Mohon tunggu...
Humaniora

“Berbahasa Santun? Masih Zaman?”

30 November 2015   09:01 Diperbarui: 30 November 2015   09:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah kamu bahwa masyarakat zaman sekarang cenderung makin menurun kesantunannya? Akibat fenomena ini banyak terjadi penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai kesantunan dan berbahasa seperti faktor waktu, pergaulan global dan pertukaran informasi, dll. Dari faktor tersebut, bisa kita lihat ketika berada di lingkungan keluarga yang biasanya mengabaikan kesantunan berbahasa dimana seharusnya kita tetap menggunakan kesantunan berbahasa , sehingga dapat tercipta keadaan yang harmonis di lingkungan sekitar juga.

Konsep kesantunan berkaitan dengan 2 hal yaitu aspek bahasa dan tingkah laku. Dalam kesantunan, diharapakan tercipta kedekatan emosi antara penurut dengan mitra penutur. Ada juga pengorbanan untuk mau menghargai dan menghormati mitra bicara. Sesungguhnya menghormati orang lain adalah bentuk penghormatan diri sendiri (“Anda sopan, kami pun segan!”). Unsur-unsur kesantunan terdiri dari etika/kaidah berbahasa, norma sosial, dan sistem budaya. Ada 2 pengaruh lain yaitu konteks berkaitan (tempat, waktu, suasana) dan peran berkaitan (usia, kedudukan, status sosial). Contohnya ketika kita berbicara kepada orang yang lebih tua dari kita, haruslah kita menggunakan bahasa yang santun. Fungsi kesantunan untuk menciptakan komunikasi yang saling menyenangkan.

Untuk itu penutur maupun mitra tutur harus memiliki sikap bekerja sama dengan memenuhi prinsip-prinsip (maksim) yaitu : maksim kualitas (mengatakan sebenarnya), maksim kuantitas (kontribusi secukupnya), maksim relevasi (kontribusi yang relevan), dan maksim cara (berbicara langsung dan lugas). Kesantunan harus memiliki pelengkap untuk mencapai tujuan lain yang lebih utama, seperti materi dan kedudukan. 3 unsur yang berkaitan adalah tindak lokusi (ujaran dihasilkan penutur), tindak ilokusi (maksud dalam ujaran), dan tindak perlokusi (efek dari ujaran). Indikator kesantunan berbahasa terletak pada tindak lokusi yang tidak angkuh atau memaksa, mitra tutur-pun akan menjadi senang. Bila dianggap negatif oleh mitra tutur maka penutur dapat dituduh menjadi orang yang sombong, angkuh, egois, tidak beradat, dan tidak berbudaya.

Oleh Karena itu dalam berbahasa, kita harus memperhatikan bahasa yang kita gunakan. Karena bahasa yang santun dapat menciptakan keadaan yang harmonis di lingkungan sekitar kita, namun sebaliknya, bahasa yang kasar dapat memperkeruh suasana. Yang akhirnya dapat menyebabkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun