Mohon tunggu...
Cathliniah Izzah Eryna Putri
Cathliniah Izzah Eryna Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - ARMY

Team Work Makes The Dream Work

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perang Harga Tes Swab Covid-19 dan PCR, Ini Tanggapan Netizen dan Ribka Tjiptning

7 Juli 2021   19:19 Diperbarui: 7 Juli 2021   19:33 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi corona membuat layanan swab antigen kebanjiran konsumen. Berbagai klinik berlomba lomba menyediakan swab antigen dengan harga yang bersaing dengan klinik lainnya.

Melonjaknya kasus virus Corona terutama di Indonesia yang terus mengganas dan mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Pemeriksaan swab antigen jadi hal yang penting untuk mendeteksi virus COVID-19 dalam tubuh seseorang. Sejumlah klinik pun memasang harga yang variatif dan terbilang terjangkau untuk pemeriksaan swab antigen.

Sejumlah klinik dan rumah sakit bersaing mempromosikan harga yang lebih terjangkau untuk tes swab antigen dan juga PCR. Mulai dari kisaran harga Rp. 74.000 hingga Rp. 89.000 untuk swab antigen dan harga Rp.685.000 hingga Rp.695.000 untuk tes PCR.

Padahal sebelumnya banyak pihak rumah sakit yang menawarkan harga tes antigen di atas Rp.100.000. Beberapa warga net banyak yang mempertanyakan tes antigen murah yang beredar dikalangan masyarakat tersebut dan memberikan komentar seperti

dokpri
dokpri
"Bisnis baru di tengah pandemic, lama lama ada tes antigen kaki lima"

"Beda harga beda kualitas"

"Persaingan di atas penderitaan rakyat"

"Laku keras tuh bisnisnya"

"Peperangan farmasi makin memanas"

Anggota IX DPR RI Ribka Tjiptaning menjelaskan kejanggalan dari harga PCR maupun swab antigen, layanan kesehatan selama pandemic COVID-19 tampak seperti diperdagangkan.

"Negara tidak boleh berbisnis dengan rakyatnya loh. Tidak boleh, mau alasan apa saja tidak boleh" kata Ribka

Sebab itu, ia mengungkapkan bahwa dirinya sejak tahun lalu, awal mula COVID-19 ramai di Indonesia, ia telah menduga adanya kemungkinan penyelewengan bentuk penanganan COVID-19 yang digunakan untuk bisnis. "Dari Maret (tahun) lalu saya sudah bicara dalam rapat ini begitu ada Covid. Ini ujung-ujungnya jualan obat, jualan vaksin. Setelah ini karena sekarang sudah bukan masanya APD (Alat Pelindung Diri), nanti setelah ini obat (menjadi) ramai," kata Ribka.

Melihat kondisi lapangannya seperti itu, ia jadi ingat akan pola 'bisnis' sektor kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yakni mulai dari penjualan APD, kemudian vaksin yang bakal ramai mulai saat ini dan nantinya ia memperkirakan akan ribut soal obat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun