Di sela-sela peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang diselenggarakan di Semarang pada tanggal 21 Oktober 2017 yang lalu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan harapannya bahwa para santri harus dapat menguasai teknologi digital. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa penguasaan teknologi digital ini diperlukan untuk menjawab segala tantangan yang muncul di era teknologi informasi saat ini (Sumber).
Seperti diketahui bahwa tanggal 22 Oktober telah ditetapkan sebagai HSN melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Hari Santri yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 Oktober 2015. HSN ini bisa dijadikan sebagai momentum bagi bangkitnya peran para ulama dan santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui peran ini -lebih lanjut- para santri diharapkan dapat menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu memberikan sumbangsih nyata pada kemajuan peradaban dunia.
Kembali pada persoalan di atas, bagaimana sebenarnya posisi santri dengan teknologi digital? Kemudian bagaimana cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan digital literacy (baca: kemelekan digital) para santri?
Sepintas, teknologi dan santri merupakan dua hal yang saling bertolak belakang. Dunia teknologi cenderung diasumsikan dan dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat duniawi, sementara santri cenderung dilekatkan pada urusan ukhrawi (akhirat). Sehingga seolah-olah hal ini menyebabkan adanya tembok pembatas antara santri dan teknologi. Pun demikian, dalam praktiknya terkadang santri cenderung dicap sebagai orang yang berpikiran konvensional dan berperilaku tradisional.
Padahal kalau dicermati dan digali lebih dalam, ada keterkaitan yang begitu dekat antara teknologi dengan kehidupan umat Islam, dalam hal ini kehidupan para santri. Â Ada beberapa ayat di dalam Alquran yang mengisyaratkan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu diantaranya dalam surat Ar-Rahman ayat 33 yang artinya "Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan".Â
Quraish Shihab menafsirkan arti kekuatan atau kekuasaan di sini sebagai penguasaan terhadap sains atau ilmu pengetahuan, tentu saja termasuk teknologi  digital di dalamnya. Selain itu ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya "Barang siapa yang ingin memperoleh kebahagiaan hidup di dunia harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat harus dengan ilmu".
Merujuk pada salah satu ayat Alquran dan hadis tersebut, bisa simpulkan bahwa adanya keterkaitan atau hubungan antara kehidupan umat islam (baca: santri) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga, hal ini haruslah menjadi perhatian dan pemikiran bagi kita semua, terutama bagi para stake holder dan pemerintah untuk terus berupaya menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan teknologi digital ini. Â
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemelekan digital para santri?
Menurut hemat saya, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak atau tatanan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kemelekan digital mereka. Paling tidak ada dua pihak yang dapat mengupayakan ini. Pertama adalah pesantren. Pesantren -yang merupakan lingkungan pendidikan para santri untuk menuntut ilmu- harus mempunyai dan menerapkan sistem pendidikan yang lebih holistik, yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama an sich, melainkan juga mengajarkan ilmu-ilmu abad 21, termasuk teknologi digital.Â
Atau bahkan mengajarkan ilmu-ilmu agama tersebut melalui media-media pembelajaran digital. Dalam hal ini kurikulum pesantren sangat menentukan. Sehingga para santri terbiasa dengan teknologi digital. Barangkali saat ini ada beberapa pesantren yang sudah menerapkan sistem pendidikan seperti ini. Salah satu diantaranya adalah pondok pesantren modern Darussalam Gontor. Â
Yang keduaadalah pemerintah. Pemerintah dalam hal ini harus mempunyai political will yang berpihak pada kepentingan para santri. Keluarkanlah kebijakan-kebijakan praktis dan nyata yang dapat mendorong mereka untuk belajar dan mengembangkan diri seluas-luasnya. Libatkan mereka pada tempat-tempat dan/atau kegiatan-kegiatan penting dan strategis yang mendukung mereka terhadap penguasaan dan pengembangan kemelekan digital mereka.