Urat-urat lehermu terlihat membiru
Ketika engkau berteriak menggebu
Memburu para munafik perusak kalbu
Yang tiada henti membuat malu
Matamu memerah penuh amarah
Melihat dunia yang penuh darah
Karena kekejian jiwa-jiwa pemerah
Yang membuat seluruh dunia pasrah dalam lelah
Tangan-tangan mengepal menantang langit
Pekik sang orator memekik membahana di langit
Di atas mobil komando yang terjepit
Terdengar sirine ambulans terus-menerus menjerit
Serdadu-serdadu dengan muka garang
dipasang di depan untuk siap-siap menyerang
Menghadang para pejuang
Yang terus berjuang tanpa patah arang
Seru, jangan hanya diam!
Jangan hanya engkau pendam di dalam kelam!
Dimana jiwamu! Dimana hatimu!
Bukankah Nabimu telah mengucap sabda
Lihaaat! Lihatlah dengan mata hatimu!
Kemungkaran ada di depan matamu
Rubahlah dengan tanganmu!
Perbaikilah dengan ucap lantangmu!
Serulah mereka kembali ke jalan Rabb-Mu!
Jika engkau merasa tak mampu
Teguhkanlah iman di hatimu
Tapi ingatlah!
Itu adalah selemah-lemahnya imanmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H