Mohon tunggu...
catur triwibowo
catur triwibowo Mohon Tunggu... -

i am simple and diffrent

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pecundangkah Aku?

10 Oktober 2012   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349910032116622796

Kalo di pikir pikir bener yah “ Hidup itu panggung sandiwara yang ceritanya mudah berubah “.

Hidup ini Cuma sekali yang bisa dihitung dengan tahun . Kadang aku berfikir “ apa iya hidup yang Cuma sekali ini dihabiskan dengan kehidupan yang monoton ,yang terkekang ,yang penuh tanda Tanya .

Aku rasa bahagia menjadi sebuah tujuan hidup semua orang ,entah bagaimana setiap orang mendapatkan kebahagiaannya .

Siklus hidup seorang manusia yang diawali dari sebuah janin yang tumbuh hingga terlahirkan sebagai makhluk tuhan yang paling canggih yaitu bayi .

Dari sebuah bayi yang tumbuh menjadi seorang dewasa dengan sekolah sd,smp ,sma, kuliah ,kerja dan selanjutnya hingga membangun rumah tangganya sendiri dengan pasangannya masing masing .Kemudian memiliki anak ,kemudian tua hingga tiba ajal menjemput .

Singkat sekali bukan hidup seorang manusia .Lalu bagimana dengan waktu yang sesingkat itu kita bisa memanfaatkannya .

Apa pilihan hidup kita , untuk senang sendiri kah atau untuk menjadi berguna untuk orang banyak ?

‘UANG” .Ya ,kebanyakan orang didunia ini sibuk mencari benda ini karena mereka berfikir dengan uang mereka bisa bahagia .Ternyata setelah perkembangannya banyak orang yang punya banyak uang merasa hidup ini terlalu mudah karena dengan uang mereka bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan ,tapi apa mereka bahagia ???mungkin itu pertanyaan bagi mereka yang punya banyak uang .

Selama sekolah aku tidak pernah merasakan hal seperti ini, merasa diri ini sebagai pecundang luar biasa yang sulit sekali untuk melangkah . Aku berfikir ,adilkah dunia ini membawaku melangkah ?

Begitu indah sebuah gambaran hidup tanpa melihatkan begitu sulit sebuah tantangan .

Kadang aku berfikir “Sebodoh itu kah dan sepicik itu kah dunia ini “.Ibarat emas dengan standar karat yang dikandungnya ,aku tak tahu berapa karat yang aku kandung yang pasti aku tak pernah berhenti untuk memberikan yang terbaik dari apa yang aku miliki ,tapi tetap saja aku hanya dianggap sebagai pasir bagi pencari emas yang taka da harganya .

Hari demi hari berlalu , hanya goresan goresan luka yang kudapat .merasa begitu kecilnya diri ini yang tidak berdaya akan kekuasaan rimba ini .Tak terasa jenggot dan kumisku mulai tumbuh yang menandakan aku telah meninggalkan masa remajaku . Kini aku mulai berfikir tentang masa depanku ,dengan apa aku harus berlari untuk meninggalkan semua ini? Begitu takutnya aku untuk mencoba berlari .Sesekali aku meminta pada sang Khalik untuk membuat kondisi yang mengharuskan aku untuk berlari karena aku berfikir kalo tak seperti itu kapan aku berani untuk berlari mengejar angan angan dan asaku .

Aku yakin DIA tidak pernah tidur ,hanya DIA yang bisa menilai dengan sebenar benarnya .Aku selalu bertanya disaatku meratap “ Apa yang direncanakan DIA “ aku yakin sebuah keadilan akan terjawab seiring datangnya waktu .

Apa yang harus aku lakukan ,aku masih terlalu takut ,haruskah aku mengorbankan semua ini .

Untuk Keluargaku yang aku sayangi dan sang kekasih yang sangat aku cintai semua aku lakukan . Aku tidak mau membuat mereka malu . Aku ingin semua orang disekitarku bahagia walaupun diriku yang harus hancur .Mungkin ilmu lilin ini yang selalu aku pakai tapi terkadang mereka tidak menyadarinya . terkadang aku coba untuk menghibur diriku dengan membanggakan apa yang telah aku miliki tapi aku masih terlalu kecil dibandingkan dengan mereka yang mampu berdiri dan melangkah sendiri .Hanya mata yang berkaca kaca yang aku ekspresikan tanpa sebuah langkah untuk mengawali perjuanganku .

Begitu banyak cita citaku yang ingin aku gapai bahkan terkadang aku takut untuk memikirkannya . Aku ingat dosenku bicara ,gantungkan cita citamu setinggi mungkin dan janganlah takut bermimpi minimal meleset meleset 80% .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun