Mohon tunggu...
Catherine Jeconia
Catherine Jeconia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UI

Halo! Catherine merupakan mahasiswa yang gemar meneliti perkembangan keperawatan di Indonesia. Tertarik dalam hal peningkatan nilai-nilai profesi keperawatan dan sangat membuka diri terhadap setiap peluang kegiatan yang bergerak di bidang kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penguatan Profesionalisme Keperawatan Melalui Peningkatan Nilai-Nilai Altruisme

28 Desember 2024   11:52 Diperbarui: 28 Desember 2024   11:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jean Watson sebagai tokoh keperawatan pernah menyatakan bahwa “Caring is the essence of nursing”. Perkataan ini bermakna bahwa kunci utama sebagai perawat adalah mampu menunjukkan caring semaksimal mungkin kepada pasiennya, mulai dari hal sekecil apapun itu. Perawat harus mengetahui bahwa dengan adanya caring sebagai inti dari profesi, maka perawat harus mengusahakan kesejahteraan pasien yang diimplementasikan bukan hanya dengan kemampuan teknis dan pengetahuan, tetapi salah satu nilai terpenting adalah altruisme. Dalam Alligood (2014), nilai altruisme merupakan salah satu faktor carative dan dalam proses caritas dipraktekkan dengan menunjukkan cinta kasih di setiap tindakan, kepekaan, dan sikap kepedulian yang tinggi kepada pasien. Perlu diketahui, altruisme merupakan salah satu nilai yang sangat menggambarkan keperawatan berbeda dengan profesi lainnya, karena altruisme memiliki arti dimana perawat bekerja sepenuh hati melayani untuk kepentingan terbaik bagi pasien tanpa mengharapkan balasan budi, bahkan bersedia mengorbankan diri sendiri untuk pasien (Chen Y et al., 2022). Seorang perawat yang memiliki sikap altruisme akan memprioritaskan keinginan pasien diatas kepentingan dirinya dan tidak egois demi keselamatan pasiennya (Wijaya D et al., 2024). 

Sikap altruisme sebagai dasar keperawatan merupakan tanda bahwa profesi perawat dipilih oleh individu yang mampu berkomitmen tinggi terhadap profesinya dan karena keinginan mereka sendiri untuk membantu dan peduli terhadap orang lain (Gol, 2018).  Perawat harus mampu bertanggung jawab atas tugasnya yaitu merawat pasien dengan sepenuh hati, sabar, tetapi tetap dengan rasa hormat. Tetapi, realitanya belum semua perawat melakukan sikap altruisme. Didukung oleh kondisi mental, lingkungan kerja, dan status kesehatan dapat memicu perawat tidak melakukan sikap altruisme dan cenderung melakukan pekerjaannya tidak maksimal. Hal ini harus menjadi concern karena segala hubungan, kondisi, dan proses dinamis dapat mempengaruhi profesionalisme dalam keperawatan (Cao, 2023). Misalnya saja, terjadi suatu konflik internal antar perawat yang merenggangkan hubungan antar rekan sejawat mengakibatkan perawat tidak bisa bekerja sama dengan baik dan berdampak pada pelayanan yang tidak maksimal kepada pasien serta menurunnya sikap altruisme atau contoh lain misalnya perawat yang selalu bekerja dengan optimal dihadapkan pada kondisi pasien melakukan penyerangan, hal ini membuat kesehatan mental perawat terganggu dan membuatnya susah melakukan sikap altruisme serta takut melakukan perawatan. 

Maka dari itu, penting untuk saling membina dan mengusahakan agar perawat selalu menunjukkan sikap altruisme tinggi karena hal itu akan selalu berhubungan dengan tingkat kualitas keperawatan yang diberikan. Jika perawat menunjukkan altruisme tinggi dibalik apapun perasaan atau kondisi yang dialaminya, artinya perawat menunjukkan sikap profesionalisme kepada pasiennya (Chen Y., et al 2022). Selain meningkatkan profesionalisme, sikap altruisme dapat membawa dampak positif bagi si penerima maupun si pemberi. Menurut Rhoads & Marsh (2023), altruisme menguntungkan bagi penerima atau dalam hal ini adalah pasien, karena:

  1. Penerima akan merasakan afeksi positif dan peningkatan harga diri karena merasa kebutuhannya terpenuhi atau merasa terbantu. Dalam hal ini akan terlihat perbedaan altruisme yang dilakukan dengan egois atau tulus hati. Perawat yang melakukan dengan sikap egois, akan menyebabkan pasien cenderung merasa bersalah dan berpikir negatif atas seseorang yang sudah membantu mereka. Lain hal jika altruisme dilakukan dengan ikhlas, penerima akan merasa sejahtera.

  2. Peningkatan rasa syukur dan optimis akan kondisi kesehatan mereka. Mereka akan termotivasi untuk sembuh dan akan berpengaruh juga untuk kedepannya dimana mereka akan selalu memiliki pikiran yang positif.

  3. Pemberi akan merasakan perasaan puas dan positif di dalam dirinya. Kepuasan hidup juga tinggi karena merasa hidupnya telah bermanfaat untuk orang lain. Manfaat lainnya yaitu si pemberi akan terus memiliki kesadaran tinggi untuk membantu atau rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Perawat yang selalu bersikap altruistik akan terus mencoba menolong pasien apapun yang terjadi dan tidak akan mementingkan dirinya sendiri.

Perawat sebagai profesi yang memiliki waktu paling banyak bersama pasien diwajibkan memiliki kemampuan caring yang tinggi. Apa yang pasien butuhkan, sebisa mungkin akan perawat usahakan karena hal itu merupakan tanggung jawab kita sebagai profesi. Dengan altruisme tinggi, akan terpancar profesionalisme perawat dalam bekerja. Perawat harus mampu melakukan pendekatan secara holistik kepada pasien, mengutamakan kepentingan pasien, mampu memberikan waktu lebih untuk pasien, berempati tinggi, bekerja sama dengan rekan sejawat atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta tidak mementingkan diri sendiri atau egois (Sajjad et al., 2021).  Mulailah dari hal sederhana agar kebiasaan perilaku altruisme selalu ada dalam diri perawat dan senantiasa meningkatkan profesionalisme perawat di masa depan. 

REFERENSI

Alligood, M. R. (2014). Nursing theory: Utilization & application (5th ed.). Mosby

Cao, H., Song, Y., Wu, Y., Du, Y., He, X., Chen, Y., Wang, Q., & Yang, H. (2023). What is nursing professionalism? a concept analysis. BMC Nursing, 22(1), 1–14. https://doi.org/10.1186/s12912-022-01161-0

Chen, Y., Xie C., Zheng, P., & Zeng, Y. (2022). Altruism in nursing from 2012 to 2022: A scoping review. Frontiers in psychiatry, 13, 1046991. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2022.1046991

Gol, I. (2018). Nursing students’ attitude towards the nursing profession in relation to their altruism levels. International Journal of Caring Sciences

Rhoads, S. A., & Marsh, A. A. (2023). Doing Good and Feeling Good: Relationships Between Altruism and Well-being for Altruists, Beneficiaries, and Observers. In World Happiness Report 2023 (11th ed., Chapter 4). Sustainable Development Solutions Network.

Sajjad, M., Qayyum, S., Iltaf, S., & Khan, R. A. (2021). ‘The best interest of patients, not self-interest’: how clinicians understand altruism. BMC Medical Education, 21(1). https://doi.org/10.1186/s12909-021-02908-0

Wijaya, D., Ula, S. R., Nur, K. R., & Asmaningrum, N. (2024). Correlation between Nurse Altruism Attitudes and Levels of Workplace Violence in Nurses at the Agroindustrial Regional Hospital in Jember Regency. DOI: https://doi.org/10.53713/nhsj.v4i1.327

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun