Babadan (5/12) - Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2021 sebanyak 20,9% anak berusia di bawah lima tahun (Balita) di Jawa Tengah mengalami stunting. Artinya, stunting atau gangguan pertumbuhan ini kira-kira dialami oleh 1 dari 5 balita di Jawa Tengah. Dari 34 kabupaten/kota di Jawa Tengah, terdapat 14 kabupaten/kota dengan proporsi balita stunting di atas angka provinsi, salah satunya di Kabupaten Rembang. Secara nasional, prevalensi balita stunting mencapai 24,4% pada 2021. Namun, angka tersebut turun dibanding posisi 2019 yang masih 27,69%. Oleh sebab itu, pemerintah menargetkan angka balita stunting akan turun menjadi 14% hingga akhir 2024.
Stunting pada balita masih menjadi sebuah problematika yang saat ini dihadapi oleh Indonesia. Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupangizi dalam jangka waktu panjang yang mengganggu pertumbuhan anak. Untuk mencegah adanya stunting, mahasiswa KKN UNNES GIAT 3 di Desa Babadan, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang membuat inovasi makanan dari daun kelor yaitu agar-agar yang nantinya akan disosialisasikan dan dibagikan bersamaan dengan kegiatan imunasasi balita di Balai Desa.
Daun Kelor atau Moringa oleifera merupakan sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae yang memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi, dan mineral lain yang memiliki manfaat untuk mencegah stunting. Oleh sebab itu, mahasiswa KKN UNNES GIAT 3 memiliki inovasi membuat agar-agar dari sari daun kelor. Selain mudah ditemukan daun kelor, pembuatan agar-agar juga sederhana dan menggunakan bahan yang mudah didapat.
Setelah kegiatan imunisasi selesai, dilanjutkan sosialisasi stunting dengan pembicara dari ahli Gizi Puskesmas Kaliori, Lusi Endarwati. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut, diberikan penjelasan kepada para ibu-ibu yang memiliki bayi ataupun balita terkait makanan yang bergizi untuk anak mereka. Salah satunya yaitu daun kelor yang dapat diolah berbagai jenis makanan. Warga tentunya antusias dengan adanya sosialisasi tersebut karena mereka mendapatkan pengetahuan tentang penyebab stunting dan cara pencegahannya. Kemudian di tengah kegiatan, mahasiswa KKN UNNES GIAT 3 membagikan agar-agar kepada para ibu yang ikut sosialisasi tersebut.
Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan manfaat dan mulai ada kepedulian para ibu terhadap gizi anaknya sehingga pertumbuhan anaknya dapat berkembang dengan baik dan normal. Dengan demikian, hal tersebut tentunya dapat menekan angka stunting yang ada di Desa Babadan. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang juga gencar melakukan sosialisasi dan terus berupaya untuk menekan kenaikan angka stunting sehingga prevalensi stunting pada balita turun khususnya di Kabupaten Rembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H