Mohon tunggu...
Christophe D. Thomson
Christophe D. Thomson Mohon Tunggu... -

Instagram: cdt888. Pandas & tea. \r\nChristophe Dorigné-Thomson. \r\n\r\nFrench and British. \r\n\r\nwww.cdt888.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bule Bandung Single, Call me! My number is...

24 April 2014   22:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4.Bandung kota teknologi. Pak Walikota sekarang punya visi untuk bikin Teknopolis di Gedebage Bandung seperti Silicon Valley. Beliau sangat aktif dan udah dapat dukungan langsung dari Amerika Serikat, Perancis dan banyak lagi. Memang Bandung punya ekosistem untuk itu. Kan ada penduduk muda kreatif yang bikin banyak start-up, ada markas besar BUMN bidang teknologi dan telekomunikasi seperti Telkom tapi juga di bidang militer seperti PT Pindad dan ada cuacanya yang bagus biar bisa semakin kreatif di taman atau di bawah pohon. Awas kalau ada yang jatuh dari pohon ya! Kenapa gw sebut militer? Karena Silicon Valley mulai dari militer dan tempat sukses lain di bidang teknologi di dunia sukses juga karena ada militer seperti Israël misalnya yang punya paling banyak perusahan teknologi terdaftar di Bursa teknologi NASDAQ di New York. Gw jujur gw masih ga tahu gimana Bandung bisa memanfaatkan aspek militer itu. Tapi yang gw tahu adalah harus bisa menarik talent untuk mau kerja di Teknopolisnya. Artinya butuh fasilitas keren dan konektivitas tinggi misalnya. Butuh juga insentif jelas. Yang paling penting adalah perusahan yang di teknopolis sukses kan terutama yang lokal. Terlalu banyak teknopolis di dunia yang kalah karena kurang strategi. Hanya copy-copy yang ada di tempat lain. Padahal butuh visi dan strategi khusus. Semua tempat beda kan. Riset menunjukkan harus monitoring secara individual semua start-up yang ada di Bandung di bidang apa aja biar tahu persisnya yang start-up itu butuh untuk tumbuh dan sukses besar trus mendukung dengan cara khusus. Satu tujuan harusnya Bandung punya satu start-up yang mendunia dan terkenal di seluruh dunia. Kalau bisa banyak!

5.Kampanye terus! Sekarang udah ada banyak kampanye misalnya yang tematik per hari: Senin murid naik bis gratis, Selasa tanpa rokok, Rebo Nyunda, Kamis Inggris, Jumat bersepeda.  Itu hebat! Ada juga kampanye untuk ga buang dan kurangi sampah atau untuk bikin biopori dengan upaya mengatasi banjir. Ada beberapa lagi yang langsung dari pemkot atau dari komunitas. Gw kira itu keren. Memang Bandung harus jadi smart city dengan semua artinya “smart”. Selain fokus kepada masalah banjir dan sampah, gw kira yang paling penting fokus kepada kesehatan dan pendidikan. Itulah kunci sukses Bandung. Penduduk Bandung muda sekali jadi kalau mau masa depan yang cerah harus bikin mereka semakin pintar dan semakin sehat. Itu kenapa Jokowi juga pintar langsung fokus kepada itu saat jadi Gubernur: Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Gw kira upaya Ridwan Kamil misalnya untuk ajak banyak developers bikin aplikasi terkait sama isu-isu kota Bandung sesuatu yang bagus. Harus dialihkan kepada isu pendidikan dan kesehatan sebagai prioritas. Apalagi karena pasar internasional untuk itu besar. Bisa kan apps yang diciptakan di Bandung dijual diseluruh dunia lewat Google Play atau Apple Store. Sudah ada sebenarnya. Mari berkarya!

6.Kuliner. Kuliner itu kekuatan luar biasa yang Indonesia kurang pake di dunia. Malaysia dan Thailand udah dukung berat kuliner mereka di dunia dan dampaknya besar untuk ekonomi mereka. Indonesia kurang. Sangat kurang padahal potensi kuliner Indonesia luar biasa. Gw yakin. Sebenarnya gw tahu itu soalnya gw mengalami kenaikan atau kemunculan kuliner beberapa negeri Asia di dunia Barat. Kuliner Indonesia kurang strategi dan kurang dukungan. Nah gimana sama Bandung? Walikota langsung fokus ke kuliner sama acara Braga Culinary Night trus Cibadak dan banyak lagi. Itu bagus dan jelas ada visi. Gw punya banyak ide tentang itu tapi di sini hanya akan bilang satu yang menurut gw bisa ada dampak yang luar biasa. Gw pikir harusnya Bandung menarik satu chef skala internasional untuk membuka restoran di Bandung. Restorannya harus kelas internasional dengan tujuan bintang Michelin. Chefnya bisa orang asing, bisa orang Indonesia. Sebenarnya kalau ada Sundanese touch itu keren. Orangnya akan datang dari Jakarta, Singapura dan sebenarnya seluruh dunia untuk mencoba restoran itu.

7.Seni terutama seni kontemporer. Bandung punya potensi tinggi di bidang seni. Sudah ada galeri keren seperti Selasar Sunaryo, Lawang Wangi atau galeri Sarasvati yang dibuka di jalan Sudirman dan menjadi magnet daerah Sudirman. Gw jujur gw tahu dampaknya semua topik itu seperti kuliner, fashion atau seni. Karena sebagai anak Paris gw tahu gimana Perancis pake semua itu untuk berbisnis besar di seluruh dunia. Indonesia dan terutama Bandung punya potensi itu. Nah seni kontemporer itu alat luar biasa. Indonesia sebenarnya udah naik di bidang tersebut. Dunia tahu seni kontemporer Indonesia dan dunia tahu itu serius. Ada bakat besar di Indonesia. Tapi gimana Bandung yang punya galeri dan artis keren bisa memanfaatkan? Kalau gw lihat di dunia kota seperti Bilbao atau Metz mereka buka museum seni kontemporer yang diciptakan arkitek skala internasional. Gw kira Bandung bisa sama. Bandung harus buka Bandung Museum of Contemporary Art. Mungkin caranya bikin Public-Private Partnership. Ada investor di Indonesia untuk itu.

8.Nah jadi untuk selasai gw cuma akan bilang menurut gw ada strategi mainstream untuk urusin masalah dasar dan ada strategi elit. Gw kira Bandung bisa dua-duanya dan sebenarnya elite strategy memperkuatkan strategi mainstream. Jadi seperti gw sudah bilang gw kira Bandung harus punya satu restoran dan satu museum seni kontemporer yang skala internasional tapi gw juga pikir Bandung harus punya satu RS skala internasional, satu stadium bola dan tempat olah raga lain skala internasional, satu merk fashion skala internasional, satu tempat ibadah (Masjid, Geraja, Klenteng) skala internasional tapi juga satu festival film skala internasional dan seterusnya. Itu visinya. Gw kira itu bisa diwudjudkan kalau skemanya pintar. Sering gw lihat di Indonesia acara atau inisiatif yang dibilang internasional tapi sebenarnya ga. Harus selektif juga kalau go internasional. Jangan siap gabung sama siapa aja untuk bisa pake label internasional.

Ok cukup untuk saat ini. Gw bisa menulis satu buku lebih tentang itu.

Jadi nomor HP gw adalah...argg next time aja ya mungkin. Lagi woles!

Terima kasih. Baca post gw yang lain ya: http://www.kompasiana.com/cdt888

Follow my twitter: @thomsonchris / Instagram: cdt888 / www.cdt888.com / www.kompasiana.com/cdt888

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun