Mohon tunggu...
Catur Nurrochman Oktavian
Catur Nurrochman Oktavian Mohon Tunggu... Guru - guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca adalah "Jantungnya" Pendidikan

31 Agustus 2018   17:30 Diperbarui: 31 Agustus 2018   17:55 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Budaya membaca yang rendah ini mungkin bukan kali ini saja,  mungkin sudah sejak jaman saya sekolah SD sekitar tahun 1980-an. Namun ketika itu, yang masih saya ingat, sangat mudah ditemui bacaan-bacaan untuk anak-anak yang menarik seperti Tintin, Lima Sekawan, Sapta Siaga, dan lain-lain. 

Meskipun produk kreatifitas dari impor dengan setting dan tokohnya tidak menggambarkan Indonesia, namun kental unsur unsur pendidikan di dalamnya seperti toleransi, kerjasama, berani membela kebenaran dan keadilan, dan sikap positif lainnya. 

Dan bahan bacaan produk lokal yang cukup menarik untuk menumbuhkan minat baca anak anak di masa itu, adalah karya RA. Kosasih, Mahabrata, Bharatayudha, Ramayana, dan sebagainya, yang mudah dijumpai pada toko-toko buku dan taman bacaan ketika itu.

Namun bagaimana dengan keadaan saat ini?. Gempuran teknologi smartphone berbasis android yang begitu deras membuat ketergantungan anak-anak pada gawai begitu besar dan menjadi suatu hal yang tidak terelakkan terjadi saat ini. Anak-anak lebih suka bermain games, dibandingkan membaca apalagi menulis. 

Banyak upaya dari masyarakat saat ini dan juga pemerintah untuk "kembali" menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi), karena kemajuan peradaban suatu bangsa diyakini berhubungan erat dengan budaya literasi yang dikembangkan oleh masyarakatnya. Tidak ada kata terlambat bagi negara dan bangsa kita untuk memulainya. Lalu bagaimana cara membudayakan membaca dan menulis? Menurut penulis, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan:

Pertama, mulailah dari diri sendiri. Sadarkan diri dengan membaca secara rutin. Tidak usah terlalu banyak dahulu. Mulailah seperti pepatah mengatakan; sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. 

Jadikan membaca sebagai suatu kebutuhan, dan harus ada buku yang dapat dibaca ketika waktu luang kita, misalnya; ketika sedang menunggu seseorang, saat dalam perjalanan, atau pada berbagai kesempatan yang memungkinkan kita untuk membaca. 

Budaya serupa sering dilakukan oleh masyarakat di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Australia, sehingga tidak heran jumlah buku yang diterbitkan di negara-negara tersebut, jauh melampaui jumlah penerbitan buku di tanah air. Berapa jumlah buku yang telah Anda baca selama setahun belakangan ini?.

Kedua, mulailah ajak lingkungan sekitar kita untuk turut serta membudayakan membaca. Mulailah dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Biasakan memberi hadiah buku-buku bacaan kepada anak-anak kita. Ajaklah "wisata" ke toko-toko buku (di mall pun ada). Buatlah anak-anak "having fun" dengan berburu buku-buku bacaan di perpustakaan atau toko buku. Jika memungkinkan, buatlah perpustakaan pribadi di rumah Anda. 

Kebiasaan membaca di keluarga dimulai dari ayah dan ibu sebagai role model utama. Anak akan lebih mudah meniru perilaku positif dari lingkungan terdekatnya yaitu orang tua. Membaca koran di pagi hari, membaca buku-buku di tengah waktu santai keluarga, merupakan contoh yang sangat baik dari orang tua dalam menularkan budaya membaca kepada anak-anaknya di rumah.

Ketiga, gerakkan masyarakat di sekitar baik di sekolah maupun lingkungan rumah untuk membudayakan membeli dan membaca buku. Dan masyarakat harus disadarkan bahwa buku adalah karya intelektual yang harus dihargai dengan membeli yang asli dan bukan bajakan atau hasil duplikasi/fotokopi, kecuali telah mendapatkan ijin dari penulisnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun