Di daerah perkotaan, yang padat penduduk dan bangunan, kemampuan tanah untuk menyerap air hujan telah berkurang drastis. Air hujan yang turun sebagian besar menumbuk bidang-bidang keras selain tanah, seperti jalanan beraspal atau bangunan. Karena tidak terserap air hujan ini kemudian menggenang atau mengalir sebagai banjir. Di sinilah pentingnya lubang resapan biopori pada bidang-bidang tanah tersisa yang tidak tertutup aspal jalanan atau bangunan. Dengan adanya lubang resapan biopori, tanah akan mampu menyerap air dengan lebih banyak.
Lubang resapan biopori merupakan lubang-lubang yang ada di dalam tanah. Lubang-lubang ini biasanya terbentuk sebagai akibat aktifitas organisme. Misalnya aktifitas kehidupan cacing, rayap, akar tanaman, dan lain-lain. Lubang-lubang yang terbentuk berisi udara, yang kemudian dapat menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Pada saat ini, dengan menggunakan teknologi biopori, lubang-lubang ini bisa diciptakan manusia. Caranya cukup dengan membuat lubang di dalam tanah. Aktifitas organisme bisa distimulasi dengan memberikan sampah organik pada lubang-lubang tersebut sebab sampah organik merupakan bahan energi bagi organisme tanah.
Dengan membuat lubang resapan biopori di lingkungan masing-masing, setidaknya kita telah meringankan beban lingkungan dalam dua hal, yaitu mengurangi banjir dan mengurangi sampah. Namun, manfaat lubang resapan biopori sebenarnya lebih banyak, antara lain bisa meningkatkan kesuburan tanah, menghambat intrusi air laut, hingga mengurangi emisi CO2.
Kelompok kami yang melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktiku negeri Universitas Muhammadiyah Malang berusaha membantu UMKM di lingkungan Kelurahan Tanjungsari. Dalam kegiatan PMM BHAKTIKU NEGERI ini , kelompok kami tergabung dalam Kelompok 54 Gelombang 8 yang dibimbing oleh Ibu Chalimatuz Sa'diyah SE., MM. PMM BHAKTIKU NEGERI ini merupakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata, dimana memiliki perbedaan yaitu waktu yang dilakukan lebih singkat begitupun kelompok PMM BHAKTIKU NEGERI ini hanya berjumlah 5 orang. Hal ini disebabkan karena adanya Pandemi COVID 19.
Dalam mendukung kelestarian lingkungan, kelompok kami membantu melakukan pengecatan tutup biopori di lingkungan Tanjungsari tepatnya di RW 07. Pengecatan ini bertujuan untuk memperindah tampilan biopori, selain itu diharapkan anak -- anak tertarik dan teredukasi dengan adanya biopori. Pengecatan ini juga merupakan kegiatan dari mendukung Proglam Proklim yang diikuti oleh Kelurahan Tanjungsari.
Berikut ini adalah proses pembuatan beserta alat dan bahan yang dibutuhkan:
- Alat dan Bahan
- Bor tanah
- Pipa PVC dan penutup yang telah dilubangi pada bagian sisinya
- Sampah organik
- Air
- Langkah Membuat Biopori
- Tentukan lokasi pembuatan lubang resapan
- Siram tanah yang akan digunakan untuk membuat biopori dengan air agar lebih lunak dan mudah untuk dilubangi
- Gunakan bor tanah untuk melubangi tanah
- Lubangi tanah dengan kedalaman kurang lebih 1 meter dengan diameter 10 cm hingga 30 cm
- Lapisi lubang dengan pipa PVC dan sesuaikan dengan diameter lubang
- Isi lubang dengan sampah organik, seperti daun kering, rumput, kuli buah, ranting kecil, dan lainnya
- Tutup lubang biopori menggunakan kawat besi atau pipa PVC yang telah dilubangi
Untuk menjaga fungsi dari sumur resapan biopori, maka kita dapat merawatnya dengan cara sebagai berikut:
- Isi lubang biopori secara berkala dan secara bertahap, misalnya tiap seminggu sekali hingga lubang penuh dengan sampah
- Lubang resapan yang telah penuh dengan sampah dapat kita biarkan selama 3 bulan dan nantinya sampah tersebut akan menjadi pupuk kompos
- Setelah 3 bulan, kita dapat mengambil kompos tersebut dan menggantinya dengan sampah lain. Kompos dari lubang biopori yang telah kita ambil dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI