Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Ingin Bisa Menulis, Iqro! Tulislah!

2 Oktober 2017   19:35 Diperbarui: 2 Oktober 2017   20:00 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa sahabat pernah bertanya tentang dan meminta kepada saya tips atau kiat agar bisa menulis. Terus terang saya tidak bisa menjawab pertanyaan ini dengan pasti dan keyakinan tinggi. Selain itu, menurut saya pertanyaan ini salah alamat. Saya merasa tidak mempunyai kapasitas untuk menjelaskan dan/atau memberikan tips agar bisa menulis. Pun saya merasa tidak mempunyai kemampuan menulis yang mumpuni. Mengenai segelintir  tulisan yang sudah saya terbitkan, baik di Kompasiana, blog pribadi, ataupun media-media on-line lainnya, itu hanya merupakan ungkapan kegelisahan saya yang saya tuangkan dan curahkan dalam bentuk tulisan. Selain itu, aktivitas tulis-menulis yang saya lakukan ini merupakan cara saya memanjakan diri.

Namun demikian, pada tulisan ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman tentang apa saja yang saya rasakan dan lakukan ketika ingin mengungkapkan kegelisahan dalam bentuk -dan memanjakan diri dengan- tulisan.

Ada hal-hal yang saya lakukan ketika ingin menulis. Hal-hal kecil ini saya yakini sangat penting. Hal penting pertama berhubungan dengan ayat Alquran pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang berkhalwat di gua Hira, yaitu Iqro!, yang artinya Bacalah!. Ya, yang saya lakukan pertama adalah membaca. Membaca di sini bisa dalam  bentuk --yang saya istilahkan dengan- membaca aktif maupun pasif. Membaca aktif di sini dalam artian saya sengaja membaca literatur-literatur, baik umum maupun literatur-literatur pendukung, yang berhubungan dengan ide yang akan saya kembangkan menjadi tulisan. Atau dalam istilah lain bisa disebut dengan membaca tekstual. Sedangkan membaca pasif adalah segala hal dan situasi atau kondisi yang saya temui dan rasakan dimanapun dan kapanpun, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Atau dalam istilah lain bisa disebut dengan membaca kontekstual. Sebagai contoh, ketika saya berada di suatu klinik ada sesuatu yang menarik perhatian saya, yaitu sebuah pojok baca sederhana. Situasi dan kondisi tersebut mendorong saya untuk membaca secara kontekstual. Saya mengerahkan segenap rasa dan pandangan mengumpulkan sebanyak-banyak data dan informasi yang akan saya jadikan data pendukung sebuah tulisan. Ketika membaca secara kontekstual inilah saya melakukan hal kecil kedua yang saya lakukan ketika ingin menulis.

Hal kedua yang harus dilakukan ketika ingin menulis adalah Tulislah!Ya, yang saya lakukan ketika ingin menulis sesuatu adalah dengan cara menulis. Menulis di sini dalam pengertian menulis segala sesuatu yang bisa menjadi data atau bahan tulisan. Tulisan ini bisa dalam bentuk hanya serpihan-serpihan  kata atau kalimat. Kata atau kalimat yang satu dengan yang lainnya bisa saling berhubungan satu sama lain ataupun tidak. Jadi saya menulisnya secara acak dan apa adanya sesuai dengan yang saya rasakan dan temukan.

Kegiatan menulis serpihan data dan info ini saya lakukan on the spot atau secara langsung di tempat ketika membaca secara kontekstual (baca: menemukan sesuatu yang menarik). Tulisan-tulisan ini saya tulis di akun pribadi media Telegram. Sebenarnya ada beberapa media lain yang bisa digunakan . Saya memakai Telegram untuk menulis serpihan data atau info ini dengan alasan  mudah dibuka, hanya satu-dua langkah klik langsung bisa masuk ke area ketik di akun pribadi. Selain itu, Telegram ada di dalam HP saya yang hampir setiap saat ada di tangan kemanapun saya pergi. Dengan demikian saya dapat dengan mudah dan cepat mencatat hal-hal penting yang saya rasakan dan temukan. Dalam istilah lain kegiatan ini bisa disebut dengan membuat note atau catatan-catatan kecil.

Kedua hal ini (membaca tekstual atau kontekstual dan menulis note) merupakan langkah awal ketika saya ingin menulis sesuatu. Kegiatan ini tidak harus langsung menghasilkan sebuah tulisan utuh. Biarkan data atau info ini terkumpul dalam bentuk serpihan-serpihan kecil. Kemudian, ketika saya sudah berada di tempat yang memungkinkan (misalnya di rumah), kita coba rangkai serpihan-serpihan data atau info ini menjadi sebuah tulisan utuh. Dengan demikian, menulis akan lebih mudah dilakukan. Jadi, jika ingin bisa menulis, pertama yang harus dilakukan adalah iqro atau membaca, kemudian bersegeralah untuk menulis.

Selamat mencoba!    

 

Penulis:

Cecep Gaos, S.Pd

Guru SD Puri Artha Karawang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun