Mohon tunggu...
Catur Rohmiasih
Catur Rohmiasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

🌍 مَنْ جَدَّ وَجَدَ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertambah Usia Bertambah Manfaat

5 September 2021   23:46 Diperbarui: 5 September 2021   23:52 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama lengkapnya Kenanga Masri. Akrab disapa Ummi Nang. Usia seakan tidak menghalanginya saat melakukan kegiatan sosial. 

Di usianya yang kini memasuki kepala 6 namun semangatnya yang masih membara. Sikap rendah hati dan selalu tampil apa adanya adalah salah satu sifat yang  membuat saya kagum. 

Usia tidak membuatnya menjadi seperti kebanyakan orang tua pada umumnya, semangatnya dalam membantu orang lain seakan tak ada habisnya. 

Semangat dalam menuntut ilmu dan sangat mencintai ilmu adalah salah satu sifatnya. Terlihat dari banyaknya buku-buku yang ada di rak kamarnya. 

Ibu dari 13 orang anak ini memang patut dicontoh. Dia adalah  istri pertama dari seorang Ustadz yang biasa disapa Ustadz Hadi. Anak laki-lakinya ada 6 orang sedangkan anak perempuannya 7 orang. 

Bisa dibayangkan, betapa ruwet dan merepotkannya saat anak-anak di waktu kecil, ketika anak menangis secara bersamaan serta hal lain yang tidak terduga.

Menjalani kehidupan sebagai istri pertama dan tinggal satu rumah dengan istri kedua membuat saya kagum sekaligus takjub. Mendidik anak-anaknya dengan bekal agama yang benar adalah kewajiban orang tua dan ini sudah Ummi Nang buktikan. 

"Saya seorang otodidak yang dididik oleh ayah dan ibu saya untuk mencintai belajar, kata ayah belajar itu tidak ada batas waktunya" ceritanya waktu saya wawancarai. 

Dia juga bercerita bahwa ayahnya adalah seorang pendidik yang mempunyai dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. Perempuan yang mempunyai impian untuk bisa memiliki banyak anak yang nantinya mereka semua akan menghidupkan rumah dengan warna-warna yang indah dengan bacaan Al Qur'an. 

Mendirikan Pondok Pesantren adalah impiannya sejak dulu. Pondok pesantren yang dinamainya dengan "Sahabat Qur'an Ibnu Mas'ud" yang ada di Yogyakarta persis ditengah sawah. 

Tempat yang cocok untuk menghafal Al Qur'an. Pondok pesantren yang dia dirikan bersama anak dan keluarganya membuahkan hasil. Walaupun di masa-masa awal pendirian pondok sempat dia menjual mobil untuk keperluan pembangunan. Ada puluhan santri yang tinggal di pondok pesantren ini, banyak yang berasal dari luar daerah Jogja. 

Hebatnya lagi pondok pesantren ini dikepalai oleh anaknya sendiri. Tenaga pengajarnya kebanyakan dari anak dan menantunya. Karena kebanyakan dari anaknya jebolan pondok pesantren.  Semua anaknya mampu menyelesaikan hafalan Al Qur'an. Hanya beberapa anak saja yang tidak masuk pondok pesantren. 

Ada juga yang kuliah secara umum di Universiras Islam Indonesia dan lulus dengan predikat cumlaude. Dia menuturkan bahwa, setelah anak-anaknya lulus dari pondok mereka bekerja sebagai guru tahfidz, membiayai kuliahnya sendiri karena dari kecil sudah di didik untuk mandiri dan punya rasa malu untuk meminta pada orang tua kecuali memang dalam kondisi darurat. Pondoknya memang tidak terlalu besar namun, sangat memberi kemanfaatan untuk semua. 

Tenaga pengajar dan karyawannya  merasa sangat terbantu. Menurutnya, mendirikan sekolah adalah impian dari kedua orang tuanya, sekolah yang bisa merubah peradaban dan dibina oleh guru yang berdedikasi tinggi. 

Alasan lain dari pendirian pondok ini salah satunya ialah dia ingin membangun sebuah wadah sebagai tumbuhnya keilmuan dari sebuah generasi yang dengan ilmunya itu dia berharap  mendapatkan cipratan pahala dari amal sholih mereka. 

Harapan dari pendirian pondok pesantren ini dia sampaikan semoga terus berkembang, melahirkan para penghafal Al Qur'an dan semoga Allah takdirkan mereka semua menjadi penjaga Al Qur'an serta memuliakannya. 

Harapan untuk seluruh santrinya semoga mereka selalu mencintai Al Qur'an dengan hatinya, mengamalkan dan mengajarkannya hingga suatu saat akan tumbuh generasi yang cinta ilmu, cinta Al Qur'an, cinta kebaikan dan bisa menjadi rahmatan lil 'alamiin.

Selain menjadi pengasuh pondok pesantren, dia juga mengumpulkan barang-barang bekas (barkas) yang dikumpulkannya dari wali santri dan tetangga. Mulai dari pakaian sampai perlengkapan rumah tangga. Barang bekas yang dijual harganya sangat murah. Mulai dari satu set gamis hanya Rp.15.000,00 sampai Rp.20.000,00. 

Banyak yang datang untuk membeli dan nantinya akan dijual kembali dengan harga yang bisa dibilang cukup murah. Tidak jarang dia juga sering memberikan baju kepada semua karyawannya secara cuma-cuma. Sering masyarakat sekitar yang kurang mampu diundang dan diberi baju yang masih layak pakai. 

Tenaga memang tidak seberapa tetapi semangatnya untuk bisa mengambil peran di masyarakat seakan tidak ada habisnya. 

Terlahir dari keluarga yang berada tidak membuatnya malu untuk banyak berbuat kebaikan bagi yang membutuhkan. Pernah suatu hari dia mendonasikan baju-baju layak pakai untuk korban bencana. Semua hasil penjualan dari barang bekas dia donasikan seluruhnya untuk biaya pembangunan pondok pesantren.

Masyarakat sekitar pun merasa terbantu dengan adanya sosok Ummi Nang. Hampir setiap bulannya rutin membagikan paket sembako kepada masyarakat sekitar. Sembako yang dibagikan berisi bahan makanan. 

Sering saya memperhatikan sikap dan tingkah lakunya yang tegas tetapi lembut. Matanya yang teduh memberikan kenyamanan bagi siapa saja yang menatapnya. 

Membuat saya tersadar akan arti pentingnya berbagi kepada yang membutuhkan. Sikap bijaksana dan rendah hati menjadikan orang-orang merasa nyaman saat berada didekatnya. 

Dia juga sangat memperhatikan akan hal kebersihan bahkan, tidak merasa malu saat membersihkan kamar mandi santri yang terlihat kotor. Sering mengadakan kerja bakti di lingkungan pondok pesantren dan dia turun langsung untuk mengawasinya. Apapun dilakukannya asalkan pekerjaan itu masih bisa dijangkau. 

Pernah terlintas saat pertama kali saya bekerja disini, seorang atasan masih mau membersihkan kamar mandi dan menyapu halaman nampaknya hal yang jarang dilakukan. Tetapi sifat yang sederhana dan bersahaja itu membuatnya tidak lantas menjadi sombong. 

Seharusnya kita sebagai generasi muda bisa jauh lebih semangat dalam menebar kebermanfaatan. Tenaga yang masih kuat dan pengetahuan yang luas adalah salah satu alasan untuk bisa lebih bermanfaat. 

Khusunya mahasiswa, yang diharapkan mampu menjadi agent of change atau agen perubahan yang bisa membawa perubahan kea rah yang lebih baik. Dia membuktikan bahwa usia yang sudah senja tidak menghalanginya untuk terus berbuat kebaikan. Tidak ada alasan untuk tidak bermanfaat bagi orang lain karena menurutnya, "setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat, maka dari itu tebarkanlah manfaat untuk semua". 

Sering saya meminta nasihat dari nya perihal peliknya kehidupan ini. Dia mendengarkan dengan penuh seksama dan memberikan solusi serta saran yang memotivasi.

Terima kasih Ummi Nang, sudah mengajarkan banyak hal baik dalam hidup. Terima kasih pula untuk kebaikan-kebaikan yang sudah diberikan, saya hanya bisa membalas semua kebaikan mu dengan doa yang bisa saya lantunkan setiap waktu. 

Setelah beberapa bulan saya bekerja dan tinggal di pondok pesantren ini saya belajar apa itu arti sebuah keikhlasan, kebahagiaan, tanggungjawab, serta mengerti apa artinya berbagi dan bersyukur disetiap keadaan. 

Harapan sederhana saya adalah bisa bermanfaat seperti mu, yang nantinya bisa mengabdi untuk pondok pesantren ini dan membuat saya ingin selalu mendoakan yang terbaik untuk mu. 

Terakhir, untuk mu dan keluarga semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan, keselamatan, kelancaran dalam hidup serta semoga selalu dalam lindungan-Nya. Aamiin Yaa Rabbal'alamin.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun