Mohon tunggu...
bajoe w
bajoe w Mohon Tunggu... -

penggiat Green Map Jakarta, Masyarakat Bebas Bising, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, Wikimu.com, penggemar satwa liar, fotografi, plesiran, sepeda.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duel Maut 2 Gubernur dan 2 Jenderal

9 Juli 2012   09:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah opini aku tentang 2 pasangan cagub Jakarta : Foke-Nara dan Alex – Nono. Buat mereka yang pendukung fanatik Hidayat-Didik, Jokowi-Ahok maupun Faisal Biem, abaikan saja tulisan ini. Tulisan ini ditujukan pada mereka yang masih bimbang  antara Foke atau Alex.

Secara kebetulan , persaingan Foke dan Alex ini memperebutkan segmen suara yang sama, yaitu mereka yang mungkin berasal dari kalangan birokrasi, pengusaha atau mereka yang suka pendekatan keamanan dari kalangan TNI, seperti yang diwakili oleh Nachrowi  dari TNI AD dan Nono dari TNI AL. Sebenarnya ada 1 calon lagi dari TNI yaitu dari calon independen : Hendardji, mantan komandan Puspom AD. Tapi nampak Hendardji kurang diperhitungkan, karena sebagai mantan komandan Puspom AD , justru dukungan dari aparat keamanan bisa jadi rendah – karena dulu dia yang mengawasi tentara. Nachrowi dan Hendardji sama-sama berpangkat Mayjen , sedangkan Nono Sampuno sedikit lebih tinggi : Letjen (Marinir).

Partai-partai  pendukung Foke di tahun 2007 memang kemudian pecah kongsi  pada dukungan ke Alex Nono (Golkar, PPP) dan Jokowi-Ahok (PDIP, Gerindra). Massa PDIP dan Gerindra adalah massa yang relatif fanatik pada partainya, sama seperti massa dari PKS (Hidayat Didik). Tetapi massa dari partai-partai besar seperti Demokrat, Golkar adalah massa yang bisa berpindah-pindah atau relatif cair. Juga massa pemilih partai Islam non PKS, seperti PPP, PKB adalah massa yang cair. Tahun ini memilih PPP, tahun depan bisa PKB. Pemilu lalu memilih Demokrat, pemilu sekarang memilih Golkar. Kira-kira demikian profil pendukung beberapa partai di atas.

Munculnya Alex-Nono adalah ancaman menggerogoti suara untuk Foke. Terlebih Alex Nono muncul dengan slogan instan seperti 3 tahun bisa, untuk massa di bawah adalah janji surga yang menarik. Penampilan Alex Noerdin yang tegas, to the point seakan menjadi antitesis dari Foke yang sering kali tampil emosional dan bimbang (mirip kayak Ketua Dewan Pembina partainya).  Foke sebagai Gubernur Jakarta tentu paling mudah diserang kelemahan-kelemahanan dalam memimpin, dibandingkan Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan yang jauh di sana. Keberhasilan Alex menjadi Bupati lalu dilanjutkan ketika jadi Gubernur, menjadi nilai lebih untuk memojokkan prestasi Foke sebagai Gubernur. Tetapi kelemahan Alex, dia diduga terlibat kasus korupsi Wisma Atlet dan sudah dipanggil sebagai saksi. Walau Foke sebenarnya juga dilaporkan wakilnya, Prijanto (yang juga Jenderal TNI AD) ke KPK atas sejumlah dugaan korupsi di Jakarta, tetapi belum ada proses tindak lanjut.

Bagaimana dengan sosok calon wakil gubernur? Kebetulan keduanya berasal dari angkatan yang berbeda, TNI AD dan TNI AL.  Kelebihan Nono Sampuno yang dalam karir militernya memegang komando (marinir) di TNI AL sehingga punya banyak pengalaman lapangan dibandingkan dengan Nachrowi , lebih banyak berkarir di intelejen. Keahlian mengamati , mungkin jadi kelebihan Nachrowi. Tetapi pengusaaan lapangan, tentu lebih baik Nono Sampuno, diharapkan ketika menjadi wagub nanti, Nono mampu menjalin kerjasama dengan aparat keamanan di lapangan. Di sisi lain , kelebihan Nachrowi adalah dia menjadi ketua Bamus (Badan Musyawarah) Betawi, sehingga punya jaringan ke ormas-ormas Betawi seperti FBR, FBB, Forkabi.

Bagaimana kemungkinannya? Melihat besarnya semangat anti Foke, ada kemungkinan pasangan Alex-Nono mencuri suara dari sebagian pendukung Foke kala Pemilukada 2007. Maka mimpi Foke-Nara untuk langsung jadi 1 putaran kayak SBY , sebenarnya agak mustahil. Bisa jadi malah pasangan Foke Nara tidak lolos ke putaran kedua, kalau dalam 1-2 hari ini makin intensif kampanye terselubung . Karena warga Jakarta sudah semakin cerdas dan muak pada praktek-praktek korup : ambil uangnya , jangan coblos orangnya. Seperti pengakuan warga di liputan majalah Tempo terbaru (9-15 Juli)  : Kendati mendapat uang dari tim sukses Fauzi dan Alex Noerdin, dia bilang : “Saya tak akan memilih mereka.Saya sudah punya calon sendiri.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun