Mohon tunggu...
Rijal Fahmi Mohamadi
Rijal Fahmi Mohamadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Traveler | Travel Blogger at catperku.com | Penulis Buku The Traveler Notes : BALI, THE ISLAND OF BEAUTY

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Reklamasi, Mengubah Batuan Menjadi Hutan!

31 Januari 2015   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:04 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bisakah lahan sisa pertambangan kembali hijau?"

"Apa yang terjadi dengan tanah yang tidak terpakai di pertambangan?"

"Para perusahaan pertambangan itu peduli dengan lingkungan sekitar enggak sih?"


[caption id="attachment_348711" align="aligncenter" width="512" caption="Bisakah tanah tandus seperti ini kembali hijau"][/caption]

Beberapa pertanyaan tersebut selalu terngiang di kepala saya beberapa hari menjelang keberangkatan ke Batu Hijau. Iya, saya bukan tidak setuju dengan pertambangan, karena bagaimanapun peradaban manusia saat ini ada karena pertambangan juga. Entah emas, batubara, tembaga atau mineral berharga lainnya. Di program Newmont Bootcamp ini saya akan mencari jawaban dari beberapa pertanyaan tadi.

Pun sebenarnya, kalau masalah lingkungan, bukan cuma pertambangan saja yang membuat saya sebal. Melihat orang buang sampah sembarangan pun juga bisa membuat hati dongkol! Yang jelas, saya sangat tidak suka dengan orang yang menyia - nyiakan lingkungan yang sudah banyak memberi manfaat pada kehidupan manusia.

Sebagaimana layaknya pertambangan yang lain, Tambang Batu Hijau punya PT Newmont Nusa Tenggara pasti tidak luput dengan masalah lingkungan. Namun fokus saya kali ini adalah, bagaimana dengan komitmen PT Newmont Nusa Tenggara untuk me-recovery kondisi alam kembali ke asalnya. Karena bagaimanapun kegiatan pertambangan pasti merubah kondisi asli alam, entah banyak ataupun sedikit.

Hari itu, saya merasa senang sekali karena akan diajak langsung untuk melihat proses reklamasi di tanah yang sudah tidak terpakai untuk pertambangan. Iya, mereka menyebutnya dengan proses reklamasi untuk menghijaukan lagi dengan menanam berbagai macam tumbuhan di sebagian area tambang yang sudah tidak terpakai lagi.

"Catatan : kewajiban reklamasi tambang sudah di atur oleh UU no. 4 tahun 2009 pasal 96 dan diikat oleh perpu No. 78 tahun 2010 pasal 2 ayat 1 tentang Reklamasi Pasca Tambang."


Tanah Sumbawa sedang cerah, matahari sepertinya sudah kembali ke jumlah aslinya, 9 buah. Entah benar atau enggak, yang jelas keringat tiada berhenti mengalir ketika saya turun dari mobil 4x4 yang saya tumpangi. Saya terpana dengan pemandangan yang begitu kontras. Bagian kanan saya, mulai tampak menghijau rerumputan, sementara di bagian kiri masih terlihat bebatuan putih mengkilap memantulkan cahaya matahari Sumbawa.

[caption id="attachment_348712" align="aligncenter" width="512" caption="Saya penasaran dengan mobil aneh yang satu ini."]

14226138681475264424
14226138681475264424
[/caption]

"Oh, mungkin yang kiri ini sedang di reklamasi tahap awal. yang kanan masih belum" Gumam saya dalam hati.

Di depan saya terlihat sebuah mobil yang aneh. Bentuknya mirip dengan mobil pemadam kebakaran, dan baru kali ini saya melihatnya. Untuk memuaskan hasrat ingin tahu, saya pun bertanya kepada karyawan Newmont yang menemani saya waktu itu. Sekaligus memastikan apakah ini yang namanya proses reklamasi.

Saya pun mendapat jawaban, dan rasa penasaran saya terjawab. Mobil yang mirip dengan pemadam kebakaran itu dan sedang menyemprotkan air tadi adalah salah satu alat yang membantu proses reklamasi. Memang mobil tadi sedang menyemprotkan air yang tercampur oleh bibit rumput dan beberapa tumbuhan ilalang. Seperti yang saya duga sebelumnya, ini adalah proses awal reklamasi, sebelum pada akhirnya area ini akan menjadi hutan lagi seperti yang ada di bagian bawah.

[caption id="attachment_348713" align="aligncenter" width="512" caption="Ini adalah salah satu proses reklamasi untuk menghijaukan area pertambangan yang sudah tidak terpakai lagi."]

14226139402133077146
14226139402133077146
[/caption]

Proses reklamasi area tambang yang tidak terpakai sendiri memerlukan beberapa tahapan. Tanah kering dan batuan tandus disebelah kiri saya tadi sebenarnya adalah tahap paling awal dari proses reklamasi. Batuan itu disusun dan ditata sedemikian rupa dan pada kemiringan tertentu. Setelah siap baru ditumpuk lagi dengan lapisan top soil (lapisan tanah). Lapisan top soil yang digunakan adalah tanah yang tidak terpakai ketika dilakukan pembukaan tanah sebelum dimulainya pertambanngan. Jadi tanah itu tidak dibuang, tetapi disimpan untuk proses reklamasi nantinya.

Ketika proses penambahan lapisan tanah sudah selesai, proses selanjutnya adalah dengan penamasangan jejaring yang terbuat dari serabut kelapa (biasa disebut comnet). Fungsi dari jejaring tadi adalah untuk menahan lapisan tanah agar tidak terbawa air dan terkena erosi ketika dilakukan penyemprotan bibit ataupun karena hujan. Karena, apabila tanah tergerus erosi, pastilah proses reklamasi akan gagal.

[caption id="attachment_348714" align="aligncenter" width="512" caption="Sebelum direklamasi (kiri), setelah direklamas (kanan)."]

1422614017603466690
1422614017603466690
[/caption]

Proses selanjutnya sendiri adalah penyebaran bibit tanaman perdu atau rumput. Selain berfungsi sebagai pemulai ekosistem, rumput yang akan tumbuh ini nantinya digunakan penanda apakah area reklamasi ini siap ditanami oleh tumbuhan lain apa belum. Setelahnya pun penyemprotan air juga dilakukan secara teratur.

Jika proses penanaman rumput sukses, dan dapat tumbuh dengan baik, maka secara bertahap tanaman lain akan ditanam. Biasanya bibit yang ditanam akan disesuaikan dengan vegetasi asli yang tumbuh disekitar area tambang. O iya, ternyata proses reklamasi ini lumayan mahal juga loh. Untuk lahan seluas satu hektar akan memerlukan biaya sekitar 1 milyar. Terjawab sudah kenapa banyak perusahan tambang yang tidak didukung dengan dana yang kuat lebih memilih membiarkan alam rusak terbengkalai.

[caption id="attachment_348715" align="aligncenter" width="512" caption="Setelah siap, akan ditanami pepohonan yang disesuaikan dengan vegetasi sekitar."]

1422614112763024598
1422614112763024598
[/caption]

[caption id="attachment_348716" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang karyawan sedang menanam pohon di area reklamasi."]

14226143002072232789
14226143002072232789
[/caption]

[caption id="attachment_348717" align="aligncenter" width="512" caption="Bibit pohon yang akan ditanam."]

14226143502133104668
14226143502133104668
[/caption]

Rasanya tidak cukup kalau saya hanya melihat proses reklamasi tahap awal saja. Karena itu saya juga diajak untuk melihat area yang sudah siap ditanami. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya kalau beberapa bibit yang akan ditanam adalah berasal dari vegetasi sekitar. Tanaman mahoni adalah salah satu jenis tanaman yang akan ditanam. Sementara tanaman bernilai tinggi seperti pohon jati malah tidak ditanam, karena ditakutkan akan mendorong penebangan liar setelah nanti tumbuh menjadi besar.

"Eh, tapi kenapa enggak ditanami buah - buahan seperti Durian pak? kan enak itu, nggak bakal ditebang, tetapi masih bisa dimanfaatkan?" Iseng saya bertanya dengan harapan nantinya saya bisa kembali kesini untuk berburu durian yang sudah masak. Sayangnya, sebelum mendapat jawaban, waktu sudah hampir habis. Saya harus kembali ke departemen Enviro untuk makan siang, lalu melanjutkan untuk melihat mangrove yang sudah ditanam di pesisir pantai, sambil melihat cantiknya pantai - pantai di Sumbawa. Ada yang mau ikut?

[caption id="attachment_348718" align="aligncenter" width="512" caption="Bagian paling bawah adalah hasil reklamasi, sudah terlihat seperti hutan alami."]

14226143841013555054
14226143841013555054
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun