"Salah satu tren mengerikan yang kerap marak terjadi akhir-akhir ini, Bunuh Diri! Dan itu di dominasi oleh anak muda penerus bangsa. Ironi"
Sudah berapa kali kita melihat kanal berita menyiarkan tragedi nahas ini pada setiap pemberitaannya? Jawabannya sudah pasti, sangat sering. Banyak sekali ditemui kasus-kasus bunuh diri ini, dari yang sudah jelas motifnya apa hingga yang masih misterius dan belum ketemu titik terangnya. Mengenaskan memang, dan sepertinya kasus macam gini bisa jadi akan bertambah terus setiap tahunnya, atau bahkan setiap bulan? Jangan sampai, ya!
Dalam kajian Sosiologi, menurut Sosiolog E.Durkheim mengatakan bahwa bunuh diri bukan masalah kemiskinan atau sakit jiwa. Namun lebih karena renggangnya atau lepasnya ikatan-ikatan sosial yang kemudian menjadikan masyarakat mengalami disintegrasi. Nilai-nilai atau kesadaran kolektif yang dikemukakan Durkheim disebut Anomie. Yaitu suatu situasi di mana nilai dan norma dalam masyarakat tetap ada, namun tidak lagi berfungsi untuk menjadi standard dan pedoman dalam  bertingkah laku.
Menarik. Kita sebagai bagian dari masyarakat harus bisa lebih peka dan aware terhadap sekitar. Ini bukan masalah main-main yang bisa disepelekan. Fenomena bunuh diri ini tentu bisa mengincar siapapun bahkan diri kita sekalipun. Karena pada dasarnya, nggak bisa dipungkiri bahwa saat ini kita plus beberapa generasi di bawah kita adalah manusia-manusia yang hidup dalam perkembangan teknologi dan informasi yang unlimited. Di mana segala macam hal bisa kita dapat dengan sangat mudah.
Kenapa Banyak Orang Yang Segitu Depresinya Sampai Mau Melakukan Hal Gila?
Sebenarnya, dari jaman Firaun sekalipun setiap orang yang hidup pasti nggak luput dari masalah. Bahkan orang paling kaya di dunia juga pasti punya masalah. Tapi, nggak banyak orang yang punya fasilitas untuk membantu meringankan masalahnya tersebut. Misal, pasti ada perbedaan orang yang punya tempat untuk berkeluh kesah dengan orang yang benar-benar sendiri menghadapi hidup. Kadang, kita hanya butuh didengar dan bersandar, bukan?
Bicara tentang problematika kawula muda, nggak sedikit jaman sekarang ini orang yang terlahir dari keluarga broken home, atau punya pengalaman nggak enak dari lingkungan sekitar contohnya sering di bully dan diolok-olok. Dan masalah utamanya kadang justru datang dari orang terdekat kita, yaitu ranah keluarga. Semestinya, keluarga bisa jadi tempat berlindung paling nyaman kan. Tapi kadang anak-anak remaja itu justru tidak bisa menjadikan keluarga atau orangtua sebagai rumahnya.
Sehingga mereka salah dalam mencari jalan keluar maupun 'pelarian'. Kita nggak tahu, apa yang ada dalam benak mereka dan kita juga nggak bisa menuduh atau meremehkan masalah hidup orang lain. Tapi pada saat seseorang sedang dalam sebuah pergumulan, itu adalah titik rendah jiwa manusia. Akal sehat seolah mati, hati nurani seperti pergi begitu saja. Dan di momen itulah, orang lebih milih untuk melakukan jalan pintas yang dirasa bisa menyelesaikan masalah hidup dengan singkat.
Minimnya Bekal Ilmu Agama dan Pendidikan Moral.
Bisa dipastikan, hampir bahkan semua Agama nggak ada yang ngajarin hal-hal yang nggak baik. Semua Agama menuntun kita semua ke jalannya Tuhan, yaitu jalan yang benar. Memang sih, Tuhan itu nggak pernah berjanji bahwa hidup selalu soal senang dan nyaman. Tapi Dia berjanji untuk selalu hadir dalam hidup manusia setiap saat. Nah, kembali ke kasus bunuh diri ini. Mungkin nggak sih mereka ini orang-orang yang tidak takut akan Tuhan? Bukan maksud menuduh ya, tapi kan mestinya mereka tahu bahwa bunuh diri itu tidak akan diterima olehNya.
Itu dari segi Agama, dari sisi pendidikan moral baik yang didapat di sekolah maupun di rumah. Durkheim sendiri mengatakan bahwa memiliki keinginan untuk bunuh diri adalah bentuk penyimpangan perilaku. Simpelnya, orang-orang yang punya kecenderungan untuk mengakhiri hidup adalah orang yang jiwanya kosong, tidak punya kesadaran utuh, dan kontrol diri yang kurang baik. Ini juga bukan perkara mudah. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang orang lain rasakan kalau kita tidak pernah melakukan itu, bukan?
Support System Itu Penting!
Faktor sosial itu sangat berpengaruh dalam kehidupan ini. Dengan siapa kita bertumbuh dan dimana kita berpijak, itu sedikit banyak akan membentuk pribadi setiap manusia. Mungkin terdengar agak klise, tapi benar adanya bahwa memendam segalanya sendiri itu tidak melulu baik. Lagi-lagi, setiap orang pasti punya masalahnya masing-masing. Tapi bagaimana sikap individu dalam memandang masalah, itu yang berbeda.
Cobalah untuk mencari seseorang yang dipercaya untuk berbagi kisah. Believe it or not, meluapkan emosi yang memberatkan hati itu cukup bisa membuat jadi lebih ringan loh! Walaupun mungkin, nggak dalam sekejap masalah terselesaikan. Tapi paling tidak, ada kelegaan yang satu per satu dapat terurai dengan baik. Jika masih buntu juga, cobalah cari pertolongan professional yang lebih paham tentang kondisi jiwa kita seperti apa.
Sekali lagi, bunuh diri bukan jalan keluar! Jangan disangka saat kita pergi meninggalkan dunia ini dengan cara tidak lazim itu, segala urusan pun selesai. Mungkin, urusan dunia sudah beres. Tapi gimana urusannya dengan Yang Maha Kuasa? Masalah baru lagi kan tuh. Semoga saja kedepannya ini sudah menjadi awareness terhadap kita semua. Dan diharapkan juga, pemberitaan baru tentang kasus bunuh diri semakin berkurang di Negeri Tercinta ini, ya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI