Mohon tunggu...
Catur Sucahyono
Catur Sucahyono Mohon Tunggu... -

Pencinta permainan sepakbola..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ingin Timnas Berprestasi? Supporter Harus Bersatu dan PSSI Berhenti Berbuat

14 Desember 2013   00:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Salam Indonesia!
Dalam pemahaman agama yang saya anut yakni Islam, ada kaidah2 atau norma2 yang patut dijunjung tinggi, salah satunya adalah larangan berbuat zholim terhadap sesama (tanpa melihat latar agama), karena berbuat zholim adalah salah satu perbuatan yg dibenci Alloh. Sanksinya sendiri bisa berlaku langsung di dunia atau nanti di akhirat kelak. Bisa jadi ketika kita berbuat zholim(sekecil apapun), ada pihak lain yg merasa terzholimi menggunakan "haknya" untuk mengadu kepada Tuhan dalam bentuk do'a. Dalam ajaran Islam, salah satu do'a yg tiada penghalang/diijabah adalah do'a orang yg terzholimi.

Lantas apa kaitannya dengan prestasi sepakbola indonesia?
Bisa jadi ada kaitannya.

Sejak tahun 1994, ketika galatama dan perserikatan digabung untuk pertama kalinya dengan nama Liga Dunhill Indonesia, saat itu pula saya mulai tertarik terhadap perkembangan sepakbola nasional. Tidak sampai melakukan penelitian, akan tetapi cukup ikut mengamati perkembangannya dari tahun ke tahun. Entah dosa apa yg dilakukan negeri ini atau memang kualitas dan mentalitas pemain kita yg jauh dari mental juara, setiap kali ada kesempatan bermain di ajang Sea Games, Piala Tiger/AFF, atau bahkan Piala Asia, kegagalan demi kegagalan senantiasa menghampiri Timnas Indonesia. Kegagalan itu tidak melihat tempat, bahkan final dilangsungkan di kandang sendiri dan hal ini berlangsung sampai tahun 2010 dan 2011, dimana Timnas masuk ke Final piala AFF dan Sea Games.

Merujuk hasil2 minim prestasi tersebut, saya mencoba melakukan analisa secara menyeluruh, baik segi teknis maupun non teknis terhadap sepakbola kita. Virus apa yg menjangkiti pemain, pelatih maupun supporter sehingga kita dimusuhi "Dewi Fortuna".

Kalo merunut sejak dari tahun 1996, tercatat beberapa kali timnas mengikuti Piala AFF, SEA Games dan Piala Asia. Tapi prestasi tertinggi yg diraih adalah runner up yakni tahun 2000,2002,2004 dan 2010(AFF), sementara untuk ajang Sea Games sejak terakhir juara di tahun 1991, timnas hanya mampu meraih medali perak di tahun 1997 dan 2011. Menilik hasil yg sering minor, mari kita tilik beberapa sisi teknis tentang timnas kita.

Secara teknis, skill individu dan kemampuan membaca permainan sepakbola, seharusnya kita patut bersyukur, karena seyogyanya negeri ini dianugerahi talenta2 dengan bakat alami yg tiada tara. Siapa yg tak kenal dengan Widodo C Putro?sang pencetak gol indah salto ke gawang kuwait di piala asia 1996. Kurniawan DY ato Bima Sakti. Rony Wabia yg sering meliuk liuk bak Giggs. Ato sang dirijen lapangan tengah Fachry Husaini dan Ansyari Lubis? Di akhir 90an, siapa yg tidak kenal BP? Pencetak gol terbanyak timnas sampai saat ini, yg pernah merumput di eredivisie dan liga malaysia. Ato talenta berbakat seperti Boaz Salossa(yg menurut penulis, levelnya seharusnya bermain di eropa). Dan masih banyak lagi talenta2 lainnya. Mereka2 dilatih oleh beberapa pelatih

yang sukses ketika melatih negara lain, seperti Ivan Kolev, Peter Withe. Ato pelatih lokal berkelas semacam Danurwindo, alm Rusdy B.

Dalam level asia tenggara(sebelum masa naturalisasi), secara teknis kemampuan pemain hampir sama, bahkan bisa dibilang kemampuan kita melebihi negara2 tetangga. Tetapi kenapa prestasi kita senantiasa mentok di peringkat 2?

Mungkin beberapa opini berikut dari penulis dari segi nonteknis bisa sedikit membuka tabir itu dan kenapa ada hubungannya dengan perbuatan zholim sebagaimana penulis sebutkan di awal.

Sebagaimana kita ketahui bersama, semenjak peleburan galatama dan perserikatan. Banyak sekali klub2 galatama yg notabene secara finansial lebih profesional dan mandiri, banyak yg gulung tikar. Tercatat hanya beberapa saja yg bertahan seperti Semen Padang, Arema, Pelita Jaya, Mitra Surabaya, PKT, dan beberapa lainnya. Klub2 tsb harus hidup dan menghidupi dirinya dg banyak keterbatasan, karena sumber dana yg diswadayakan dan menggantungkan dari tiket (arema). Sementara untuk klub2 perserikatan, mereka menggantungkan sumber pendapatannya adalah dari dana APBD. Iya, dana yg seharusnya bisa disalurkan untuk pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraan rakyat, terpaksa dipakai hura2 untuk mendanai sepakbola (yg ternyata minim prestasi). Dengan petinggi klub yg biasanya pejabat daerah, lebih memuluskan langkah dalam memakai dana ini. Dengan dalih untuk kepentingan hiburan rakyat , gengsi daerah dan pengenalan nama daerah di level sepakbola nasional. Tapi yg membuat kita tidak sadar adalah dengan penggunaan dana APBD yg berpuluh(ato beratus) milyar hanya untuk mengurus sepakbola, bagaimana dengan nasib rakyat kecil yg seharusnya dengan dana itu bisa bersekolah, berobat ato berkehidupan yg layak, akan tetapi karena dananya terpakai, nasib mereka terabaikan. Bisa jadi rakyat2 kecil yg terabaikan itu merasa terzholimi kemudian mendoa kepada Tuhan, semoga saja sepakbola kita tidak tenang dalam mengarungi sebuah kompetisi. Ini terkesan mustahil dan sepele, akan tetapi siapa tahu dari sisi hal2 seperti ini memang prestasi timnas kita tersendat. Who knows? Beruntung, penggunaan mulai dilarang oleh mendagri(bukan PSSI), walopun masih ada beberapa klub yg mencoba coba, paling tidak dari segi ini masalah(relatif) terselesaikan.

Hal kedua yg mungkin bisa kita cermati terkait penzholiman adalah kebijakan2 yg diambil oleh PSSI, terlebih sejak tahun 2011. Keputusan yg terkesan zholim seputar pelarangan pemain2 yg bermain di LPI untuk membela timnas, bisa jadi ada beberapa orang (pemain maupun supporter) yg merasa terzholimi kemudian mendoakan kegagalan timnas. Hal ini bisa jadi terbukti dg gagalnya timnas saat kalah adu pinalti dari malaysia di sea games. Ketika rezim berganti, lagi2 PSSI terkesan berbuat zholim dg keputusan menyingkirkan semua pihak kroni mantan ketum Pssi dan mengenai jumlah peserta Kompetisi yg membengkak menjadi 24 klub. Bisa jadi, pihak yg terzholimi pun mengadu ke Tuhan. Hasilnya, kompetisi diboikot, pemain dilarang memperkuat timnas, dan Indonesia mencatat kekalahan terbesar sepanjang sejarah sepakbola indonesia. Supporter pun terbelah, ada yg benar2 membela merah putih secara murni (tak perduli siapa pemain ato pelatihnya), ada beberapa supporter yg mensupport timnas karena dasar golongan. Masih terngiang ketika kelompok supporter memboikot dukung timnas karena bukan berasal dari golongannya. Ato ketika ujicoba indonesia-vietnam di GBT berlangsung, ada supporter yg berniat mendukung tapi dilarang karena mereka menjadi anggota klompok pemuda, yg notabene ketuanya adalah pihak yg berseberangan dg PSSI. Pemecatan Riedl jg bisa jadi perlakuan zholim oleh Pssi, yg membuat Riedl tidak ikhlas dunia akhirat. Hasilnya, timnas tidak lolos fase grup piala Aff 2012.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun