Mohon tunggu...
Catur Rohmiasih
Catur Rohmiasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

🌍 مَنْ جَدَّ وَجَدَ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bertambah Usia Bertambah Manfaat

5 September 2021   23:46 Diperbarui: 5 September 2021   23:52 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto Pribadi

Tempat yang cocok untuk menghafal Al Qur'an. Pondok pesantren yang dia dirikan bersama anak dan keluarganya membuahkan hasil. Walaupun di masa-masa awal pendirian pondok sempat dia menjual mobil untuk keperluan pembangunan. Ada puluhan santri yang tinggal di pondok pesantren ini, banyak yang berasal dari luar daerah Jogja. 

Hebatnya lagi pondok pesantren ini dikepalai oleh anaknya sendiri. Tenaga pengajarnya kebanyakan dari anak dan menantunya. Karena kebanyakan dari anaknya jebolan pondok pesantren.  Semua anaknya mampu menyelesaikan hafalan Al Qur'an. Hanya beberapa anak saja yang tidak masuk pondok pesantren. 

Ada juga yang kuliah secara umum di Universiras Islam Indonesia dan lulus dengan predikat cumlaude. Dia menuturkan bahwa, setelah anak-anaknya lulus dari pondok mereka bekerja sebagai guru tahfidz, membiayai kuliahnya sendiri karena dari kecil sudah di didik untuk mandiri dan punya rasa malu untuk meminta pada orang tua kecuali memang dalam kondisi darurat. Pondoknya memang tidak terlalu besar namun, sangat memberi kemanfaatan untuk semua. 

Tenaga pengajar dan karyawannya  merasa sangat terbantu. Menurutnya, mendirikan sekolah adalah impian dari kedua orang tuanya, sekolah yang bisa merubah peradaban dan dibina oleh guru yang berdedikasi tinggi. 

Alasan lain dari pendirian pondok ini salah satunya ialah dia ingin membangun sebuah wadah sebagai tumbuhnya keilmuan dari sebuah generasi yang dengan ilmunya itu dia berharap  mendapatkan cipratan pahala dari amal sholih mereka. 

Harapan dari pendirian pondok pesantren ini dia sampaikan semoga terus berkembang, melahirkan para penghafal Al Qur'an dan semoga Allah takdirkan mereka semua menjadi penjaga Al Qur'an serta memuliakannya. 

Harapan untuk seluruh santrinya semoga mereka selalu mencintai Al Qur'an dengan hatinya, mengamalkan dan mengajarkannya hingga suatu saat akan tumbuh generasi yang cinta ilmu, cinta Al Qur'an, cinta kebaikan dan bisa menjadi rahmatan lil 'alamiin.

Selain menjadi pengasuh pondok pesantren, dia juga mengumpulkan barang-barang bekas (barkas) yang dikumpulkannya dari wali santri dan tetangga. Mulai dari pakaian sampai perlengkapan rumah tangga. Barang bekas yang dijual harganya sangat murah. Mulai dari satu set gamis hanya Rp.15.000,00 sampai Rp.20.000,00. 

Banyak yang datang untuk membeli dan nantinya akan dijual kembali dengan harga yang bisa dibilang cukup murah. Tidak jarang dia juga sering memberikan baju kepada semua karyawannya secara cuma-cuma. Sering masyarakat sekitar yang kurang mampu diundang dan diberi baju yang masih layak pakai. 

Tenaga memang tidak seberapa tetapi semangatnya untuk bisa mengambil peran di masyarakat seakan tidak ada habisnya. 

Terlahir dari keluarga yang berada tidak membuatnya malu untuk banyak berbuat kebaikan bagi yang membutuhkan. Pernah suatu hari dia mendonasikan baju-baju layak pakai untuk korban bencana. Semua hasil penjualan dari barang bekas dia donasikan seluruhnya untuk biaya pembangunan pondok pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun