Meski vape sering dianggap sebagai pilihan yang "lebih sehat" dibandingkan rokok tembakau, nyatanya vape sama sekali tidak bebas dari risiko. Faktanya, vape mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat merusak tubuh, bahkan menimbulkan efek samping serius. Bagi mahasiswi yang menggunakan vape, beberapa dampak kesehatan yang mungkin mengintai antara lain:
1. Dampak pada Kesehatan Fisik
Vape yang dianggap sebagai alat alternatif atau (lebih sehat) dari pada rokok tembakau. Namun  faktanya, vape juga dapat mengandung zat berbahaya yang bisa merusak kesehatan fisik. Beberapa efek samping yang mungkin dialami oleh mahasiswi dalam penggunaan vape diantara lain:
- Gangguan Pernapasan: Cairan vape atau e-liquid, yang terlihat "ramah" dengan aroma buah atau mint, ternyata menyimpan bahaya tersembunyi. Bahan kimia seperti propilen glikol, gliserin, dan perasa buatan di dalamnya bisa berubah menjadi senyawa beracun seperti formaldehida dan akrolein ketika dipanaskan. Zat ini tidak hanya mengiritasi saluran pernapasan, tetapi juga bisa memicu masalah serius seperti bronkitis kronis atau bahkan kerusakan paru-paru permanen jika digunakan dalam jangka panjang (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2020).
- Gangguan jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskular): Nikotin dalam vape bukan sekadar zat adiktif, tapi juga pemicu masalah serius bagi jantung. Zat ini dapat membuat detak jantung dan tekanan darah melonjak, yang jika dibiarkan dalam jangka panjang, bisa meningkatkan risiko gangguan jantung. Bagi mahasiswi yang memiliki riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, vape adalah ancaman nyata yang sebaiknya dihindari sepenuhnya (Bhatnagar, 2016).
- Kerusakan Sel dan DNA: Jangan terkecoh oleh uap vape yang terlihat "ringan" dan tidak berbahaya. Faktanya, uap tersebut mengandung radikal bebas yang bisa merusak sel-sel tubuh dan bahkan DNA. Kerusakan ini tidak main-main, ini dapat meningkatkan risiko kanker, meskipun mungkin lebih rendah dibandingkan rokok konvensional (Sassano et al., 2018). Â
- Ketergantungan Nikotin: Meski vape kerap diiklankan sebagai solusi untuk berhenti merokok, nyatanya banyak produk vape justru mengandung nikotin dalam kadar tinggi. Nikotin, sebagai zat adiktif, bisa dengan cepat membuat mahasiswi ketergantungan. Ketergantungan ini bukan hanya merusak kesehatan, tetapi juga bisa mengganggu fokus dan produktivitas akademik mahasiswi (National Institute on Drug Abuse [NIDA], 2020). 2. Dampak pada Kesehatan MentalSelain kesehatan fisik, mengonsumsi vape juga dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswi. Beberapa dampak yang perlu diperhatikan antara lain: Selain merusak tubuh, mengonsumsi vape juga bisa berdampak serius pada kesehatan mental mahasiswi. Mulai dari meningkatnya kecemasan, perubahan mood yang drastis, hingga risiko depresi, semuanya bisa mengintai. Jangan biarkan vape mengganggu kestabilan emosi dan pikiran
- Meningkatnya Stres dan Kecemasan: Â Meski nikotin dalam vape bisa memberikan rasa relaksasi sesaat, efeknya justru berbalik dalam jangka panjang. Ketika tubuh sudah kecanduan, mahasiswi bisa merasa cemas, gelisah, dan stres jika tidak mengonsumsi vape. Jangan biarkan ketenangan semu ini merusak kesehatan mental(Hajek et al., 2019)
- Gangguan Tidur: Konsumsi nikotin berlebihan dari vape bisa merusak pola tidur, Mahasiswi pengguna vape seringkali mengalami susah tidur atau terbangun tengah malam. Akibatnya, konsentrasi, mood, dan performa akademik pun ikut terganggu. Jangan biarkan vape merampas waktu istirahat yang berharga(Jaehne et al., 2012)
- Depresi: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan vape bisa meningkatkan risiko depresi, terutama pada remaja dan dewasa muda. Bagi mahasiswi yang sudah memiliki riwayat gangguan mental, vape justru bisa memperburuk kondisi tersebut. Jangan biarkan vape menjadi pemicu masalah yang lebih serius, jaga kesehatan mental mulai dari sekarang(Leventhal et al., 2016)
2. Dampak pada Kesehatan Mental
