Dunia ini pilihan, lengkapi berduniamu dengan “ilmu”.
Pertama, menempatan penghambaan dengan perilaku syukur: perilaku yang terbuka, lapang dada dan jujur, pikiran yang digerakkan oleh niatan hati hijrah kepada Allah dan kepada utusan-Nya.
Kedua, shalawat dan salam kepada Junjungan nabi Muhammad SAW, keberadaanNya sebagai Nurmuhammad yang mencahayai kehidupan hamba dalam penghambaannya. Bershalawat dengan mempraktekkan bangunan kebersamaan dan kekeluargaan, saling menghargai saling memaklumi, saling mendukung saling mensupport. Sebab didalam ayat QS Maryam 87 Allah berfirman, “tidak akan memperolah syafaat dan jangan berharap syafaat, jika tidak dalam (kesadaran dan berperilaku) saling kasing sayang (saling menghargai, saling memaklumi, saling menghormati)”
Selanjutnya, Keyakinan adalah hak masing-masing individu, keimanan adalah persaksian senyatanya atas MengadaNya Tuhan yang Allah nama-Nya dengan menganali Al-GhaybNya, ini adalah milik setiap dari diri masing masing hati dari setiap individu masing-masing. Namun kehidupan ini sekaligus adalah pilihan “menjadi taqwa atau menjadi fasiq adalah pilihan hidup”.
Fasiq adalah perbuatan (yang tampak) yang dikiranya benar dengan ukuran nafsu manusia, akal pikiran manusia namun salah dihadapan Allah, dan tidak dalam ikatan persaksian atas mengadaNya DIA yang mestinya dikenali didalam rasa hati nurani, sebab tanpa mengenali KeberadaanNya menjadi kosong dan tidak dalam orientasi hidup. sesungguhnya perbuatan apapun dan sebagai siapapun memiliki “INGATAN” dan “TETAPAN”. Ingatan rasa hati nurani kepada DIA yang ditetapkan sebagai orientasi hidup dan kehidupan. NAMUN INI ADALAH PILIHAN yang tidak bisa dipaksakan supaya didalam keimanan yang sesungguhnya.
Lengkapi berdunia dengan ilmu (tauhid) ilmu yang men-Tauhidkan Dzat; sifat dan af’al Allah, supaya apa yang kita perbuat, kreatif yang kita lakukan tidak sia-sia karena didalam perilaku ibadah. Perilaku hamba terhadap dan menuju Sang Makbud yang dikenali. Dikenali didalam rasa hati nurani jika ditanyakan kepada yang berhak dan sah serta wenang menunjukkan Keberadaan Al-GhaybNya. Sehingga Allah dikenali tidak hanya berhenti pada nama-namaNya saja, juga tidak dikenali hanya tanda-tandanya, juga tidak dikenali hanya pada sombol-simbol dan atribut-atribut semata. (Hak Junjungan Nabi Muhammad SAW saat dizamannya, dan hak Nabi Isa saat beliau masing sugeng, hak Nabi Ibrohim sehingga ada maqom Ibrahim, serta sebagai hak dan sah serta kewenangan para nabi para utusan Tuhan dizamannya masing-masing).
Kita kuatkan perilaku keislaman (keselamatan yang mendamaikan, menyelamatkan, membahagiakan) dengan perilaku syareat, perilaku tatanan berdunia baik yang mahdah (perilaku tatanan yang ranah batiniyah: niat yang ditetapkan didalam rasa hati nurani, yang dijadikan sandaran, yang dijadikan tujuan kembali, tempat bergantung, tempat memohon dan tujuan yang diorientasikan dan yang ditetapkan didalam rasa hati nurani adalah INGAT keberadaan Dia, inilah dzikrullah) dan yang ammah (perilaku tatanan berdunia perilaku yang dilakukan oleh anggota jasad lahir dalam menjalani kehidupan, supaya tetap dalam petunjuk kebenaran Al-haqNya).
Dengan kata lain lengkapi berduniamu dengan “ilmu”. Ilmu tauhid ilmu Nubuwah “butiran” burhan yang akan mencahayakan dan menerangi hidup dan kehidupan dalam menjalani keberduniaan yang kita jalani. Dan sehingga berada didalam IMAN (amaanuu = keyakinan dalam ikatan senyatanya dalam persaksian atas mengadaNya Diri Al-Ghaybullah, Yang Wajib wujudNya yang Mutlak KeberadaanNya dan persaksian atas keberadaan Nabi Muhammad SAW sebagai Nurmuhammad).
Perilaku-perilaku yang telah tertata, perilaku akhlak dan adab yang telah baik, yang telah menjalankan syareat yang baik, membangun kebersamaan, membangun kekeluaragaan, membangun keharmonisan berkeluarga dan bertetangga; keharmonisan membangun lingkungan masyarakat bahkan bertata negara, terlepas dari keyakinan dan kepercayaan serta adat-istiadat yang beragam, namun bagi setiap diri yang telah tertata dengan baik secara individu dan secara bersosialnya (kemestiannya) adalah dilengkapi dengan “butiran” iman supaya tidak dalam kesia-siaan. Dan Allah tidak akan mengurangi sedikitpun amal perbuatan kamu dimasa lalu.
Sehinga hidup dan kehidupan yang dijalani tidak dalam keragu-raguan dan keprasangkaan. Dan berada didalam kesadaran apa itu kehidupan, bagaimana kehidupan dijalani, untuk apa kita hidup, ada apa dengan hidup dan kehidupan ini, dan bagaimana sesungguhnya dan kasunyatan kehidupan setelah masa pakai jasad habis masa pakai di dunia ini.
Semoga kita, dalam maghfirah-ampunanNya, selalu menjadi hamba yang diberi hati lapang dada, pikiran terbuka, dan mendapatkan hidayah yang sebenar-benarnya, sungguh Allah adalah Maha Pendengar dan Maha Pemerhati Maha Pelihat.
Lebih lanjut bisa dibuka di jatayu tv
https://www.youtube.com/watch?v=LXbiqad4CjI&t=74s
https://www.youtube.com/watch?v=VSkI-IYj-Bk&t=996s
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H