Guruku...
Aku tahu semuanya telah terjadi. Tak ada lagi masa lalu yang bisa kuulangi. Tak ada waktu berlalu yang bisa kuputar lagi. Hanya penyesalan yang kini tersisa di dalam hati.
Guruku...
Jauh di dalam lubuk hati terdalam, sebenarnya aku begitu mencintaimu. Kuat terpatri di relung jiwa terdalam, aku begitu menghargaimu. Sejujurnya, aku pun sangat mengagumimu.
Guruku...
Aku tahu, kini kau tak lagi bisa membelai dan membisikkan Kalam Tuhan di perut istrimu, yang sedang mengandung buah cintamu. Aku tahu, kini kau tak lagi mampu memberikan cinta dan kasih sayang untuk istri dan keluargamu.
Guruku...
Aku tahu ratusan jiwa murid kini tak lagi bisa mendapatkan sentuhan senimu. Aku pun tahu kini ribuan bahkan jutaan pasang telinga tak lagi bisa mendengarkan alunan indah biolamu. Itu semua karena ulah kedua tanganku, yang telah mengambil satu-satunya nyawamu.
Guruku...
Ku akui, itu semua karena perilaku salah yang kubiarkan terus mendarah, hingga membuat hatiku tak lagi mampu menahan amarah. Ku yakin, itu semua karena hilap yang tak pernah ku lap, hingga membuat jiwaku hitam dan gelap.
Guruku...