Malaikat pertamaku diutus Tuhan. Tuk menjagaku selama sembilan bulan. Dengan tulusnya untaian doa dan baiknya segala asupan, Ia terus menjagaku dalam kandungan dengan penuh kasih sayang.
Ketika saatnya tiba untukku menatap dunia. Malaikat pertamaku rela mengorbankan segenap jiwa dan raga. Darah merahnya ia rela kucurkan tanpa sedikitpun keluar kata menyerah. Kucuran keringatnya tak pernah ia hiraukan sedetikpun, meski seluruh badan menjadi basah.
Pecahnya tangisan pertamaku, adalah kebahagiaannya yang tak terkirakan. Tatapan pertama mata kecilku, adalah keharuan yang tak terbayangkan.
Setiap hari ku ditimangnya dengan penuh kasih sayang. Setiap malam ku dijaganya dengan penuh perhatian. Tapi ternyata Tuhan punya rencana yang tak terbayangkan. Aku dan malaikat pertamaku dipisahkan takdir kehidupan yang terasa begitu menyesakkan. Ketika tubuh mungilku masih membutuhkan hangatnya ASI dan pelukan.
Beruntung aku dipertemukan dengan malaikat keduaku. Meski ia tak pernah mengandungku, tapi kasih sayangnya tak pernah kuragu.
Tanpa lelah ia menggendong dan menyuapiku. Tak pernah menyerah ia terus mengajariku. Mengajari segala sesuatu yang kubutuhkan tuk melanjutkan hidupku.
Terima kasih dua malaikatku. Kalian begitu berarti dalam hidupku.
#CG @Karawang, 26-01-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H