Mohon tunggu...
Cay Cay
Cay Cay Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar tak dibatasi usia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mama, Pak Melmi Masuk TV

23 September 2014   05:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:52 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

https://twitter.com

"Mama, Pak Melmi masuk TV!" begitu teriakan anakku tadi waktu ia menyaksikan tontonan Hitam Putih di Trans 7.  "Pak Melmi ? Siapa itu le?" tanyaku seraya mengernyitkan kening. Pasalnya aku tak kenal orang yang namanya Melmi. Seingatku juga tak ada artis atau pejabat atau orang terkenal lain yang namanya seperti disebut oleh anakku itu. "Itu lho Ma, tukang kursus yang suka keliling di kompleks." Aku masih belum paham yang dimaksud anakku. "Kursus...kursus...kursus Jepang," tiba-tiba anakku menirukan satu suara yang nadanya sangat kukenal. Aku pun segera ngeh. "Ooo...tukang kursus Bahasa Jepang itu to?" Aku yang biasanya tak tertarik nonton TV, akhirnya jadi ikut-ikutan bersama anakku nonton acara Hitam Putih. Acara ini memang favorit Arya. Satu wajah yang sangat kukenal muncul di hadapanku. Kali ini ia tak naik sepeda bututnya, tapi ia duduk di studio diapit Deddy Corbuzier dan seorang perempuan yang ikut menjadi presenter. Penampilannya sangat sederhana, seperti yang biasa kulihat. Wajahnya yang mulai keriput menampakkan senyum yang lugu dan polos. Ah, tak kusangka si Pak Tua itu bisa masuk TV. Selama ini aku mengenal lelaki tua itu - yang baru tadi kuketahui bernama Melmi - sebagai seorang penerjemah Bahasa Jepang. Ia sering keliling kompleks rumahku. Kadang pagi, kadang juga siang. Teriakannya saat menawarkan jasa sangat familiar di telingaku. "Kursus...kursus...kursus Jepang," begitulah ia selalu berseru seraya mengayuh sepeda butut. Tak lupa ia juga membawa tas hitam kusam, serta tulisan yang menghiasi sepedanya. Pernah ia menawarkan jasanya padaku saat melihatku tengah duduk-duduk di teras rumah. Tapi aku hanya menggeleng. Ah, masa sih ia bisa Bahasa Jepang beneran? Aku tak begitu percaya pada penampilannya. Sosok Melmi memang sederhana, cenderung lusuh. Itulah sebabnya ia jarang dilirik oleh warga kompleks. Aku dan beberapa teman sering meragukan kemampuannya mengingat cara yang ia tempuh untuk menawarkan jasa sungguh tidak meyakinkan. Pak Melmi, tak hanya keliling kompleks perumahan, tapi ia juga mengelilingi kota Tasikmalaya. Rasanya wajahnya tak asing bagi orang yang biasa memperhatikan. Tapi malam ini, ketika ia tampil di TV, ia membuatku terperangah. Ternyata ia tak seperti yang kuduga selama ini. Melmi sungguh membuktikan kemampuannya. Saat ia diwawancarai Deddy, mengalirlah kisah kehidupannya. Kisah-kisah hidup yang tak seluruhnya manis dan cerah. Jawaban-jawaban yang ia berikan saat ditanya sang pembawa acara memang terkesan lugu, namun penuh kejujuran dan tak mengandung pretensi apa pun. Ia berkisah apa adanya, tak bermaksud menyombongkan diri. Bagi Anda yang tadi ikut menyaksikan acara Hitam Putih pasti tahu kisah hidupnya. Lagi-lagi aku merasa tersodok oleh sosok tua Melmi yang sederhana itu. Ia yang selama ini tak pernah kulirik, bahkan sekadar dengan sebelah mata, ternyata memiliki sesuatu yang layak dibanggakan. Ia bukan tukang jual obat yang suka ngecap membual, tapi ia sungguh punya ilmu yang bisa ia amalkan untuk orang lain. Ah, penampilannya sungguh mengecoh banyak orang. Ternyata tas kusam yang setia menemaninya itu berisi buku-buku sebagai gudang ilmunya. Ah, aku memang harus banyak belajar dari dunia sekitar. Tak cuma belajar dari orang-orang yang biasa bergaul denganku. Tapi juga dari orang lain yang melintas dalam hidupku. Hari ini sosok Pak Melmi telah menyadarkanku. Betapa aku tak boleh menilai kualitas seseorang hanya dari penampilan luarnya. Apalagi jika aku tak sungguh-sungguh mengenal sisi dalamnya. Punten ya Pak Melmi, sosokmu kini telah mengubah pandanganku. Aku salut padamu Pak Tua.****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun