Berbeda dengan Indonesia, pemerintah Fiji dibawah Perdana Menteri Bainimarama secara tegas melarang penggunaan mobil dinas/pemerintah di luar jam kantor atau keperluan dinas kecuali telah mendapatkan ijin dari Kepala Departemen atau Permanent Secretary di setiap kementerian. Itupun jelas sekali adalah untuk keperluan dinas tanpa pengecualian.
[caption id="" align="aligncenter" width="391" caption="Beberapa kendaraan pemerintah yang ditahan militer (fijisun.com)"][/caption]
Sebulan lalu, Perdana Menteri Bainimarama memerintahkan militer untuk membantu polisi di jalan dalam memantau penggunaan mobil-mobil pemerintah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penyalahgunaan mobil dinas di luar keperluan dinas. Lebih dari 50 buah kendaraan pemerintah telah ditahan oleh militer karena seliweran di jalan setelah jam kerja tanpa surat ijin. Beberapa kendaraan Pemerintah tersebut berada di jalan pada jam 2 sampai 4 pagi tanpa otoritas apapun. Kebanyakan kendaraan tersebut dikandangkan di Queen Elizabeth Barrack (barak militer), Nabua.
Padahal jelas sekali perintah pemerintah Fiji melalui Public Service Commission (PSC) pada awal tahun yang menyatakan semua kendaraan pemerintah yang beroperasi setelah jam kerja harus disahkan oleh Sekretaris Tetap Kementerian (Permanent Secretary) atau Kepala Departemen (Head of Department). Tetapi masih saja ada pejabat pemerintah yang menyalahgunakan. Itulah alasan PM Bainimarama memerintahkan Panglima AD RFMF Kolonel Mosese Tikoitoga untuk membantu polisi dan pemerintah dalam penegakan hukum (good government) terutama tertib aturan dalam pemakaian sumber daya milik negara dalam upaya menghentikan penyalahgunaan dan korupsi pada seluruh departemen. PM Bainimarama paham benar bagaimana tindak tanduk institusi militer yang on the track dalam penegakan hukum di Fiji walaupun konsekuensinya, banyak anggota militer (perwira) dicap sebagai orang jahat dan kaku oleh pejabat-pejabat pemerintah.
Kolonel Tikoitoga mengingatkan bahwa mereka yang terlibat dalam pemerintah harus memiliki toleransi nol terhadap korupsi dan harus mengubah pola pikir yaitu reformasi dilakukan oleh pemerintah sekarang adalah mengelola sumber daya pemerintah dengan cara yang tepat.
Kesimpulannya adalah biasanya penyalahgunaan disebabkan oleh kebijakan (policy) seorang pemimpin yang salah. Ini bukan masalah BBM yang ditanggung sendiri atau merayakan lebaran tetapi masalah penegakan hukum dan kepantasan. Kendaraan pemerintah hakekatnya milik rakyat yang diperoleh dari pajak yang dibayar oleh rakyat. Pejabat pemerintah adalah pelayan masyarakat maka tidak pantaslah pelayan berleha-leha di dalam kendaraan milik masyarakat, sementara masyarakat yang nota bene adalah tuannya berdesak-desakan di dalam bus, kereta api, dan kapal laut. Mari lebarkan hati dan pikiran demi kemaslahatan umat dan bukan melebarkan ego demi kepentingan pribadi dan keluarga sehingga sia-sialah ibadah puasa yang sudah dijalankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H