Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berbicaralah dengan Data

4 Agustus 2010   22:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:18 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Mengapa orang Indonesia malas membaca data ? " Itulah kalimat yang dikatakan oleh seorang teman asal Amerika kepada saya. Contoh yang diberikan adalah setiap ditanya bagaimana menurut anda tentang kemiskinan di Indonesia ? Maka orang Indonesia akan menjawab kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan. Iya, itu benar tetapi berapa penurunannya. Apakah 10 %, 15 % atau sekian persen ? Selalu dijawab dengan perasaan. Perasaan saya bla bla bla... semuanya tidak jelas dan mutar-mutar menjawabnya.

Memang menyebalkan pada saat mendengar komentar tetapi setidaknya teman bule tersebut menyadarkan saya akan pentingnya sebuah data. Data apapun sehingga membuat saya menjadi mengerti dan mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya dalam setiap pekerjaan terutama pada saat saya berhubungan bisnis dengan orang lain. Nah saya ada cerita menarik tentang seorang teman yang sering melakukan bisnis dengan orang Jepang. Kata beliau, sebetulnya semua barang yang ada di Indonesia bisa diekspor ke Jepang termasuk bangkai sekalipun asalkan kita dianggap sebagai orang yang terpercaya dalam menyampaikan informasi kepada mereka.

Pada awalnya beliau bertemu dengan orang Jepang yang sedang mencari ikan cakalang lewat internet. Kebetulan beliau mempunyai ilmu perikanan yang baik karena beliau adalah lulusan Akademi Perikanan. Tetapi lulusan perikanan tidak menjamin ikan yang diekspornya dapat mudah dicari dan masuk ke pasaran di Jepang. Semuanya bukan hanya berkaitan dengan kualitas tetapi kontinuitas. Kalau bicara kontinuitas berarti kita harus mengetahui produksi yang dihasilkan setiap bulannya karena orang Jepang tersebut ingin melakukan kontrak selama 6 bulan.

Saat itu beliau sudah senang sekali ketika mendengar langsung via telepon dari orang Jepang tersebut kalau akan mendapatkan kontrak selama 6 bulan. Kegembiraan beliau tersebut hanyalah sesaat karena beliau sendiri merasa kepusingan mencari sumber ikan cakalang di Indonesia. Tetapi beliau tidak pendek akal. Segeralah beliau melakukan survei ke pasar ikan di Muara Baru Jakarta.

Di pasar ikan Muara Baru beliau bertemu langsung dengan para nelayan tetapi beliau tidak mengatakan alasan sebenarnya mengapa beliau mencari ikan cakalang. Hal ini dilakukan karena beliau mengerti karakteristik orang-orang yang ada di Muara Baru. Kalau dikatakan untuk ekspor maka beliau akan dipermainkan. Maksudnya adalah uang muka dibayar tetapi barang tidak ada atau barang ada tetapi tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Apa yang dilakukan oleh beliau agar mendapatkan informasi yang jelas ? Beliau mengatakan kepada orang-orang di Muara Baru nahwa beliau mencari ikan cakalang untuk bahan penelitian studi S-2 nya di sebuah perguruan tinggi ternama di Bogor. Berbohong ? Benar beliau berbohong. Ini dilakukan karena terpaksa san sering mendengar pengalaman pahit dari teman-temannya saat berhubungan dengan orang-orang di Muara Baru. Alasan penelitian itulah yang memudahkan beliau dibawa masuk kemana-mana untuk melihat pasokan ikan cakalang dari seluruh Indonesia. Selain itu beliau mendapatkan data dan informasi yang lengkap dari setiap pemasok tiap bulannya.

Bahkan beliau sempat ikut supir truk yang membawa ikan cakalang dari Surabaya dengan membayar sejumlah uang kepada supir agar ditunjukkan lokasi pabrik yang mengolah ikan cakalang bersih. Uniknya saat itu beliau menumpang di bak truk kosong dimana selama perjalanan beliau harus menahan bau amis dan busuk ikan serta ditemani lalat. Bisa dibayangkan perjuangan beliau untuk memperoleh informasi yang lengkap agar pembeli Jepangnya percaya kepadanya.

Sesampainya di Surabaya, beliau langsung bertemu dengan pemilik pabrik pengolahan dan mengatakan kalau ingin membeli ikan cakalang dalam jumlah bersih dengan syarat-syarat yang beliau tentukan. Beliau berani membayar mahal asalkan diberikan kesempatan untuk ikut mengontrol ikan cakalang olahan ekspor. Dengan cara begitu, beliau bisa menjamin pasokan setiap bulannya kepada pembeli Jepang.

Ada yang lucu pada saat beliau memberitahu kesanggupannya memenuhi keinginan pembeli tersebut. Beberapa kali Si Jepang menanyakan dan meyakinkan beliau bahwa ikan cakalang yang dicari benar-benar ada dan sesuai dengan keinginannya. Berkali-kali juga beliau memberikan jawaban yang meyakinkan dengan mengatakan,

" Hamada san saya melihat ikan cakalang untuk ekspor ini dengan segenap jiwa raga saya. Saat ini saya sedang berada di pabrik pengolahan ikan cakalang "

" Yakin !!! Purwanto san. Dengan mata kepala ya "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun