Mohon tunggu...
cealovelyna
cealovelyna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

cat lovers

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stress Berat Menjadi Pemicu Asam Lambung Naik

19 Desember 2024   20:24 Diperbarui: 19 Desember 2024   12:45 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stres adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terjadi akibat tekanan atau tantangan yang muncul dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu pekerjaan, masalah pribadi, maupun kondisi fisik. Stres ringan biasanya tidak berbahaya, namun stres berat atau berkepanjangan dapat memicu berbagai gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Salah satu sistem tubuh yang paling terpengaruh oleh stres adalah sistem pencernaan. Gangguan pencernaan yang sering kali terjadi akibat stres berat termasuk peningkatan produksi asam lambung.
Peningkatan produksi asam lambung yang dipicu oleh stres berat dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius, seperti gastritis, refluks asam (GERD), hingga tukak lambung. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 kejadian gastritis di dunia mencapai 1.8 juta hingga 2.1 juta penduduk setiap tahunnya (Nirmalarumsari & Tandipasang, 2020). Tahun 2019, WHO juga menyatakan bahwa persentase angka kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8% dan mencapai prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk di beberapa daerah Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019 mencatat bahwa kasus gastritis termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia, yaitu pada pasien rawat inap di RS maupun di Puskesmas Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 30.154 (4,9%) (Tussakinah et al., 2018).
Menurut Meivy et al. (2017), stres merupakan fenomena yang dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan individu, termasuk fisik, emosional, dan intelektual, karena kebutuhan tubuh yang terganggu (Adam & Tomayahu, 2019). Beberapa dampak yang sering terjadi akibat stres antara lain penurunan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan penurunan produktivitas (Tussakinah et al., 2018). Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu fungsi sistem pencernaan, khususnya sel gastrin yang bekerja lebih baik pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan asam lambung. Selain itu, pola makan yang tidak teratur, seperti konsumsi berlebihan makanan yang dapat memicu peningkatan asam lambung, seperti makanan pedas, alkohol, kopi, atau minuman bersoda, juga dapat memperburuk kondisi pencernaan dan menyebabkan iritasi pada lambung, yang dapat berkembang menjadi tukak lambung atau gastritis (Hadinata, 2021; Rizkiana & Tanuwijaya, 2021). Stres berat menjadi salah satu pemicu utama naiknya produksi asam lambung, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terjadinya gangguan lambung seperti gastritis atau tukak lambung.
Peningkatan asam lambung dalam jangka panjang akibat stres berat bisa menciptakan siklus yang merusak, memperburuk gangguan pencernaan, dan menurunkan kualitas hidup. Gangguan pencernaan ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional seseorang, meningkatkan kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana stres berat dapat menjadi pemicu peningkatan asam lambung, serta dampaknya terhadap kesejahteraan tubuh secara keseluruhan, guna mencegah dan mengatasi gangguan ini dengan pendekatan yang tepat.

Mekanisme Stres yang Meningkatkan Asam Lambung

Saat tubuh merespons stres, sistem saraf otonom dan sistem endokrin bekerja secara bersamaan untuk mempersiapkan tubuh menghadapi ancaman, melalui respons "fight or flight" (Abdul, 2023). Respons ini adalah reaksi fisiologis yang terjadi dalam tubuh saat menghadapi ancaman atau stres. Pada proses ini, hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dilepaskan dalam jumlah besar (Pujiati, 2024). Kortisol, meningkatkan produksi asam lambung dengan merangsang sel-sel parietal di lambung untuk memproduksi lebih banyak asam klorida. Peningkatan asam lambung ini dapat mengiritasi lapisan pelindung lambung, mengarah pada peradangan atau luka pada dinding lambung (gastritis) dan memperburuk gangguan pencernaan yang sudah ada, seperti tukak lambung. Adrenalin juga termasuk hormon yang mmepengaruhi asam lambung, peningkatan hormon ini selama stres dapat menyebabkan peningkatan ketegangan otot dan memperlambat pengosongan lambung. Hal ini dapat menyebabkan makanan tetap berada lebih lama dalam lambung, memperburuk rasa kenyang yang berlebihan, serta meningkatkan produksi asam yang lebih lanjut.
Perubahan asama lambung yang tidak terkendali dapat mengganggu proses pencernaan tubuh, menyebabkan ketidakseimbangan asam lambung yang dikenal sebagai disregulasi pH atau asam (Suwignjo, 2023). Stres fisik merupakan salah satu penyebab umum dari kondisi ini yang dapat menyebabkan peradangan pada lambung, yang disebut gastritis stres. Saat tubuh stres, kadar dua zat kimia, yaitu asetilkolin (ACH) dan histamin, meningkat.
Pada awalnya, gastritis yang disebabkan oleh stres dimulai dengan penurunan kemampuan perlindungan lapisan lambung terhadap kerusakan, seperti dari radikal toksik. Tubuh yang sedang stres mengurangi kemampuan untuk memperbaiki jaringan lambung, yang menyebabkan penipisan lapisan pelindung lambung. Aliran darah ke lambung juga berkurang, membuat lambung lebih rentan terhadap kerusakan akibat asam lambung berlebih, yang dapat mengarah pada ulserasi atau luka pada lambung. (Suwignjo, 2023)
Stres dapat memperlambat motilitas saluran pencernaan, yang mengganggu proses pencernaan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya refluks asam (GERD). Pengosongan lambung yang lambat menyebabkan makanan bercampur dengan asam lebih lama, yang bisa naik ke esofagus dan menyebabkan rasa terbakar di dada (heartburn).

Dampak peningkatan asam lambung terhadap kesejahteraan tubuh

Peningkatan produksi asam lambung akibat stres berat dapat berdampak langsung pada kesehatan fisik dan mental, yaitu gastritis dan tukak lambung (Safarina, et al., 2024). Produksi asam lambung yang berlebihan dapat merusak lapisan pelindung lambung, menyebabkan peradangan (gastritis) atau bahkan luka (tukak lambung). Ini dapat menyebabkan rasa nyeri atau perih pada perut, mual, dan kembung, yang tentu saja memengaruhi kualitas hidup.
Stres juga meningkatkan kemungkinan GERD. Ketika asam lambung naik ke esofagus, kondisi ini menyebabkan sensasi terbakar di dada yang dikenal dengan heartburn (Noveli, 2022). Asam lambung yang meningkat jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan peradangan atau bahkan kerusakan permanen pada lapisan esofagus, yang disebut esofagitis. Stres berperan penting dalam memperburuk kondisi ini, karena dapat melemahkan fungsi katup esofagus bagian bawah (Lower Esophageal Sphincter atau LES) yang berfungsi untuk mencegah asam lambung naik ke esofagus. Ketika LES tidak berfungsi dengan baik, asam lambung lebih mudah naik ke esofagus, memperburuk gejala GERD, dan meningkatkan risiko kerusakan pada jaringan esofagus. Dampak jangka panjang dari GERD yang tidak terkendali termasuk ulkus esofagus, penyempitan esofagus (striktur), atau bahkan peningkatan risiko kanker esofagus (Ajjah, et al., 2020). GERD juga dapat mengganggu kualitas hidup, menyebabkan rasa sakit, kesulitan menelan, serta gangguan tidur akibat ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
Ketika seseorang mengalami gangguan pencernaan seperti mual, kembung, atau heartburn akibat stres, gejala ini sering kali mengganggu kenyamanan fisik, yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas tidur. Stres fisik ini dapat menyebabkan ketegangan otot, khususnya di area perut dan punggung, yang semakin memperburuk kondisi tidur. Tidur yang terganggu dan tidak nyenyak memperburuk keadaan stres, menciptakan siklus lingkaran setan di mana stres mengganggu tidur, dan kurang tidur meningkatkan tingkat stres tubuh. Kurang tidur tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan mental dan fisik secara keseluruhan. Penurunan waktu tidur dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk memulihkan diri dan memperburuk respons tubuh terhadap stres. Sebagai contoh, ketika tidur terganggu, produksi hormon yang mengatur stres, seperti kortisol, menjadi tidak seimbang, yang dapat memperburuk kondisi mental dan emosional, seperti kecemasan dan depresi. Kondisi ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan tidur kronis yang memperburuk gejala stres dan kecemasan.
Ketidakmampuan untuk mengendalikan atau mengatasi gejala-gejala ini dapat meningkatkan kecemasan, membuat individu merasa lebih tertekan, dan memperburuk depresi. Stres yang berkepanjangan dan gangguan pencernaan yang terus-menerus dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara keseluruhan, melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanannya terhadap infeksi serta penyakit lainnya.
Gangguan pencernaan yang disebabkan oleh stres mengurangi energi tubuh dan memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara optimal dalam aktivitas sehari-hari. Ketidaknyamanan perut yang berkelanjutan dapat mengganggu konsentrasi dan motivasi, yang pada gilirannya menurunkan produktivitas di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi. Individu yang mengalami stres berat dan gangguan pencernaan juga cenderung lebih mudah kelelahan, yang semakin memperburuk rasa cemas dan stres. Oleh karena itu, gangguan pencernaan yang disebabkan oleh stres tidak hanya merusak kesehatan fisik tetapi juga memperburuk kesejahteraan mental dan emosional, menciptakan dampak yang lebih luas pada kualitas hidup secara keseluruhan.

Cara mencegah dan mengatasi gangguan pencernaan akibat stres
Untuk mengatasi dan mencegah peningkatan asam lambung akibat stres, diperlukan pendekatan yang menyeluruh, mencakup perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, dan perhatian terhadap pola makan (Waluyo, 2023). Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:

a. Manajemen stress
Manajemen stres dapat dilakukan dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, pernapasan dalam, atau latihan mindfulness dapat membantu menurunkan tingkat stres. Aktivitas ini dapat menenangkan sistem saraf dan membantu menurunkan produksi hormon stres seperti kortisol. Aktivitas fisik moderat seperti berjalan kaki, berlari, atau berenang juga dapat mengurangi kadar hormon stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Olahraga dapat merangsang pencernaan yang sehat dengan mempercepat motilitas saluran pencernaan. Stres berat sering kali mempengaruhi kualitas tidur, yang pada gilirannya memperburuk stres dan gangguan pencernaan. Menjaga pola tidur yang teratur, tidur cukup (7-9 jam per malam), dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dapat membantu tubuh pulih dan mengurangi tingkat stres.
 
b. Perubahan pola makan
Menghindari makanan yang memicu produksi asam lambung berlebih, seperti makanan pedas, berlemak, atau kaya kafein, dapat membantu mengurangi gejala gangguan pencernaan. Makanan yang lebih ringan dan mudah dicerna, seperti sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak, lebih dianjurkan. Selain iru disarankan mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi lebih sering, karena dapat mencegah perut terlalu penuh yang dapat memicu peningkatan asam lambung. Ini juga membantu menjaga keseimbangan pencernaan yang lebih baik. Orang dengan penyakit asam lambung disarankan untuk menghindari makan sebelum tidur karena meningkatkan risiko refluks asam, dengan cara menghindari makan berat setidaknya dua jam sebelum tidur agar proses pencernaan dapat berjalan dengan baik.

c. Penggunaan obat dan suplemen
Stres dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung, untuk mengatasi masalah ini terdapat beberapa obat yang dapat digunakan, seperti antasid yang menetralkan asam lambung, H2 blockers yang mengurangi produksi asam, dan proton pump inhibitors (PPI) yang lebih efektif dalam menghambat produksi asam dalam jangka panjang. Selain itu, prokinetik dapat membantu mempercepat pengosongan lambung, mengurangi rasa kembung. Di sisi lain, suplemen seperti probiotik dapat mendukung kesehatan usus, kunyit (curcumin) memiliki sifat antiinflamasi yang melindungi lambung, jahe membantu meredakan mual, sementara aloe vera dan licorice dapat menenangkan peradangan dan melindungi lapisan lambung. Meskipun efektif, penggunaan obat dan suplemen ini sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya dalam mengatasi gangguan pencernaan akibat stres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun