Mohon tunggu...
Cathy Ismantara
Cathy Ismantara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Final Year Student

Hello! Have a nice day everyone!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Erupsi Gunung Semeru Memakan Korban Jiwa, Mengapa Tidak Ada Mitigasi?

13 Desember 2021   18:30 Diperbarui: 13 Desember 2021   18:53 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erupsi Gunung Semeru (Sumber: edukasi.ekozone.com)

Faktor positif atau internal control yang telah ada adalah peringatan dini dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). PVMBG memberikan informasi mengenai aktivitas gunung berapi kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah yang akan mengatur warganya untuk segera menyelamatkan diri.

Dampak kualitatif dari kejadian risiko ini adalah berkurangnya pendapatan daerah. Gunung Semeru merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi baik oleh wisatawan domestik dan asing, sehingga memberikan pendapatan bagi daerah. Dengan adanya sejarah erupsi Gunung Semeru yang menimbulkan banyak korban jiwa, tentunya akan membuat wisatawan berpikir kembali jika ingin berwisata ke Gunung Semeru sehingga pendapatan daerah akan berkurang.

Setelah melakukan identifikasi risiko, harus dilakukan analisis risiko untuk mengetahui probabilitas dan dampak dari kejadian risiko. Probabilitas timbulnya korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru adalah sedang karena peristiwa erupsi Gunung Semeru jarang terjadi sehingga pemerintah daerah dan warga cenderung mengabaikan kejadian risiko yang mungkin muncul. Akibatnya, tidak ada persiapan untuk memitigasi bencana sehingga lebih besar kemungkinan jatuhnya korban jiwa. Dampak yang ditimbulkan sangat berat karena menyangkut jiwa manusia.

Pemerintah pusat dan daerah harus memberikan santunan kepada keluarga korban apabila timbul korban jiwa. Oleh karena itu, dampak finansial risiko inherent dari timbulnya korban jiwa akibat erupsi Gunung Semeru dapat diperkirakan sebesar milyaran rupiah. Apabila pemerintah mampu menangani risiko sebesar 80%, maka nilai bersih risiko inherent atau risiko yang bisa ditangani pun dapat mencapai milyaran rupiah. Artinya, semakin banyak korban jiwa yang muncul, semakin besar dana yang harus dikeluarkan pemerintah. Apabila pemerintah dapat memitigasi risiko sehingga dapat mengurangi bahkan meniadakan korban jiwa, maka dampak finansialnya pun menjadi jauh lebih kecil.

Ketika risiko telah diidentifikasi dan dianalisis, persoalan selanjutnya adalah perlakuan risiko. Timbulnya korban jiwa akibat bencana alam seperti erupsi dapat dimitigasi sehingga korban jiwa yang muncul bisa diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Penanganan risiko yang dapat dilakukan ada beberapa hal, seperti berikut ini.

  • Membangun, memperbaiki dan memperbanyak alat peringatan dini.
  • Membuat Undang-Undang yang melarang penduduk untuk mendirikan pemukiman di lokasi rawan bencana.
  • Melakukan sosialisasi dan simulasi kesiapsiagaan menghadapi bencana secara rutin.

Penanganan risiko tersebut dapat memakan biaya ratusan juta hingga milyaran rupiah, terutama untuk membangun, memperbaiki dan memperbanyak alat peringatan dini. Namun hal tersebut harus dilakukan karena nyawa manusia jauh lebih berharga.

Erupsi Gunung Semeru dan gunung-gunung berapi lainnya seperti siklus yang akan terulang kembali, hanya persoalan waktu. Bencana alam tersebut memang terjadi diluar kendali manusia, namun manusia punya kendali dalam menentukan bagaimana menyikapi bencana alam tersebut.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun