayat dan bau tidak enak di dalam ruang mayat. Tetapi lama kelamaan saya terbiasa dan menemukan cara supaya perut tidak mual yaitu dengan mengunyah permen karet.

Ada satu peristiwa menarik pada saat saya mengurus ABK Indonesia yang meninggal dunia karena sakit di perairan internasional dekat Samoa. Kemudian mayat tersebut dibawa ke Suva, Fiji dan membutuhkan waktu 15 hari. Kebetulan ABK tersebut berada tanggung jawab perusahaan agen pemilik kapalnya John Lee. Saat mayat dimandikan oleh beberapa anggota Fiji Moslem League, John Lee terlihat meneteskan air mata. Kemudian saya bertanya mengapa John Lee menangis ?

Mayat dimandikan oleh Fijian Moslem League (Dok. Cech)
2014-11-23-10-48-36
2014-11-23-10-48-36
Mayat dikafani (dok. Cech)
2014-11-23-10-40-45
2014-11-23-10-40-45
John Lee memeriksa dan mengecek kembali barang milik ABK yang akan dimasukkan ke peti mati (dok. Cech)Mayat dimasukkan ke dalam peti bersama dengan barang miliknya (dok. Cech)
2014-11-23-10-53-13
2014-11-23-10-53-13
Dok. Cech
2014-11-23-11-10-35
2014-11-23-11-10-35
Setelah peti mati dibungkus dengan beberapa kemasan plastik sampai rapat, jenasah didoakan bersama (dok. Cech)

” Lihat Cech, mayat tersebut. Saya teringat anak saya karena seumur (sambil menunjukkan data tenaga kerja dan foto copy paspor). ABK itu masih muda sekali. Bayangkan Cech, masih berumur 19 tahun. Saya yakin ABK itu tidak pernah membayangkan kerasnya bekerja di kapal. Kerja selama 22 jam saat menarik umpan, makan seadanya, dan belum lagi dipukuli oleh kapten atau tafunya (mandor). Dalam pikiran ABK tersebut kerja di kapal enak, berangkat ke luar negeri, berharap mengumpulkan banyak Dollar Amerika dan saya yakin ABK tersebut dari keluarga miskin dan tinggal di pedesaan. Yang parahnya lagi, ABK tersebut tidak mempunyai kemampuan sebagai pelaut dan tetap saja agen tenaga kerja di Indonesia mengirimnya ke Fiji karena hanya berpikir meraup keuntungan. Masih muda dan mati sia-sia. Saya prihatin dan merasa kasihan dengan keluarganya. Berharap mendapatkan uang tapi kembali hanya nama di peti mati. “ jelas John Lee.

Saya pun merasa sedih dan membenarkan pernyataan John Lee tentang kondisi sebenarnya tenaga kerja Indonesia terutama ABK yang dikirimkan ke luar negeri oleh agen tenaga kerja yang kebanyakan abal-abal.

” Ini bukan hanya tugas kementerian tenaga kerja. Harusnya menjadi tugas masyarakat Indonesia terutama di lingkungan tempat tinggalnya. Setelah kejadian meninggalnya ABK ini seharusnya pejabat di daerahnya mulai dari kepala dusun, kepala desa, camat dan bupati bersama dinas tenaga kerja harus lebih mengontrol pengiriman warganya sebagai ABK ke luar negeri. Satu nyawa warga saja yang hilang, berharga sekali nilainya bahkan tak ternilai. Disamping itu para pemuka agama baik ustad, ulama, kyai, pendeta atau pastor berperan aktif membantu pemerintah mengingatkan umatnya untuk hati-hati, jeli dan teliti dalam setiap menerima tawaran kerja ke luar negeri baik jadi ABK atau Buruh Migran. Jangan menilainya dari uang atau pertumbuhan ekonomi tapi nyawa seorang manusia. “ tegas John Lee.

Perlu diketahui, kalau melihat perjanjian kontrak kerja antara ABK dengan Agen Tenaga Kerja secara hukum posisi ABK lemah. Dalam kontrak kerja banyak sekali hal yang janggal seperti besaran gaji ABK. Bagi pemula hanya dibayar USD 300 dimana selama 6 bulan gaji dipotong oleh agen tenaga kerja, ABK hanya mendapatkan gaji USD 50 di kapal dan sisanya dikirim ke keluarga ABK (sistem delegasi). Itupun kalau agen tenaga kerjanya amanah dan terpercaya karena seringkali saya mendapatkan kasus 3 bulan pertama saja dibayar setelah itu menghilang alias kabur melarikan gaji yang menjadi hak ABK dan pura-pura menyatakan bangkrut. Padahal untuk ukuran pemula, ABK asal Cina, Vietnam, Filipina, Myanmar dll digaji USD 450 utuh di kapal dan tidak ada istilah sistem delegasi.

Seringkali ada tarik menarik antara agen tenaga kerja dan pemilik kapal tentang siapa yang bertanggung jawab dalam membiayai pengiriman mayat ABK ke Indonesia dan pembayaran asuransi jiwa kepada keluarga ABK. Selama ini Kemlu RI sangat tegas dalam menyelesaikan persoalan ini karena ancamannya adalah dilaporkan ke polisi dan meminta imigrasi Fiji menghentikan pemberian visa kerja bagi ABK yang akan bekerja di kapal-kapal yang kantornya berkedudukan di Fiji.

Biaya pengiriman mayat ke Indonesia sangat mahal mencapai kurang lebih FJD 6000-7000 (sekitar IDR 40 juta-an). Nah ini yang sering dimanfaatkan oleh agen tenaga kerja dengan membujuk keluarga ABK agar mayat ABK dimakamkan di Fiji saja karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar dan seringkali membohongi keluarga ABK tentang kondisi sebenarnya.Maka itu dengan adanya Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI sangat membantu keluarga ABK karena pendampingan direktorat tersebut terhadap keluarga maka hak-hak ABK terlindungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun