Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Brunei Darussalam : Langka Ukuran Besar Di Negeri Mungil

8 Juni 2014   16:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:43 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah Complex sebelah selatan

Tadi malam saya tidur dengan pakaian yang melekat di badan. Acem !!! Itu kata istriku mengomentari baju yang kupakai. Sayapun hanya bisa tersenyum, wong istri dalam hatiku hehehe. Hari Rabu tanggal 14 Mei 2014, hari kedua kami di Brunei Darussalam. Pagi-pagi sekali kami sudah mendengar suara orang banyak di seberang jalan. Rupanya pasar tradisional Tamu Kianggeh sudah menggeliat dengan aktifitas jualannya. Beberapa mobil parkir di pinggir jalan. Ada yang berjualan makanan dengan mobil terbuka dan ada pula yang sekedar memarkirkan mobilnya untuk pergi belanja ke pasar yang berada persis di seberang sungai. Taksi-taksi air atau perahu taksi mondar-mandir menepi dan menurunkan penumpangnya yang kebanyakan adalah kaum wanita. Menarik untuk diamati dari jendela kamar hotel kami.

Rencana kami pada hari kedua adalah pergi kembali kembali ke Brunei International Airport (BIA) untuk menanyakan keberadaan koper saya yang lenyap kemarin. Dengan menelpon Pak Azman sang supir taksi, kami minta dijemput di hotel pada pukul 10 pagi. Rupanya Pak Azman datang tepat waktu ke hotel kami dan kebetulan kami sudah siap menunggu di lobi setelah makan pagi.

" Kita ke BIA lagi kah ? Belum ada kabar koper bapak ? " tanya Pak Azman dengan seriusnya.

" Belum Pak Ci. Dari kemarin sore hingga malam hari kami menunggu berita dari Air Asia tentang kepastian koper kami " jawab istri saya.

" Kasian kalian. Kalau begitu kalian harus tanya dengan jelas nanti sewaktu di kantor Air Asia ya "

" Ya. Pak Ci. "

Pak Azman melajukan mobilnya ke BIA dengan penuh semangat. Tampak wajah simpati dari Pak Azman yang membuat kami yakin untuk menggunakan taksinya. Sesampainya di BIA, kami langsung menuju ke Kantor Air Asia yang berada di dalam BIA yang sedang direnovasi. Suasana sepi terlihat di dalam BIA pada pagi itu. Akhirnya kami menemukan Kantor Asia. Kami tidak boleh masuk ke dalam kantor. Kami hanya dilayani oleh seorang di luar dan bicara seperti di loket pembelian karcis bioskop. Tak ada jawaban memuaskan yang kami dapat dari Customer Service Air Asia Brunei. Malah ketika kami tanyakan tentang klaim koper yang hilang, wanita tersebut mengatakan bahwa klaim tidak dapat dilakukan karena koper kami tidak diasuransikan. Ya memang tidak diasuransikan tetapi hilangnya koper bukanlah kesalah kami. Tetapi wanita tersebut tetap tidak bergeming dengan pendapatnya. Yang lucunya ketika kami meminta wanita tersebut untuk menelpon Air Asia Kuala Lumpur, dijawabnya kalau Air Asia tidak dapat menelpon langsung dan hanya bisa menanyakan via email. Waduh, beginikah pelayanan Air Asia. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu kabar koper kami dan meminta Air Asia agar segera menelpon kami ke hotel apabila sudah mendapatkan informasi dari Air Asia Kuala Lumpur.

Semangat !!! Istri menghibur saya. Segeralah kami keluar BIA dan bertemu Pak Azman untuk mengantarkan kami ke Pusat Perbelanjaan atau Mall yang ada di Bandar Seri Begawan. Pak Azman menyarankan kami untuk pergi ke Grand Mall (Shopping Complex), salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Brunei. Jarak antara BIA ke Grand Mall ternyata hanya membutuhkan waktu 15 menit. Pak Azman menyarankan kami sebaiknya menggunakan bus atau taksi air sewaktu ingin kembali ke hotel dari Mall karena kalau naik taksi terlalu mahal ongkosnya. Lagi pula susah mencari taksi di Brunei Darussalam. Dari Grand Mall ke Hotel disarankan menggunakan bus 23 atau 57 sambil menunjukkan halte bus berada. Tarifnya hanya 1 Brunei Dollar per orang saja. Atau menggunakan taksi air dengan tarif 5 Brunei Dollar per orang tetapi tergantung kondisi sungainya. Kalau sungai surut maka taksi air tidak beroperasi.

Selama 1 jam kami mengelilingi Grand Mall, ternyata baju atau kaos atau celana pendek untuk ukuran saya tidak didapatkan. Mulai dari lantai dasar sampai lantai 6, toko-toko pakaian yang kami datangi tetap saja tidak ditemukan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di Food Court Grand Mall tersebut.

Setelah makan siang, kami memutuskan untuk mengelilingi pertokoan yang berada di sekitar Grand Mall. Akhirnya kami menemukan juga kaos dan celana pendek ukuran besar atau ukuran US (kata penjual Suvernir khas Brunei Darussalam). Tanpa pikir lagi, kami membeli 2 buah kaos dan 3 celana pendek. Lumayanlah untuk pakaian pengganti selama perjalanan nanti.

Jam menunjukkan pukul 2 siang, segeralah kami menuju halte bus yang ditunjukan oleh Pak Azman. Tak beberapa lama bus nomor 23 tiba. Bus ukuran sedang dengan AC yang sejuk membuat nyaman penumpang sepanjang perjalanan. Apalagi saat itu cuaca sangat terik dan panas sekali. Sesekali saya mengamati kondisi bus, sopir dan kernetnya. Ada yang membedakan dengan bus di Indonesia, sebagian besar kernet bus adalah wanita dan cukup ramah menyapa para penumpang. Kernet wanita ini selalu memberikan informasi yang jelas apabila ada pertanyaan dari penumpang seperti kami. Sekitar 15 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di depan hotel kami. Sesampainya di hotel, kami memutuskan untuk istirahat sejenak dan sore harinya kami berencana untuk jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar hotel.

Sore haripun menjelang, kami telah bersiap dengan jalan kaki mengelilingi tempat tempat wisata yang sudah direncanakan. Bergeraklah kami ke utara. Sekitar 100 meter dari hotel, kami tiba di sebuah kuil Cina yang tampak lain dari bangunan-bangunan yang berada di sekelilingnya. Kuil Cina dengan nama Teng Yun Temple (腾云殿 atau baca Teng Yun Dian) atau Temple of Flying Clouds menjadi tempat wisata pertama yang wajib dikunjungi. Kuil ini dibangun oleh masyarakat Cina Hokkien pada tahun 1918 dan terletak di Jalan Sungai Kianggeh (Kianggeh River Road).

Selanjutnya tidak jauh dari Teng Yun Temple dan masih terletak di Jalan Sungai Kianggeh, kami melihat sebuah gedung bernama Pusat Belia (semacam Gedung Pemuda dan Olahraga). Setelah itu kami berbelok menuju Jalan Bendahara dan ada satu gedung utama pemerintah kerajaan yaitu Gedung Jabatan Adat Istiadat Negara.

Keringat mulai mengucur di sekujur tubuh kami dan sesekali beberapa pengendara mobil memperhatikan kami karena sore hari itu tidak ada orang yang berjalan kaki kecuali kami dan sepasang turis bule. Di penghujung Jalan Bendahara barulah kami menemukan Jalan Sultan Omar 'Ali Saifuddien. Jalan Sultan Omar 'Ali Saifuddien adalah jalan utama di Bandar Seri Begawan dan banyak terdapat bangunan bersejarah, gedung-gedung pemerintahan dan taman utama Kerajaan Brunei Darussalam. Beberapa bangunan dan taman yang kami kunjungi antara lain Bangunan Alat-alat Kerajaan (Royal Regalia), Pusat Sejarah Brunei (Brunei History Center), Royal Ceremonial Hall dan Dewan Majelis.

[caption id="attachment_5655" align="aligncenter" width="564" caption="Suasana Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien"]

[/caption] [caption id="attachment_5657" align="aligncenter" width="564" caption="Royal Ceremonial Hall dan Dewan Majelis"]
Royal Ceremonial Hall dan Dewan Majelis
Royal Ceremonial Hall dan Dewan Majelis
[/caption] [caption id="attachment_5658" align="aligncenter" width="564" caption="Brunei History Center"]
Brunei History Center
Brunei History Center
[/caption] [caption id="attachment_5656" align="aligncenter" width="564" caption="Bangunan Alat-alat Kebesaran Kerajaan Diraja"]
Bangunan Alat-alat Kebesaran Kerajaan Diraja
Bangunan Alat-alat Kebesaran Kerajaan Diraja
[/caption] [caption id="attachment_5659" align="aligncenter" width="564" caption="Jam Unik di perempatan Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien dengan Jalan Elizabeth 2"]
Jam Unik di perempatan Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien dengan Jalan Elizabeth 2
Jam Unik di perempatan Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien dengan Jalan Elizabeth 2
[/caption] [caption id="attachment_5660" align="aligncenter" width="354" caption="Bangku di sepanjang Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien"]
Bangku di sepanjang Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien
Bangku di sepanjang Jalan Sultan Omar Ali Saifuddien
[/caption] [caption id="attachment_5661" align="aligncenter" width="564" caption="Makam Raja Ayang"]
Makam Raja Ayang
Makam Raja Ayang
[/caption]

Tepat di perempatan antara Jalan Sultan Omar 'Ali Saifuddien dan Jalan Elizabet terdapat Makam Raja Ayang yaitu makam seorang wanita yang masih mempunyai hubungan keluarga Kesultanan Brunei Darussalam dan pernah hidup pada jaman Sultan Sulaiman (tahun 1452). Makam Raja Ayang ini menjadi simbol betapa taatnya Sultan Brunei kepada ajaran Islam walaupun masih berkaitan saudara apabila melanggar aturan agama tetap harus dihukum tanpa pandang bulu.

Di seberang makam Raja Ayang terdapat taman atau lebih tepat disebut lapangan upacara yaitu Taman Haji Sir Muda Omar 'Ali Saefuddien. Taman ini seringkali digunakan untuk upacara penting dan besar Kesultanan Brunei Darussalam. Taman ini berdekatan juga dengan Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien dan Gedung Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei (Perpustakaan).

[caption id="attachment_5662" align="aligncenter" width="564" caption="Salah satu sisi Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien"]

[/caption] [caption id="attachment_5664" align="aligncenter" width="564" caption="Pandangan sebelah barat Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien yaitu Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien"]
Pandangan sebelah barat Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien yaitu Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien
Pandangan sebelah barat Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien yaitu Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien
[/caption] [caption id="attachment_5665" align="aligncenter" width="564" caption="Pandangan sebelah timur Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien"]
Pandangan sebelah timur Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien
Pandangan sebelah timur Taman Haji Sir Muda Omar Ali Saifuddien
[/caption]

[caption id="attachment_5668" align="aligncenter" width="564" caption="Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah Complex sebelah selatan"]

[/caption]

Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah Complex sebelah utara

Tak jauh dari Mesjid Sultan Omar Ali Saifuddien terdapat pusat perbelanjaan terbesar di Brunei yaitu Yayasan Sultan Hassanal Bolkiah Complex. Nah disinilah kami baru mendapatkan pakaian berukuran besar dengan mudah walaupun tidak banyak jumlahnya.

[caption id="attachment_5669" align="aligncenter" width="564" caption="The Sultan Haji Hassanal Bolkiah’s 60th Birthday Monument"]

[/caption]

Puas rasanya kami mengelilingi tempat-tempat penting dan bersejarah hari itu. Menjelang senja, kami memutuskan untuk menikmati suasana kehidupan sepanjang Sungai Brunei dengan minum kopi di Kopi Bandar Kawasan Dermaga (Waterfront). Memang koper belum jelas keberadaannya tetapi pakaian pengganti cukup tersedia dan saatnya menikmati indahnya Negeri Mungil di Borneo, Brunei Darussalam.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun