Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menangisi Air Mata

29 Desember 2017   22:31 Diperbarui: 29 Desember 2017   22:41 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesedihan hati kadang tak bisa lagi membuat mataku meneteskan air mata. Kekecewaan jiwa kadang tak mampu lagi membuat mulutku berkata-kata.  

Kutakut hatiku telah mati membeku. Hingga tak mampu lagi merasakan sakitnya irisan sembilu. Kukhawatir jiwaku telah kaku membatu. Hingga tak mampu lagi merasakan nyerinya tembusan peluru.  

Kini kuhanya bisa menangisi air mata, yang tak lagi bisa mewakili kesedihan. Kuhanya bisa meratapi air mata, yang tak lagi mampu menemani kekecewaan.

Aku jadi bertanya-tanya. Apakah hatiku memang telah kuat dengan segala cobaan yang kapan saja menyikat? Ataukah jiwaku sudah kuat dengan segala godaan yang selalu memikat?

Kuharap air mata masih bisa mewakili kebahagiaan. Kupinta air mata masih mau menemani kesenangan.

#CG @Sukabumi, 29-12-2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun