Mohon tunggu...
Catur Pujihartono
Catur Pujihartono Mohon Tunggu... lainnya -

hidup harus lebih dari sekedarnya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Konsep Ruang Pariwisata

10 November 2016   19:18 Diperbarui: 10 November 2016   19:23 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian pertunjukan Kethoprak Nyutra Budaya di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta

Salah satu kebijakan  pemerintah dalam pembangunan sektor wisata adalah  “Peningkatan Kemitraan Masyarakat, Swasta, dan Media Massa”, dalam artian bahwa pemerintah telah membuka keran peran serta semua pihak untuk ikut serta membangun dan memanfaatkan sektor pariwisata sebagai sektor yang bisa menunjang peningkatan pendapatan semua lapisan masyarakat. Dengan demikian Keberhasilan Pembangunan Kepariwisataan Nasional merupakan hasil kerja pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan dukungan masyarakat serta media massa. Maka perlu sebuah kebijakan yang menyentuh itu, dan diantaranya

  • Peningkatan pemberitaanaan media massa
  • Pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan
  • Pembinaan unit ekonomi setempat
  • Mendorong peran serta organisasi kemasyarakatan

Dari butir-butir tersebut jelas bahwa pariwisata bisa berkembang seiring dengan adanya pemberitaan yang akan memberi ketertarikan wisatawan untuk datang dan menikmati suasana di tempat tersebut. Kemudian daya dukung masyarakat harus juga diiring dengan kapasitas masyarkat yang biasanya terorganisir dalam kelompok-kelompok. Kelompok ini yang kemudian menghasilkan produk yang bisa dinikmati wisatawan. (sumber)

Dari kebuijakan terrsebut hal yang harus banyak diperhatikan adalah adanya konsep ruang, yang mencakup pengembangan budaya dan budidaya. Pengembangan Budaya mencakup produk seni budaya dan tradisi yang berkembang dari masyarkat. Sedangkan budidaya adalah bagaimana budaya itu sendiri mampu untuk memberikan peningkatan perekonomian masyarakat.

Nyutran dan Nyutra Budaya

Potret dari keberhasilan kebijakan Pemerintah dalam Peningkatan Kemitraan Masyarakat, Swasta, dan Media Massa ini tergambarkan dari sebuah kampung yang Bernama”Nyutran”. Nyutran adalah sebuah kampung yang ada di tengah kota Yogyakarta. Kampung yang tidak bisa lepas dari keberadaan Kraton Ngayogyakarta karena kampung ini adalah kampung prajurit Kraton yang Bernama Prajurit Nyutra.

Prajurit Nyutra bukan merupakan Prajurit yang sering bertempur di medan pertempuran, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai prajurit pengawal Sultan. Sehingga prajurit ini tidak bisa dikatakan sembarangan karena disamping harus bisa menguasai berbagai macam bentuk senjata, tetapi juga harus bisa menghibur Sultan. Artinya harus bisa berkesenian (menari, nembang atau gamelan/bermusik). Seperti prajurit lain semua disatukan dalan satu wilayah kampung di sisi timur Sungai Code. Boleh dikatakan Kampung Nyutran dulu adalah tangsi militer milik Kraton

Dari hal di atas maka bahwa masyarakat Kampung Nyutran sekarang  ini mempunyai alur sejarah dari seorang prajurit dan seniman. Sehingga dalam hal budaya dan tradisi masyarakat sangat erat dan kental dengan seni. Naluri berkesenian seperti para pendahulunya menjadi sesuatu yang kerap meresahkan. Dari keresahan itu kemudian muncul Paguyuban Seni Budaya “Nyutra Budaya”. Paguyuban ini kemudian mengembangkan seni seperti gejog lesung, Seni Keprajuritan, Kethoprak dan Kerawitan.

Sejak dicanangkan pengembangan Kampung Wisata oleh pemerintah Kota Yogyakarta, Nyutran dan Nyutra Budaya semakin giat dalam mengembangkan budaya guna menuju pada Kampung Wisata yang bisa diakses oleh wisatawan. Tetapi sesuatu hal yang memamng tidak mudah untuk diwujudkan karena banyaknya keterbatasan. Bahkan masyarakat banyak yang secara mandiri membangun budaya atau kesenian untuk mendukung pariwisata.

Menuju Kampung Wisata

Seperti gambaran di awal bahwa keberadaan Kampung Nyutran ada di tengah Kota Yogyakarta. Dengan demikian bahwa pengembangan wisata terkendala pada ruang yang sudah tidak memadai. Penuhnya hunian dan terbatasnya ruang kosong sebagai ruang berkesenian menjadi hal yang sangat terbatas. Padahal jika ini ada dan bisa diakses oleh masyarakat secara leluasa maka wisata di tempat ini akan semakin berkembang pesat.

Dengan keterbatasan ini maka masyarakat Nyutran dan Nyutra Budaya mengembangkan budaya dan budidaya dengan mengakses dan bekerjasama dengan pemerintah kota dan swasta. Dalam hal budaya Masyarakat Nyutran dan Nyutra Budaya pernah menyelenggarakan Pentas di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Sebuah tempat yang sangat representatif dan sangat mewah bagi Paguyuban selevel Kampung dan Paguyuban Seni Nyutra Budaya. Biasanya tempat ini dipakai oleh kelompok seni yang sudah mapan dan seniman dengan nama-nama besar. Namun ternyata berkat kerjasama dengan berbagai pihak, masyarakat Nyutran dan Nyutra Budaya bisa terlaksana dan dinikmati banyak masyarakat yang lebih luas dan diliput berbagai media.

Bagian pertunjukan Kethoprak Nyutra Budaya di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta
Bagian pertunjukan Kethoprak Nyutra Budaya di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta
Pementasan Kethoprak Panyutra oleh Paguyuban Nyutra Budaya Kampung nYutran di Concert Hall TBY
Pementasan Kethoprak Panyutra oleh Paguyuban Nyutra Budaya Kampung nYutran di Concert Hall TBY
Dan mengembangkan budidaya dengan memperhatikan faktor ruang yang terbatas tadi misalnya dengan “vertikultur”. Budidaya memang di kembangkan di Nyutran dan Nyutra Budaya dengan asumsi bahwa produk seni yang ada tidak bisa menopang perekonomian masyarkat dalam waktu yang pendek. Seni dipandang sebagai sebuah pemuas hasrat bukan sebagai sumber penghidupan. Selain itu bahwa tidak semua mampu menjadi seniman, sehingga untuk bisa menopang menuju kampung wisata semua elemen masyarakat harus dilibatkan. Dengan budidaya pemberdayaan masyarakat akan semakin luas untuk mendukung pembangunan sektor wisata dan benar-benar mengukuhkan Nyutran sebagai Kampung Wisata nantinya.

Vertikulture yang dikembangkan masyarakat sebagai konsep ruang pariwisata dalam hal budidaya
Vertikulture yang dikembangkan masyarakat sebagai konsep ruang pariwisata dalam hal budidaya
Beberapa hal yang bisa ditarik dari kebijakan pemerintah ini : bahwa detail konsep ruang pariwisata telah sampai pada masyarakat. Seni budaya yang ada dan didukung dengan budidaya masyarakat (tidak hanya pertanian) telah berkembang dimasyarakat. Artinya produk seni penunjang pariwisata dan budidaya sekelas kampung telah diberi kesempatan untuk unjuk di tempat yang besar dan dinikmati oleh masyarakat pariwisata secara lebih luas. Sayang!, jika semua ini mampu dikembangkan dalam masyarakat secara lebih luas lagi pembangunan pariwisata benar-benar telah menjadi kendaraan menuju kesejahteraan. Namun tidak semua bisa terakses sampai pada lapisan paling bawah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun