Mohon tunggu...
Ratna Yusmika Dewi
Ratna Yusmika Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Mom learner & Momprenuer

Menulis menghempas lelah, senyum merekah menikmati hidup penuh berkah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gema Hari Santri Nasional 2021: Berakhlaq Santri Menuju Teknologi 5.0

27 Oktober 2021   14:36 Diperbarui: 27 Oktober 2021   14:40 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ditpdpotren.kemenag.go.id

"Santri bukan yang mondok saja, tapi siapapun yang berakhlak seperti santri, dialah santri" KH A Mustofa Bisri, Mustasyar PBNU.

Lima hari sudah berlalu Hari Santri Nasional 2021 dirayakan, namun bagi saya tidak hanya tepat tanggal itu saja kita menggemakan. Seperti kutipan nasehat diatas dari salah satu sosok Ulama besar di negeri tercinta ini menjadi tonggak utama para santri mengahadapi era 5.0. Menjadi sebuah tantangan besar pula bagi semua orang tua ketika yang dulu berharap bahwa anak anak di pesantren diharapkan mampu menjadi santri sesungguhnya, berjibaku dengan kitab kitab dan ngaji dengan Ustadz dan ustadzah berharap berkahnya ilmu tak menyentuh dunia digital. Kali ini, sejak badai pandemi covid 19 menghantam seluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia yang banyak Pondok Pesantrennya. 

Tuntutan melek digital saat di era 4.0 terbukti membuat semua lapisan pendidikan khususnya di pesantren mau atau tidak mau harus beradaptasi, berkecimpung, dan belajar sehingga upgrade diri ilmu teknologi. dulu, sebelum pandemi, sebagai orang tua salah sau alasan memasukkan anak ke Pesantren adalah untuk fokus belajar ilmu agama yang jauh dari pengaruh negatif dunia maya.      Namun, pandemi ini mampu merubah paradigma negatif itu karena menjadi kebutuhan pokok selama proses belajar daring. Salah satu contoh santri yang melaksanakan daring selama pandemi di rumah, harus menyediakan fasilitas Handphone bahkan ada juga TV kabel untuk menunjang belajarnya.  

Lagi lagi, kita ingat nasehat salah satu sahabat Rasullullah  Muhammad SAW

"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan dizamannmu" Ali bin Abi Thalib RA.

Tepat sekali, untuk mendambakan seorang anak yang nyantri, itu dimulai dari orang tua yang juga nyantri pula. Dan bekal utama  nyantri itu ada pada mengawal ketauhidan anak anak penuh dengan akhlakul karimah dari sosok orang tua yang menjadi pondasi Madrasah Ula. Dengan pondasi ketauhidan dan akhlak itulah santri sesunggnya di era 5.0. bahwa kecanggihan teknologi adalah sebuah amanah besar dalam berilmu dan syiar yang tetap mengutamakan akhlak. 

Mengangkat tema "Santri Siap Jiwa dan Raga"  ini menjadi sebuah tantangan baru dan terbarukan. Setelah ditempa di masa pandemi selama hampir dua tahun ini. Banyak tantangan dan pelajaran kehidupan yang harus mereka jiwai, bahwa ini bukan hanya tantangan pribadi, akan tetapi tantangan menghadapi perkembangan zaman. Khususnya dalam hal teknologi dan juga kemanusian.

1. Santri dan Teknologi

Peran santri di dunia teknologi akhir akhir ini di masa pandemi sangat memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan khususnya pesantren. Dokumentasi setiap kegiatan santri yang melintas di dunia maya membuat calon santri yang dulu enggan mondok menjadi motivasi tersendiri.  Ketrampilan dan beberapa hasil karya digital pun  mulia menggeliat dan menampakkan hasil yang luar biasa. . Yang pada akhirnya mereka dikenal, diakui kemampuanya dan layak diancungi jempol. Hal ini menjadi modal kelak nanti setelah para santri ini lulus dari pondok untuk menentukan masa depan selanjutnya.

Banyak sekali contoh jebolan santri yang akhirnya mampu berkarir dikenal karena bakatnya dan prestasinya dari sosial media. Seperti merdunya suara tilawah, prestasi ajang kompetisi MTQ,  karya kaligrafinya yang menakjubkan. Bahkan santri digital yang mampu melahirkan entrepenuer muda dari dunia pesantren.

2. Santri dan Kemanusian

Kecanggihan teknologi dimanfaatkan dalam berbuat kebaikan sebagai ladang pahala. Baik sedekah dalam bentuk materi dan juga ilmu, sedekah jariyah ilmu ini mempunya nilai lebih dari sebuah ilmu kemanusiaan. Saat pandemi kegiatan sosial yang dibatasi, membuat orang orang yang terbiasa mencari ilmu dan datang ber guru menjadi terbatas. Inovasi ini yang melahirkan sebuah ide dari pesantren untuk mengadakan kajian maupun belajar secara daring atau life streaming. Dan tentunya, peran santri ini sangat diharapkan mampu menjadi bagian dari dakwah berkelanjutan. 

Saat terjun di dunia sosial menjadi sebuah tantangan seorang santri untuk bisa berkecimpung bahu membahu dalam hal kegiatan kemanusiaan. Contohnya, aktif dalam kegiatan sosial dan sedekah jor joran.

Pada intinya "Santri Siap Jiwa dan Raga" itu santri yang mampu mengawal diri sehat lahir dan batin dengan pondasi ketauhidan dalam jiwa dan raganya. Menjalankan semua amanah karena Allah semata.

by Ratna Yusmika Dewi  

  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun