Pada saat Puteri Liong Tien berpegangan tangan dengan Syekh Sadth Safir yang uzur sebagai ungkapan kegembiraan yang teramat sangat dari Sang Puteri, tiba-tiba Arya Kemuning masuk ke dalam pondokan. Tanpa banyak tanya, Arya Kemuning langsung memarahi ibunya dan memaki-maki Syekh Sadath Safir yang dianggap telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Berdua-duaan sambil berpegangan tangan di dalam pondok dan bukan mahromnya. Sungguh perbuatan dosa pikir Arya Kemuning.
Arya Kemuning menarik tangan ibunya dan memukul Syekh Sadth Safir. Syekh Sadth Safir dapat mengelaknya dan bergerak menjauhi Arya Kemuning, Arya Kemuning tampak makin emosi melihat pukulannya berhasil dielak oleh Syekh Sadat Safir. Arya Kemuning kembali menyerang tapi dapat ditangkis dan dielak oleh Syekh Sadath Safir. Walaupun Syekh Sadath Safir sudah uzur tapi masih mampu menghadapi Arya Kemuning. Sampai pada waktu yang tepat, Syekh Sadath Safir dapat mematikan serangan Arya Kemuning. Arya Kemuningpun tersungkur tanpa daya, berusaha untuk bangkit tapi tenaga sudah habis dan pingsanlah Arya Kemuning.
Atas kejadian tersebut, Puteri Liong Tien meminta maaf atas perbuatan anaknya yang menyerang dan berkata tidak sopan kepada Syekh Sadath Safir. Selama ini Puteri Liong Tien dan Sultan tidak pernah menceritakan kepada Arya Kemuning tentang sosok Syekh Sadath Safir. Akibatnya terjadilah perasaan sak waksangka Arya Kemuning kepada Syekh Sadath Safir yang merupakan sahabat terdekat keluarga Sultan.
Syekh Sadath Safir memaafkan perbuatan Arya Kemuning disebabkan oleh ketidaktahuan Arya Kemuning dan meminta maaf kepada Puteri Liong Tien atas tindakannya yang membuat Arya Kemuning pingsan. Syekh Sadath Safir sungguh merasa malu karena sebagai orang tua sudah tidak sepantasnya meladeni jiwa muda Arya Kemuning dengan cara yang emosional. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.
Kemudian Syekh Sadath Safir memberikan pengobatan kepada Arya Kemuning yang sedang pingsan. Selanjutnya Syekh Sadath Safir mengatakan kepada Puteri Liong Tien untuk pamit diri dan meninggalkan pondokannya yang telah lama ditempati sebagai ungkapan rasa malunya dan menghindari hal-hal bruk yang tidak diinginkan. Berulang kali Puteri Liong Tien memohonnya untuk tidak pergi dan tetap tinggal di pondokan. Karena Puteri sangat mengerti akan pentingnya pondokan tersebut dan makin susah saja bisa bertemu dengan Syekh Sadath Safir yang sangat mumpuni ilmu agama Islam. Permintaan Puteri ditolak oleh Syekh Sadath Safir dang langsung menghilang di dalam kegelapan hutan meninggalkan Puteri Liong Tien dan anaknya beserta rombongan kesultanan.
[caption id="attachment_79626" align="aligncenter" width="282" caption="Petilasan Syekh Abdul Muhyi (sodinco.blogspot.com)"][/caption]
Sejak saat itu, Syekh Sadath Safir menghilang dan tidak diketahui keberadaannya, Beberapa kali Sultan memerintahkan anak buahnya untuk mencari Syekh Sadath Safir tapi selalu gagal. Rupanya Syekh Sadath Safir tinggal di sebuah hutan sebelah selatan kota Tasikmalaya dan mendirikan pondok pesantren disana dengan menggunakan nama baru agar tidak dikenali oleh orang-orang suruhab Sultan. Bersama muridnya Syekh Wali Abdullah, Syekh Sadath Safir menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di daerah tersebut. Nama Syekh Sadath Safir berganti nama menjadi Syekh Abdul Muhyi.
[caption id="attachment_79628" align="aligncenter" width="562" caption="Suasana di Makam Eyang Wali Abdullah "][/caption] ================================================================================
”Kalimat tauhid akan sulit hadir pada seorang individu yang belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada Rasullullah oleh mursyidnya saat menghadapi sakaratul maut”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H