Selain kesehatan fisik, mengonsumsi vape juga dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswi. Beberapa dampak yang perlu diperhatikan antara lain: Selain merusak tubuh, mengonsumsi vape juga bisa berdampak serius pada kesehatan mental mahasiswi. Mulai dari meningkatnya kecemasan, perubahan mood yang drastis, hingga risiko depresi, semuanya bisa mengintai. Jangan biarkan vape mengganggu kestabilan emosi dan pikiran
- Meningkatnya Stres dan Kecemasan: Â Meski nikotin dalam vape bisa memberikan rasa relaksasi sesaat, efeknya justru berbalik dalam jangka panjang. Ketika tubuh sudah kecanduan, mahasiswi bisa merasa cemas, gelisah, dan stres jika tidak mengonsumsi vape. Jangan biarkan ketenangan semu ini merusak kesehatan mental(Hajek et al., 2019)
- Gangguan Tidur: Konsumsi nikotin berlebihan dari vape bisa merusak pola tidur, Mahasiswi pengguna vape seringkali mengalami susah tidur atau terbangun tengah malam. Akibatnya, konsentrasi, mood, dan performa akademik pun ikut terganggu. Jangan biarkan vape merampas waktu istirahat yang berharga(Jaehne et al., 2012)
- Depresi: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan vape bisa meningkatkan risiko depresi, terutama pada remaja dan dewasa muda. Bagi mahasiswi yang sudah memiliki riwayat gangguan mental, vape justru bisa memperburuk kondisi tersebut. Jangan biarkan vape menjadi pemicu masalah yang lebih serius, jaga kesehatan mental mulai dari sekarang(Leventhal et al., 2016)
3. Dampak pada Kehidupan Sosial dan Akademik
Efek samping vape tidak hanya merusak kesehatan fisik dan mental, tetapi juga bisa menghancurkan kehidupan sosial dan prestasi akademik mahasiswi. Dari penurunan konsentrasi belajar hingga terganggunya hubungan sosial, dampaknya bisa merambat ke berbagai aspek kehidupan. Jangan biarkan vape merenggut masa depan yang cerah, waspadai risikonya sekarang
- Stigma Sosial: Meski terlihat keren bagi sebagian orang, vape ternyata tidak selalu diterima positif di lingkungan sosial. Mahasiswi yang terlihat menggunakan vape berisiko mendapat cap negatif dari teman-teman atau bahkan dosen, apalagi jika dianggap sebagai perokok. Jangan sampai reputasimu terganggu hanya karena pilihan yang salah! (Choi et al., 2018)
- Pengeluaran Finansial: Kecanduan vape bukan cuma bikin kantong bolong, tapi juga bisa menguras keuanganmu. Bayangkan, uang yang seharusnya bisa dipakai untuk beli buku, makan, atau kebutuhan penting lainnya, malah habis untuk beli e-liquid, coil, atau perangkat vape terbaru. Jangan biarkan hobi ini merusak rencana keuanganmu! (Huang et al., 2019)
- gangguan Konsentrasi: Ketergantungan pada nikotin dari vape bisa bikin mahasiswi sulit fokus saat belajar atau mengerjakan tugas. Rasanya gelisah dan tidak tenang jika tidak menghisap vape dalam waktu tertentu, akhirnya performa akademik pun ikut terancam. (NIDA, 2020)
4. Dampak Jangka Panjang
Efek samping vape bukan cuma soal dampak sesaat, tapi juga ancaman serius yang mengintai dalam jangka panjang. Dari kerusakan paru-paru permanen hingga peningkatan risiko penyakit kronis, bahaya vape bisa mengubah hidupmu secara drastis. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, kenali risikonya sekarang juga
- Kerusakan Paru-Paru Permanen: Penyakit seperti paru-paru basah atau popcorn lung (bronkiolitis obliterans) telah dikaitkan dengan penggunaan vape. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen dan mengurangi kualitas hidup (CDC, 2020).
- Risiko Kanker: Meski sering dianggap "lebih aman" daripada rokok konvensional, vape ternyata tidak sepenuhnya bebas risiko. Penggunaan vape dalam jangka panjang dapat meningkatkan peluang terkena kanker, khususnya kanker paru-paru dan mulut (Sassano et al., 2018).
- Masalah Reproduksi: Penggunaan vape ternyata tidak hanya berbahaya bagi paru-paru, tetapi juga mengancam kesehatan reproduksi, terutama bagi mahasiswi. Kandungan nikotin dan berbagai bahan kimia beracun dalam vape dapat mengacaukan siklus menstruasi, menurunkan tingkat kesuburan, dan bahkan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan di masa depan (Bhatnagar, 2016).
5. Kesadaran dan Pencegahan
Menyadari efek samping vape adalah langkah pertama untuk mencegah dampak negatifnya. Mahasiswi perlu memahami bahwa vape bukanlah alternatif yang aman dan bebas risiko. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi atau menghindari penggunaan vape antara lain:
- Mencari Informasi yang Akurat: Sebagai mahasiswi, penting untuk selalu kritis dan mencari informasi yang valid serta terpercaya tentang bahaya vape. Jangan mudah tergoda oleh iklan menarik atau mitos yang mengklaim vape aman. Ingat, pengetahuan adalah kunci untuk melindungi diri dari risiko kesehatan yang mengintai (CDC, 2020).
- Mencari Dukungan: Bagi mahasiswi yang sudah terlanjur menggunakan vape dan berniat untuk berhenti, jangan ragu untuk meminta bantuan. Dukungan dari teman, keluarga, atau layanan konseling di kampus bisa menjadi kekuatan besar dalam proses ini. Meski berhenti dari kebiasaan vape mungkin terasa berat, dengan dukungan yang tepat dan tekad yang kuat, langkah menuju hidup yang lebih sehat pasti bisa diwujudkan.(NIDA, 2020).
- Mengalihkan Perhatian: Bagi mahasiswi yang ingin melawan keinginan untuk mengonsumsi vape, ada banyak kegiatan positif yang bisa dijadikan pilihan. Misalnya, dengan rutin berolahraga, menekuni hobi yang kreatif, atau bergabung dalam komunitas yang mendukung gaya hidup sehat. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya membantu mengalihkan pikiran dari vape, tetapi juga membawa manfaat positif bagi kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial. Dengan begitu, mahasiswi bisa menemukan kebahagiaan dan kepuasan tanpa bergantung pada vape.(Hajek et al., 2019).
Kesimpulan
Vape bukanlah pilihan bijak bagi mahasiswi. Meskipun sering dianggap lebih aman, vape tetap mengandung zat berbahaya yang dapat merusak kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial. Efek samping seperti gangguan pernapasan, ketergantungan nikotin, dan risiko kanker adalah ancaman nyata yang harus diwaspadai. Karena itu, penting bagi mahasiswi untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya vape dan mengambil langkah-langkah preventif demi menjaga kesehatan serta kualitas hidup yang lebih baik. Dengan bekal yang akurat dan dukungan yang memadai, mahasiswi dapat menjauh dari godaan vape dan merangkul gaya hidup yang lebih sehat serta penuh produktivitas.
Daftar Pustaka
- Bhatnagar, A. (2016). E-Cigarettes and Cardiovascular Disease Risk: Evaluation of Evidence, Policy Implications, and Recommendations. Current Cardiovascular Risk Reports, 10(7), 24.
- Centers for Disease Control and Prevention [CDC]. (2020). Outbreak of Lung Injury Associated with the Use of E-Cigarette, or Vaping, Products. Retrieved from https://www.cdc.gov
- Choi, K., Fabian, L., Mottey, N., Corbett, A., & Forster, J. (2018). Young Adults' Perceptions of Cigarettes, E-Cigarettes, and Social Media Use. Health Communication, 33(3), 269-278.
- Hajek, P., Phillips-Waller, A., Przulj, D., Pesola, F., Myers Smith, K., Bisal, N., ... & McRobbie, H. J. (2019). A Randomized Trial of E-Cigarettes versus Nicotine-Replacement Therapy. New England Journal of Medicine, 380(7), 629-637.
- Huang, J., Duan, Z., Kwok, J., Binns, S., Vera, L. E., Kim, Y., ... & Emery, S. L. (2019). Vaping versus JUULing: How the Extraordinary Growth and Marketing of JUUL Transformed the US Retail E-Cigarette Market. Tobacco Control, 28(2), 146-151.
- Jaehne, A., Loessl, B., Brkai, Z., Riemann, D., & Hornyak, M. (2012). Effects of Nicotine on Sleep During Consumption, Withdrawal and Replacement Therapy. Sleep Medicine Reviews, 16(5), 431-441.
- Leventhal, A. M., Strong, D. R., Kirkpatrick, M. G., Unger, J. B., Sussman, S., Riggs, N. R., ... & Audrain-McGovern, J. (2016). Association of Electronic Cigarette Use with Initiation of Combustible Tobacco Product Smoking in Early Adolescence. JAMA, 314(7), 700-707.
- National Institute on Drug Abuse [NIDA]. (2020). Electronic Cigarettes (E-Cigarettes). Retrieved from https://www.drugabuse.gov
- Sassano, M. F., Davis, E. S., Keating, J. E., Zorn, B. T., Kochar, T. K., Wolfgang, M. C., ... & Tarran, R. (2018). Evaluation of E-Cigarette Liquid Cytotoxicity Using an Open-Air Human Airway Model. Scientific Reports, 8(1), 1-11.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI