Beberapa hari ini, di mana-mana terlihat banyak antrian masyarakat berburu gas 3 Kg. Rakyat sulit sekali mencari gas 3 Kg yang sangat dibutuhkan mereka untuk masak. Akibatnya harganya pun melambung. Menurut teman di daerah Tigaraksa Tangerang, harganya bisa mencapai 4o rb satu tabung. Antrian rakyat ini mengingatkan zaman tahun 1965-1966, saat itu rakyat antri minyak tanah, juga kebutuhan pokok lainnya.
Mengapa terjadi kelangkaan gas melon 3 Kg? Menurut penjelasan Menteri ESDM, kebijakan baru pemerintah untuk menata penjualan gas melon 3 Kg agar tidak ada pengecer tapi beralih menjadi pangkalan resmi yang ditetapkan. Untuk itu pengecer diberikan waktu satu-dua bulan untuk mendaftar menjadi pangkalan agar dapat menjual gas 3 Kg secara resmi. Tapi kebijakan ini nampaknya belum disiapkan secara matang mekanisme dan sosialisasinya, akibatnya di masa transisi banyak sekali terlihat rakyat yang mengantri gas 3 Kg.
Harusnya kebijakan yang menyangkut orang banyak ini disiapkan secara matang dan membutuhkan masa transisi dengan sosialisasi yang panjang agar tidak terjadi kegaduhan di masyarakat. Jangan berpikir cepat mengingat menyangkut ratusan juta masyarakat di seluruh Indonesia.Â
Sebaiknya pemerintah meninjau ulang kebijakan ini dan mengevaluasinya. Kebijakan ini membutuhkan kematangan persiapan dan pelaksanaan di lapangan agar tidak terjadi lagi rakyat antri panjang. Belum lagi para pedagang kecil yang sangat membutuhkan gas 3 Kg ini, dengan langkanya gas ini menyebabkan usaha mereka terganggu yang akibatnya juga mengganggu rantai ekonomi masyarakat bawah. Harga makanan pun akan terkerek naik imbas sulitnya mendapatkan gas ini.
Sebaiknya pemerintah menyiapkan secara matang sebelum kebijakan ini digulirkan agar tidak terjadi kesusahan di masyarakat. Presiden Prabowo yang sangat peduli dengan rakyat kecil pasti tidak mau mendengar adanya kesusahan rakyat dengan kebijakan yang terkesan buru-buru. Segera evaluasi kebijakan ini Pak!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI