Mohon tunggu...
Catharina C
Catharina C Mohon Tunggu... Relawan - pelajar

haiii :)

Selanjutnya

Tutup

Film

Mari Mengupas Film Tanda Tanya (2011)

13 Maret 2022   18:55 Diperbarui: 13 Maret 2022   20:44 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.tribunnewswiki.com/2020/06/05/film-tanda-tanya-2011

Mari Mengupas Film Tanda Tanya (2011)

Identitas Film 

Judul film          : Tanda Tanya 

Tahun tayang  : 2011 

Produser film  : Hanung Bramantyo dan Celerina Judisari 

Sutradara          : Hanung Bramantyo

Penulis naskah : Titien Wattimena 

Pemeran           : Reza Rahadian, Henky Solaiman, Rio Dewanto, Revalina S. Temat, Endhita, Agus Kuncoro, dsb 

Produksi           : Mahaka Pictures bersama Dapur Film

Genre film       : Drama

Durasi film      : 1 jam 41 menit (101 menit) 

Sinopsis Film

Seperti yang kita ketahui, bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa, dan agama. Keberagaman yang ada di Indonesia ini Hanung Bramantyo tuangkan dalam sebuah karya film yang berjudul ? (Tanda Tanya). Hanung sendiri merupakan seorang sutradara, produser, sekaligus penulis skenario ternama di Indonesia yang sudah menghasilkan puluhan karya film maupun series selama karirnya. Beliau memiliki latar belakang pendidikan di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. 

Film Tanda Tanya ini dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris tersohor seperti Reza Rahadian (sebagai Soleh), Henky Solaiman (sebagai Tan Kat Sun), Rio Dewanto (sebagai Hendra), Endhita (sebagai Rika), Revalina Temat (sebagai Menuk), dan lain-lain. 

Mengusung tema keberagaman, film ini mengisahkan tentang konflik di dalam keluarga, percintaan, sosial budaya, ras, hingga agama yang berlatar tempat di Semarang, Jawa Tengah. 

Lingkungan tempat tinggal mereka ini dikelilingi oleh masjid, vihara, dan gereja yang menggambarkan keyakinan yang dianut oleh para tokoh yaitu agama Islam, Buddha, dan Katolik. Setiap tokoh di film ini juga diceritakan memiliki lika-liku hidupnya masing-masing.

Film dibuka dengan adegan penusukan pastur yang dilakukan oleh oknum yang tak jelas asal usulnya. Film ini menceritakan konflik yang dialami oleh tiga keluarga. 

Di keluarga pertama ada seorang janda yang bernama Rika. Ia bercerai dari suaminya dan memutuskan untuk berpindah agama dari Islam ke Katolik. Menjadi orangtua tunggal tidak membuat Rika enggan mengajarkan Abi, anak semata wayangnya itu, mengenai ajaran Islam (agama yang dipeluk Rika dan suaminya sebelum bercerai). Bahkan suatu hari Abi berhasil khatam Al-Quran dan membuat kakek dan neneknya bersedia datang ke rumah Rika untuk merayakannya. Rika juga diceritakan berteman dengan pria yang bernama Surya. 

Ia merupakan seorang pemuda yang sering menjadi pemain latar di film-film, disini juga diceritakan Surya berperan menjadi Yesus pada drama Jalan Salib. 

Mari beralih ke keluarga kedua. Tan Kat Sun dan keluarganya merupakan keturunan Chinese yang memiliki sebuah usaha restoran yang menjual menu dengan pilihan daging ayam atau daging babi. Semua berjalan baik hingga sakit yang diderita Tan Kat Sun semakin parah sehingga operasional restoran harus dipindahtangankan sementara kepada anaknya, Hendra. 

Hendra suka mabuk dan berfoya-foya yang didasari perbedaan agama yang menghalangi rasa cintanya kepada Menuk. Perlu diketahui bahwa Hendra dan Tan Kat Sun memiliki prinsip yang berbeda. Tan Kat Sun sangat menghargai pegawai dan pelanggan yang berbeda agama, tampak dari salah satu tindakannya yang selalu mengingatkan dan memberikan waktu bagi pramusaji yang muslim untuk sholat. 

Namun Hendra kebalikannya, ia terlalu fokus mengejar untung hingga melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan apa yang Tan Kat Sun sudah lakukan selama puluhan tahun membangun restorannya itu. Hendra bersikap acuh tak acuh terhadap para pegawainya serta memaksa restoran buka pada hari lebaran ke-2 hingga timbul kerusuhan dari umat Muslim. 

Sedangkan pada keluarga ketiga ada pasangan suami istri bernama Soleh dan Menuk yang sudah dikaruniai seorang anak perempuan. Menuk bekerja di restoran Tan Kat Sun sebagai seorang pramusaji sedangkan Soleh merupakan pengangguran. 

Singkat cerita Soleh merasa tidak pantas karena tidak mampu menjadi sosok ayah dan suami yang baik, serta sosok kakak yang baik (adik Soleh diceritakan menunggak uang sekolah). Karena rasa mindernya inilah yang membuat Soleh merasa bersalah namun ia malah melampiaskannya dengan amarah-amarah yang seharusnya tidak perlu. 

Suatu saat Soleh mendapat pekerjaan sebagai Banser NU (Barisan Serbaguna Nahdlatul Ulama) dan bertugas menjaga keamanan gereja pada malam natal. Lalu terjadi rencana pengeboman gereja, Soleh yang mengetahui hal tersebut kemudian memeluk bom dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan banyak orang. 

Ulasan Film

Disini saya akan mengulas film Tanda Tanya ini dengan lebih mendalam serta mengemukakan pendapat saya mengenai film ini. Film ini sarat dengan nilai moral yang menurut saya berhasil disampaikan ke audiens dengan baik. 

Mulai dari menunjukkan contoh yang baik bagaimana cara menyikapi dan menghargai perbedaan, tidak egois dan mencoba untuk memahami posisi orang lain, dan sebagainya. Masalah yang dimiliki oleh para tokoh juga cukup relatable dengan kehidupan nyata. 

Akting para pemain juga sangat keren dan mendalami peran masing-masing sehingga berhasil membuat penonton turut merasakan emosi yang dirasakan oleh tokoh dalam film. 

Saya juga mengamati bahwa setiap tokoh memiliki perkembangan karakter (character development) dari awal hingga akhir film. Kita ambil contoh saja karakter Hendra dan Soleh. Hendra yang awalnya rela melakukan berbagai cara agar restoran bisa menghasilkan untung sebanyak-banyaknya lalu merefleksikan diri setelah ayahnya meninggal, ia menjadi lebih peka dengan para pegawai dan pelanggannya. 

Karakter Hendra diceritakan  kurang toleran dengan umat Muslim, namun di akhir film ia menjadi mualaf. Sedangkan pada karakter Soleh di dari awal digambarkan sebagai sosok yang kurang bertanggung jawab dan sedikit egois, namun di akhir film ia rela berkorban untuk menyelamatkan orang lain.

Walaupun ada beberapa adegan yang terasa sedikit terburu-buru, namun secara keseluruhan durasi dan alur film ini sudah baik. Hal lain yang menjadi unggul dalam film ini adalah bahasa daerah yang dituturkan oleh tokoh diberi subtitle dalam Bahasa Indonesia dengan jelas jadi tidak membingungkan penonton. Ending dari film ini juga tidak menggantung dan saya rasa sudah menjawab segala tanda tanya yang muncul dari awal film. Di lain sisi, film ini juga memiliki beberapa kekurangan. Saya menemukan beberapa dialog dengan kata yang kurang sopan dan kasar sehingga kurang enak didengar.

Topik yang diangkat memang merupakan suatu hal yang cukup sensitif karena mengandung unsur SARA di dalamnya, sehingga tidak heran jika film ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Film ini juga tidak memiliki 1 tokoh utama saja yang berfokus kepadanya dari awal hingga akhir film, namun jumlah tokoh utama disini cukup banyak yaitu sekitar 3 tokoh.

 Selain itu, setiap tokoh juga memiliki permasalahannya masing-masing yang rumit sehingga penonton perlu sangat fokus selama menonton atau menonton lebih dari satu kali untuk benar-benar mengerti. Hal terakhir adalah dikarenakan film ini dibuat 10 tahun yang lalu atau lebih, sehingga jika kita menontonnya sekarang maka resolusi film akan terasa kurang jernih. 

Penutup

Akhirnya sampailah kita di bagian akhir resensi. Disini saya ingin mengingatkan sekali lagi bahwa apa yang saya tulis dalam resensi film Tanda Tanya ini sifatnya pribadi, subjektif, dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 

Secara keseluruhan, film Tanda Tanya saya beri bintang 7,5 dari 10 dengan mempertimbangkan segala aspek kekurangan serta kelebihannya. Film ini juga telah berhasil masuk beberapa nominasi penghargaan di Festival Film Indonesia 2011, serta memenangkan piala citra pada kategori ‘Pengarah Sinematografi Terbaik’ oleh Yadi Sugandi.

Saya kurang merekomendasikan film ini bagi anda yang sedang mencari tontonan yang santai, namun film ini mungkin cocok bagi anda yang tertarik dengan drama berbau religi. 

Dengan age rating 16+, film ini tidak disarankan ditonton oleh anak dibawah SMA sederajat, serta orang dewasa yang menontonnya pun diharapkan tetap bijak dalam menonton karena film ini bersifat persuasif dan dapat menimbulkan ambigu. Film ini dapat anda tonton secara legal di platform streaming Netflix, yuk hargai dunia perfilman Indonesia dengan tidak menonton secara bajakan!

--- Catharina C. ---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun