Mulanya jurnalisme lebih banyak digunakan pada media konvensional, tetapi telah berkembang ke dalam media online.Â
Proses produksi jurnalisme online dalam penulisan berita, dan proses distribusi dalam melaporkan fakta dan penyebarluasan berita menjadi lebih cepat melalui internet.Â
Jurnalisme Konvensional vs Jurnalisme OnlineÂ
Faktor perbedaan utama yang terlihat sangat jelas antara jurnalisme konvensional dengan jurnalisme online terletak pada format dan gaya penulisan, di mana jurnalisme konvensional lebih bersifat kaku (menggunakan bahasa baku), sedangkan jurnalisme online bersifat lebih longgar.Â
Selain itu, faktor keterbacaan yang lebih tinggi dan dapat memindai berita pada jurnalisme online. Pembaca juga dapat membaca berita kapanpun dan dimanapun.
Jurnalisme online di masa depan juga tidak hanya menggunakan teks dan gambar, tetapi sudah bersifat multimedia sehingga menjadi jurnalisme yang interaktif (Romli, n.d.).
Konsekuensi Perkembangan Media
Peralihan dari jurnalisme konvensional ke jurnalisme online menyebabkan jurnalis harus mampu mengoperasikan platform digital dengan baik.Â
Selain itu, keberadaan jurnalisme online juga memberi dampak bagi masyarakat yang menyebabkan banyaknya berita yang tersedia di internet.Â
Banyak data yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga sulit menemukan fakta yang kredibel.Â
Cara-Cara yang Benar
Mulanya kata multimedia tidak banyak digunakan oleh para jurnalis, tetapi multimedia terus berkembang dengan adanya media digital (McAdams, 2014).Â
1. Setiap elemen multimedia harus saling melengkapi satu sama lain sehingga menjadi sebuah kesatuan berita yang utuh, bukan untuk mengulangi. Setiap elemen multimedia digunakan dengan memaksimalkan kelebihannya.Â
2. Wartawan juga perlu mengintegrasikan jenis media yang tepat.
3. Wartawan harus menentukan berita yang tepat secara sederhana. Semakin banyak bagian yang ditambahkan, maka akan semakin rumit dan tidak menarik.
4. Menarik perhatian pembaca dengan kalimat ajakan untuk bertindak membaca berita.
5. Menggunakan opsi navigasi dalam multimedia tidak selalu memiliki interaktivitas yang tinggi.
6. Mampu menyediakan berita yang dapat membawa pembaca seolah-olah dapat merasakan secara langsung.
7. Diperlukan penilaian jurnalistik.
Syarat Jurnalisme Lebih Baik
Membangun jurnalisme Indonesia di masa depan agar lebih baik, media pers harus melayani hak masyarakat untuk mengetahui dan bebas menyatakan pendapatnya sebagai syarat yang mutlak dengan 2 cara.Â
Pertama, meningkatkan kualitas berita yang dihasilkan di Indonesia.Â
Terdapat 4 cara yang dapat dilakukan wartawan untuk meningkatkan kualitas jurnalisme Indonesia (Abrar, 2019), antara lain:
1. Kualitas berita memiliki 4 aspek penting jurnalisme, yaitu tidak memuat rumor, memiliki dasar layak muat, selalu melakukan cek dan ricek, serta menggunakan kemasan berita.Â
Masa depan jurnalisme di Indonesia ditentukan jernihnya logika jurnalisme yang dimiliki wartawan.
2. Memegang pedoman 20 petuah jurnalisme dalam menulis berita.Â
Wartawan perlu menetapkan sasaran agar dapat memajukan jurnalisme di Indonesia.Â
Selain itu, wartawan juga harus patuh terhadap aturan yang berlaku dalam menulis berita, serta perlu adanya rasa tanggungjawab.
3. Seorang wartawan perlu memiliki ciri khas yang tidak mudah dilupakan.
4. Wartawan harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan informasi masyarakat.
Kedua, meningkatkan martabat jurnalisme di Indonesia yang dapat dibangun melalui 3 aspek, antara lain:
1. Keberartian wartawan diuji berdasarkan keberhasilan dalam melewati tantangan.Â
Tantangan yang akan dihadapi oleh wartawan di masa depan yaitu bersaing dengan banyaknya media pers lain untuk memuaskan khalayak. Berita di masa depan harus memiliki kedalaman agar khalayak lebih memahami konteks peristiwa.Â
Tidak hanya berita yang mendalam, tetapi wartawan harus mampu menyajikan berita yang menarik.Â
Wartawan harus menyesuaikan dengan keterbatasan waktu yang dimiliki pembaca sehingga perlu menggunakan ilustrasi atau multimedia dalam penulisan beritanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca dengan cepat.Â
Seorang wartawan tidak hanya mengandalkan kekuatan teks dan menulis dengan kata-kata, tetapi dituntut untuk membaca data.
2. Keberhargaan wartawan ditunjukkan dari berita yang dihasilkan, juga merupakan gambaran dirinya.Â
Profesi wartawan yang menyediakan kebutuhan informasi khalayak bersifat sosial.
3. Kompetensi wartawan berdasarkan 3 dimensi, yaitu personal untuk membuktikan dirinya dengan menunjukkan nilai kemanusiaan, sosial untuk menghasilkan berita yang bermanfaat bagi pengetahuan khalayak, etis agar wartawan tetap memiliki moral yang tidak merugikan orang lain dalam beritanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H