Almeyda Nayara (Naya), itulah nama gadis kecil yang baru duduk di kelas 4 SD yang berpenghasilan Rp 60 juta perbulan dari bisnisnya berjualan slime, yaitu sejenis mainan yang bentuknya mirip dengan lumpur, lengket, terasa agak dingin dan bertekstur kenyal..Dia melakukan bisnisnya ini melalui on-line shopmenggunakan media sosial Instagram dengan akun nayaslime18.Kemampuannya membuat slime ini dia dapatkan melalui tutorial di YouTube (https://hype.idntimes.com/viral/rosa-folia/berkat-kreativitasnya-pengusaha-cilik-ini-kini-jadi-jutawan/full). Â
Dalam skala yang lebih kecil, ada pula anak-anak sekolah lainnya yang sudah terlihat memiliki jiwa bisnis, meskipun penghasilannya tidak sebanyak yang didapatkan oleh Naya tersebut. Sebagai contoh, ada yang berjualan kue-kue kecil, es mambo, coklat, kerajinan tangan, dan lain sebagainya. Tentu saja penghasilannya tidak sebanyak seperti apa yang didapatkan oleh Naya, karena pemasarannya yang masih bersifat konvensional dan terbatas di dalam kelas atau sekolahnya saja. Namun demikian yang patut diapresiasi adalah jiwa pengusaha yang tertanam dalam diri anak-anak sekolah ini. Â Jiwa pengusaha pada diri anak-anak sekolah ini disebut dengan Studentpreneurship.
Anak-anak yang memiliki jiwa studentpreneurship ini  jumlahnya masih sangat sedikit. Di dalam satu sekolah –misalnya- paling hanya ada satu-dua orang saja. Sehingga hal ini harus menjadi perhatian yang serius bagi seluruh stake holder,terutama satuan pendidikan, untuk mengembangkannya, karena studentpreneurship sangat dibutuhkan oleh anak-anak sebagai bekal hidup di masa depannya.
Usia SD merupakan usia yang paling tepat untuk mulai menanamkan studentpreneurship. Hal ini dikarenakan anak-anak di usia SD sebagian besar berada pada tahap operasional kongkret. Ini artinya karakteristik anak SD dicirikan dengan pemikiran reversible, mulai mengkonfirmasi pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai sudut pandang, mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas (Aryanto, 2016).
Lalu bagaimana cara menerapkan dan mengembangkan studentpreneurship ini pada diri anak-anak di sekolah dasar? Kegiatan pengembangan studentpreneurship ini dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum, baik ke dalam kurikulum muatan lokal maupun kegiatan ekstrakurikuler atau bahkan melalui event tahunan  di sekolah. Melalui kegiatan-kegiatan ini, studentpreneurship menjadi salah satu life skill yang perlu dikembangkan di sekolah untuk menyiapkan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.
Salah satu kegiatan untuk mengembangkan studentpreneurship di sekolah adalah kegiatan Market Day atau Entrepreneur Day.  Teknis pelaksanaannya di sekolah tentu saja harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan  sekolah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H