Mohon tunggu...
Catleya Ayundasari
Catleya Ayundasari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Private

Proofreader-Translator, Writer, English Tutor

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Piknik, Apalagi Panik! Sehat dan Waras Menghadapi Covid-19 ala WHO, CDC, dan IWC

7 April 2020   16:33 Diperbarui: 8 April 2020   00:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yang sering terlewatkan saat membahas COVID19 adalah pentingnya menjaga kesehatan mental. Padahal, WHO telah menyampaikan mengelola kesehatan mental dan psikososial saat ini sama pentingnya dengan mengelola kesehatan fisik. 

Rasa takut dalam menghadapi pandemi ini manusiawi. Tapi, rasa stres yang berlebihan dan respons yang tidak tepat juga tidak baik bagi imun kita dalam melawan penyakit. Dirangkum dari pedoman oleh WHO, CDC, serta IWC, berikut cara yang baik dalam menghadapi dan mengkomunikasikan rasa stres!

Lindungi Dirimu dan Dukung Orang Lain

Menurut CDC, pandemi COVID19 sangat rentan menimbulkan kecemasan bagi orang-orang yang: berusia lanjut, memiliki penyakit kronis dan resiko lebih tinggi terpapar virus, mengasuh anak-anak, menyediakan layanan kesehatan, memiliki kondisi kesehatan mental, dan memiliki masalah penggunaan narkoba. 

WHO mengingatkan membantu orang lain pada saat dibutuhkan dapat bermanfaat bagi orang yang menerima bantuan ataupun membantu. Bekerja bersama sebagai satu kesatuan dapat membantu menciptakan solidaritas dalam menangani COVID19. Namun, jangan menyalahkan diri sendiri atau orang lain apabila bantuan yang bisa kita berikan sangat terbatas.

WHO juga menekankan untuk tidak melekatkan penyakit ini pada etnis atau kebangsaan tertentu. Bersikaplah empatik terhadap semua orang yang terkena dampak, di dan dari negara mana pun. Orang yang terkena COVID19 tidak melakukan kesalahan, dan mereka pantas mendapatkan dukungan kita.

Gambar oleh VectorStock.com
Gambar oleh VectorStock.com
Batasi Hal-Hal yang Bisa Menimbulkan Kecemasan

Abhirama S.D Perdana, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Presiden, mengatakan penting untuk membatasi diri agar tidak terus menerus terekspos pada berita meresahkan. Menurut beliau, terlalu mudah resah dapat memengaruhi pola pikir dan kesehatan tubuh kita. "Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan," ujar beliau mengutip Ibnu Sina. 

Untuk projek event mahasiswa bimbingan beliau yang bertajuk CommStride misalnya, mahasiswa didorong untuk fokus membuat konten sosial media berisi hal positif yang tetap edukatif.  Sebagai contoh, merujuk pada protokol WHO yang dirilis pada 18 Maret 2020, memberi suara untuk kisah orang yang telah pulih, yang telah memberi bantuan, dan yang bersedia berbagi pengalaman bermanfaat.

Berdasarkan sumber IWC, informasi yang melimpah bisa membuat kita kewalahan, terutama paparan hoax dan berita negatif. Hal ini juga disebut oleh WHO pada rilisnya dengan merekomendasikan untuk mencari informasi resmi terkini pada waktu-waktu tertentu dari ahlinya dan menghindari hoax yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Saat ini, penting adanya panduan yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam bidang komunikasi massa untuk mendukung kesejahteraan mental dan psikososial.

Sampaikan Informasi dengan Mudah Dipahami

WHO dalam hal ini merekomendasikan untuk membagikan kabar dan instruksi tentang apa yang sedang terjadi dengan sederhana dan kata-kata yang dapat dipahami oleh pihak dengan ataupun tanpa gangguan kognitif. Untuk mengakomodasi indera berbeda, akan bermanfaat untuk menampilkan informasi secara tertulis maupun visual, jangan hanya mengandalkan satu jenis medium.

Alihkan Perhatian pada Kegiatan yang Berguna untuk Kesehatan Fisik dan Psikismu!

Menurut Abhirama, salah satu cara menjaga daya tahan tubuh adalah dengan cara berpikir dan merespon positif. Satu hal yang pasti, jangan anggap imbauan menjaga jarak dan tetap di rumah sebagai tekanan. Menggunakan kesempatan ini untuk bersilaturahmi dengan orang tersayang di rumah bisa merilis endorfin yang menimbulkan perasaan baik.

Selain itu, WHO menganjurkan untuk menemukan hobi dan kebiasaan sehat yang menyenangkan bagi kita, seperti memastikan kamu mendapat istirahat yang cukup, terutama bila kamu tetap harus bekerja. CDC juga mengingatkan bahwa cara melampiaskan rasa stres dan kesepian bisa berbeda bagi setiap orang dari usia beragam. Meskipun begitu, hindari menggunakan strategi coping yang tidak sehat seperti penggunaan tembakau, alkohol, atau narkoba. Dalam jangka panjang, mereka malah memperburuk mental dan fisik kita. Makan makanan yang cukup dan sehat, terlibat dalam aktivitas fisik, dan tetap berhubungan dengan keluarga dan teman sangat ditekankan oleh WHO dan CDC.

-

Baca juga:

Center for Disease Control and Prevention. (1 April 2020). Stress and Coping.

Hegde, Shradha. (28 Maret 2020). Stay safe, stay sane: How to mind your mental health amid COVID-19 pandemic.

World Health Organization. (18 Maret 2020). Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun